Beranda / Fantasi / Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna / 3. Kembali ke Masa Lalu (Part 2)

Share

3. Kembali ke Masa Lalu (Part 2)

Penulis: Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-20 15:14:53

"Kakek, di mana Ayah dan Ibu? Aku ... Aku juga ingin bertemu dengan mereka."

Karena Ariana masih merasa dia berada di alam lain saat ini, hal pertama yang dia tanyakan adalah keberadaan orang tuanya yang sangat dia rindukan. Namun pertanyaannya langsung membuat gerakan Andrew berhenti. Pria itu menatap lama cucunya, sementara James segera mengambil alih lalu ikut mendekat untuk bicara pada gadis itu.

"Nona Aria ... Apakah Anda lupa? Tuan dan Nyonya ... Mereka sudah berada di tempat yang lebih baik sekarang."

Alis Ariana menyatu saat dia mendengar jawaban itu. "Bukankah aku juga sudah mati? Apa ... Ayah dan Ibu berada di tempat lain di alam ini?"

"Apa yang sebenarnya kamu bicarakan?"

Ekspresi Andrew berubah lagi saat cucunya mulai mengatakan omong kosong. Dia hendak marah karena gadis kecil itu berani mengatakan bahwa dia telah mati dengan semudah itu. Suaranya bahkan sempat menajam. Namun saat dia menerima tatapan permohonan dari kepala pelayan di rumahnya, pria itu berusaha menenangkan emosinya saat dia memijat batang hidungnya dengan frustrasi sementara James kembali menjelaskan semuanya dengan sangat hati-hati.

"Nona Aria ... Anda masih hidup dan sehat seperti biasanya. Tolong jangan buat kami ketakutan begini. Saya yakin, Tuan dan Nyonya juga tidak ingin Nona terus membahayakan diri Nona sendiri seperti saat itu."

Jantung Ariana berdetak lebih cepat saat dia mendengarkan penjelasan James. Ah ya. Di akhirat, dia seharusnya tidak memiliki jantung yang berdetak lagi bukan? Gadis itu mengamati sekelilingnya dengan bingung. Tatapannya yang linglung dan tampak tersesat, benar-benar mulai membuat semakin Andrew khawatir seiring berjalannya waktu.

"Kamu yakin dokter mengatakan bahwa dia baik-baik saja? Sekarang bagaimana bisa anak ini mulai melantur dan mengatakan bahwa dia telah mati dan ingin bertemu dengan orang tuanya?"

"Ah!"

James belum sempat menjawab saat Ariana tiba-tiba sedikit berseru. Wajahnya tampak sangat takut saat dia menatap orang-orang di sekitarnya lagi. Seluruh tubuhnya bergetar, saat dia bertanya dengan suara yang tidak yakin pada James yang semakin mengkhawatirkan keadaannya.

"Sekarang ... Sekarang tahun berapa James?" tanyanya dengan gugup. James sedikit melirik tuannya sebelum dia bicara. Tuannya benar. Ada sesuatu yang salah dengan nona kecilnya saat ini.

"Sekarang tahun ke tiga ratus dua puluh sejak Kerajaan Sigmund berdiri, Nona Muda. Tahun ini Anda akan berusia dua belas tahun, apa Anda ingat?"

Ariana merasa jiwanya seperti ditarik keluar saat dia mendengarkan ucapan James. Tubuhnya yang menciut, kakeknya yang tampak lebih muda dari yang terakhir dia ingat, kecelakaan jatuh ke kolam seperti yang James bicarakan. Semua itu terjadi karena dia kembali ke tahun di mana dia baru saja kehilangan orang tuanya dan jatuh ke kolam secara tidak sengaja.

Dia telah mengulang waktu, dan kembali sebagai Ariana kecil yang berusia dua belas tahun.

"Ini ...."

Ariana tidak dapat percaya bahwa dia malah mengulang waktu saat dia sudah memutuskan untuk menyerah pada takdirnya sendiri. Gadis itu tidak tahu dia harus tertawa atau menangis karena kejadian ini. Gadis itu menatapi tangan mungilnya dengan takjub. Tidak ada yang tahu, seberapa bahagia Ariana saat dia melihat tangan sehat itu.

Namun karena Tuhan telah memutuskan untuk membawanya kembali ke masa lalu dengan kebenaran yang dia inginkan, Ariana tahu dia seharusnya bersyukur diberi kesempatan kedua untuk menebus kesalahan yang dia lakukan di kesempatan pertamanya. Gadis itu mengusap air matanya dengan kasar, saat dia tertawa kecil sementara air matanya terus turun dan membasahi pipinya.

"Nona Aria, apa Anda merasa tidak nyaman di mana pun? Mengapa Nona sampai menangis lagi?"

Walaupun James belum lama ini bertemu untuk pertama kalinya dengan Ariana, dia tahu bahwa ada sesuatu yang salah saat seorang gadis kecil tertawa sambil terus menangis seperti yang Ariana lakukan. James sangat khawatir saat dia menatap sosok Ariana. Pelayan itu berusaha untuk meminta bantuan dari tuannya. Namun Andrew, pria itu malah tenggelam dalam dunianya sendiri saat matanya fokus menatap Ariana yang masih berusaha keras untuk menghentikan tangisannya.

"Aku baik-baik saja James. Namun aku lapar. Bisakah aku makan sesuatu saat ini?"

"Anak nakal. Kamu membuat James ketakutan setengah mati hanya karena perasaan laparmu. Keluarga kita tidak cukup miskin sampai kamu perlu menangis hanya karena kamu kelaparan. James, bawakan semua makanan yang bisa dia makan ke kamarnya hari ini. Aku tidak ingin orang-orang sampai melihat, bahwa keluarga kita sampai memiliki seseorang yang kurus sampai mirip tengkorak hidup seperti anak ini."

Ariana tertawa lembut saat dia melihat kakeknya tetap tidak dapat bicara jujur seperti biasanya. Di masa lalu, Ariana mungkin akan berpikir bahwa kakeknya itu tengah menghinanya. Namun dia sudah tahu tentang segalanya sekarang. Walaupun mulut kakeknya selalu mengeluarkan kata-kata pedas, Ariana tetap tahu bahwa pria itu benar-benar menyayanginya selama ini.

Mendengar tawa manis Ariana, dua pria dewasa yang ada di sana terkejut sampai mereka tidak bisa berkata-kata lagi. Ariana biasanya akan menangis sedih ketika dia mendengar ucapan Andrew, sampai James selalu mengingatkan agar Andrew untuk tidak banyak bicara di hadapan gadis kecil itu. Namun kali ini Ariana hanya tertawa kecil ketika dia mendengar ucapan sinis dari kakeknya. Kedua pria dewasa itu saling melirik, sebelum Andrew membersihkan tenggorokannya lalu bangkit dan posisi duduknya.

"Jangan membuat masalah lagi. Aku ini sibuk, aku tidak bisa terus-menerus membenahi masalah yang kamu sebabkan di rumah ini."

Ariana tersenyum untuk membalas ucapan kakeknya. "Aku mengerti Kakek. Maaf aku telah menyusahkanmu selama ini." Gadis itu meminta maaf dengan tulus pada kakeknya tersebut. Ariana tersenyum saat kakeknya tampak terkejut sebelum pria itu menghela napas panjang. Kali ini pria itu tidak mengumpat lagi. Andrew mengangguk singkat. "Bagus jika kamu mengerti," ucapnya sebelum dia keluar dari kamar Ariana.

"Kalau begitu, biar saya siapkan makanan Anda, Nona Aria."

Ariana mengangguk saat James keluar dari kamarnya tidak lama setelah kakeknya keluar. Dengan susah payah, Ariana memaksakan tubuhnya untuk berada dalam posisi duduk. Mata cerah gadis itu mengamati sekelilingnya dengan penuh antisipasi. Ariana sangat merindukan ruangan ini. Ruangan pribadinya ini, adalah saksi dia beranjak dewasa selama dia tinggal bersama kakeknya.

Ariana memang menyayangkan bahwa dia tidak bisa kembali ke masa di mana orang tuanya masih hidup dan bersamanya. Sekarang setelah Ariana tahu bahwa kematian mereka bukanlah kematian yang normal, Ariana berpikir dia mungkin bisa mencegah kematian mereka dengan menghindarkan mereka dari kejadian yang menjadi pemicu kecelakaan mereka. Namun Ariana tahu, diberi kesempatan kedua saja sudah luar biasa untuk gadis bodoh sepertinya. Setidaknya sekarang dia masih memiliki kakeknya, orang yang bisa menjadi pendukung terbesarnya di kesempatan kedua ini.

Setelah gadis itu selesai menata pikirannya, Ariana tahu bahwa dia kembali karena suatu alasan. Menyelamatkan keluarganya merupakan prioritas utama. Di masa lalu, karena kebodohannya yang percaya pada setiap ucapan permaisuri, Ariana berani meninggalkan namanya sendiri dan merelakan gelar Duchess ketika sang kakek menghembuskan napas terakhirnya. Dia membiarkan keluarga Alison berakhir sampai di sana, memberi kesempatan bagi Ratu Melisa dan Emilio untuk menyengsarakan rakyat yang berada di bawah kekuasaan keluarga Alison.

Kali ini, dia tidak akan lagi membiarkan siapa pun menghancurkan kekuasaan yang telah keluarganya pertahankan dari zaman ke zaman. Dia tidak akan membiarkan dirinya tetap bersama dengan Emilio. Ariana akan memilih keluarganya di atas segalanya. Dan untuk itu, dia harus memutuskan hubungan pertunangannya dengan Emilio dan berusaha untuk menjadi penerus yang layak untuk kakeknya.

Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa keluarga Alison terus saja semakin kekurangan generasi muda setiap tahunnya. Dari beberapa keluarga yang ada, hanya akan ada atau dua penerus yang bisa terlahir dengan susah payah. Jumlah itu semakin menyusut dalam tingkat yang mengerikan. Sampai akhirnya, hanya keluarga ayahnya yang masih bertahan dalam keluarga Alison.

Sang Ayah seharusnya menjadi pewaris tunggal gelar Duke setelah kakeknya meninggal. Namun bahkan ayahnya, tidak bisa lolos dari maut dan menyisakannya sebagai satu-satunya orang yang bisa mewarisi gelar kakeknya.

Orang luar mengatakan bahwa sulitnya keluarga Alison menghasilkan keturunan terjadi karena kutukan yang menimpa keluarga tersebut. Dalam kerajaan, seharusnya hanya keluarga kerajaan yang memiliki kekuatan absolut. Namun selama bertahun-tahun, kekuatan keluarga Alison terus saja berkembang sampai statusnya bisa disetarakan dengan keluarga kerajaan. Belum lagi, keluarganya juga memiliki pasukan elit kesatria yang bahkan tidak bisa dikalahkan oleh kesatria kerajaan. Kekuatan mereka sebanding di tingkat pemerintahan maupun militer, membuat raja dari generasi ke generasi bahkan tidak bisa banyak menentang keluarga Alison.

Kekuatan yang menentang pemerintahan itu yang menjadi penyebab kutukan keluarga Alison. Orang bilang keluarga mereka ditakdirkan punah, karena telah berani menyamakan kedudukan dengan keluarga kerajaan yang dinilai suci.

Namun Ariana tidak lagi merasa bahwa sulitnya memiliki keturunan di keluarganya terjadi karena kutukan yang dibicarakan oleh orang-orang. Gadis itu takut bahwa menyusutnya populasi di keluarganya juga terjadi karena campur tangan seseorang. Rumor tentang kutukan juga seharusnya tidak muncul dengan sendirinya. Memikirkan kemungkinan orang yang berniat mencelakai keluarganya, Ariana hanya bisa berpikir bahwa keluarga kerajaan memang ingin menghabisi kekuasaan keluarganya sampai ke akar.

Dengan kondisi seperti itu, Ariana sadar bahwa tugasnya bukan hanya membuktikan pada semua orang bahwa dia bisa menjadi pewaris keluarga yang layak. Dia juga harus bertahan dari berbagai serangan, dan memastikan keluarganya bisa bertahan sampai akhir hayatnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
suka karakter cewek yang kayak Ariana gini; kuat, punya pendirian dan krotis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   4. Perasaan Bersyukur

    "Nona Aria?" James benar-benar terkejut saat dia masuk, pria itu bisa melihat nona mudanya yang biasanya berperilaku manis tengah melamun dengan ekspresi yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang anak kecil. James khawatir karena semenjak bangun dari pingsannya, Ariana terus saja bersikap berbeda dari biasanya. Bahkan caranya memperlakukan sang kakek, jauh berbeda dari cara gadis itu berperilaku biasanya. Untuk sementara waktu, James berniat untuk terus mengamati perubahan sikap Ariana dengan hati-hati. Bagaimanapun, Ariana merupakan satu-satunya pewaris keluarganya saat ini. Sedikit saja kecerobohan tidak bisa ditolerir lagi. James tidak ingin tuannya murka lagi, seperti saat pria itu mendengar kabar bahwa cucunya sampai bisa terjatuh ke dalam kolam dan pingsan selama beberapa hari. "Nona Aria, saya sudah membawa makanan yang sebelumnya Nona minta. Karena Nona baru saja sadar, tolong maafkan saya karena hanya bisa menyiapkan makanan yang mudah dicerna untuk santapan Anda." Arian

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-21
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   5. Menjadi Pewaris yang Layak

    Berdiri di depan pintu ruang kerja sang Kakek, Ariana menarik napas panjang untuk menenangkan perasaannya yang sedikit gugup. Seperti yang Ariana harapkan, kakeknya tidak membiarkannya menunggu terlalu sama saat pria tersebut langsung mengijinkan Ariana untuk datang ke ruang kerjanya. Baik James maupun Andrew pasti sudah tahu apa tujuan Ariana sampai ingin bicara langsung dengan kepala keluarga. Ariana tahu dia tidak bisa mempermalukan dirinya sendiri di ruang kerja kerja sang kakek. Ariana mencoba untuk membenarkan postur berdirinya, sebelum dia mengetuk pintu itu dengan sopan. "Kakek, ini Aria. Bisakah aku masuk sekarang?" "Masuklah." Andrew langsung membalas dari dalam ruangan setelah Ariana memperkenalkan dirinya. Dengan hati-hati, Ariana membuka pintu ruang kerja sang Kakek yang besar dan sulit digapai dengan tubuh kecilnya. Dia sempat kesulitan untuk membukanya, tetapi tampilannya kembali bermartabat saat Ariana mendorong pintu besar itu untuk kembali tertutup. Melihat tingka

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-21
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   6. Kecurigaan

    "Kalau begitu, aku pergi dulu Kakek!"Andrew menyaksikan saat cucunya dengan riang keluar dari ruangannya setelah mereka selesai bicara berdua. Senyum yang semula terlihat samar bibir Andrew benar-benar hilang, saat pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat. "James, kamu di sini kan?"Dari balik bayang-bayang, James keluar lalu membungkuk hormat pada tuannya. "Saya ada di sini," ujarnya dengan nada hormat. Alis Andrew berkerut dari waktu ke waktu, saat pikiran cucunya yang tiba-tiba berubah benar-benar menganggu pikirannya saat ini. "James, siapa yang bertugas mengikuti Ariana saat dia mengunjungi istana?" tanya Andrew. "Itu Valencia dan dua orang kesatria bernama Luke dan Cale. Apa saya perlu memanggil mereka ke sini?"Andrew mengangguk dan James langsung menjalankan perintahnya. Tidak butuh waktu lama sebelum orang-orang yang dipanggil berlutut di hadapan Andrew. Mereka semua menyapa Andrew dengan hormat, sebelum kembali berdiri saat Andrew sudah mengijinkannya. "Katakan padaku

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   7. Ingatan yang Hilang

    Ariana kembali ke kamarnya setelah dia selesai bicara dengan sang Kakek. Sebelum berbicara, Ariana sudah tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikan segalanya dari sang Kakek. Ariana sudah beruntung dia bisa mencapai kesepakatan dengan mudah kali ini. Menggunakan alasan tentang belajar ilmu pedang memang merupakan pilihan yang tepat untuk Ariana. Selama dia terus menentang kebijakan kerajaan dan bertindak seenaknya, Ariana yakin bahkan raja sekalipun tidak akan protes saat keluarga mereka memutuskan untuk membatalkan pertunangannya dengan Putra Mahkota Emilio. Tentang konsekuensi yang mungkin mereka dapat dari melawan perintah istana, Ariana yakin dia bisa menggunakan alasan jatuhnya untuk berpura-pura bertindak di luar akal sehat. Di kehidupan sebelumnya, Ariana ingat benar bahwa baik ratu, putra mahkota, maupun raja sangat terkejut saat mendengar berita bahwa Ariana dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke kolam setelah kembali dari istana kerajaan. Walaupun kejadian itu belum tentu ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   8. Persiapan untuk Belajar

    Ariana berjalan dengan hati-hati saat dia memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengecek halaman belakang tempat dia jatuh beberapa hari yang lalu. Walaupun Ariana sendiri tidak yakin dia akan menemukan petunjuk di tempat itu, gadis itu setidaknya ingin mencoba dan mengenyangkan rasa penasarannya. "Eh, di mana kolamnya?"Namun ketika Ariana sampai di tempat itu, dahinya berkerut saat dia tidak bisa melihat kolam apa pun sejauh mata memandang. Valencia yang mengikuti Ariana mengikuti arah pandang gadis itu, lalu segera mengerti dengan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis itu. "Ah, kolam belakang telah diratakan dan diganti dengan kebun bunga setelah Dike Andrew menganggap tempat tersebut berbahaya untuk Nona Aria. Setelah Duke Andrew melakukan renovasi besar-besaran pada taman belakang, sekarang tempat ini telah dinyatakan aman sebagai tempat bermain Nona Aria."Ariana tahu dia salah. Jika dia tahu kakeknya akan merubah taman itu setelah kecelakaannya, dia lebih me

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   9. Kunjungan Mendadak ke Istana

    Tanpa Ariana sadari, dia telah tertidur sambil memeluk kotak peninggalan dari orang tuanya di depan lemari pakaian yang ada di kamarnya. Tidur hanya dengan gaun tidurnya, Ariana tanpa sadar meringkuk untuk membuat tubuhnya terasa lebih hangat sepanjang malam. Hanya ketika Andrew masuk ke kamar Ariana di pagi hari, dia akhirnya melihat bahwa cucunya tidur dalam kondisi menyedihkan itu sambil memegang satu-satunya peninggalan paling berharga dari orang tua Ariana. Dengan hati-hati, Andrew memindahkan Ariana untuk tidur di kasur besarnya. Tatapan pria itu dipenuhi jejak ketidakberdayaan, saat pria itu tahu dia bertindak sangat jahat dengan memaksa gadis semuda Ariana untuk memikul beban sebagai pewaris satu-satunya gelar Duke yang dimiliki keluarganya secara turun-temurun. Gadis yang ada di depannya ini masih sangat muda, sampai dia bisa tertidur setelah menangis sambil memeluk peninggalan dari orang tuanya. Gadis seperti Ariana seharusnya mendapatkan apa yang dia mau dan bahagia, sebag

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   10. Perubahan yang Tiba-tiba

    Di sebuah taman yang indah, seorang wanita cantik tengah asik menatap putranya yang tengah belajar berpedang bersama dengan guru pedangnya. Di wajahnya yang cantik, terpasang ekspresi serius saat matanya enggan meninggalkan gerak-gerik putranya yang tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi pelajaran gurunya. Rasanya wanita cantik itu enggan berkedip, karena dia takut dia melewati sesuatu ketika dia memejamkan matanya. "Baginda Ratu."Hanya ketika pelayan kepercayaannya memanggil, wanita itu sedikit mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap sedingin biasanya, saat dia menatap pelayan itu tanpa mengatakan apa pun. "Duke Andrew datang menemui Baginda Raja hari ini. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Namun hari ini raja telah membuat pengumuman bahwa karena kesehatan Nona Ariana yang memburuk setelah kecelakaan, keluarga kerajaan memutuskan untuk memutuskan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dengan Nona Ariana.""APA?!"Karena teriakan tajam wanita itu, bahkan anak

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-08
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   11. Ancaman Secara Langsung

    "Baginda Raja, saya akan masuk ke dalam."Karena Melisa tidak mendapatkan balasan, wanita itu langsung membuka pintu kamar suaminya tanpa permisi. Begitu Melisa masuk ke dalam, dia bisa melihat Raja Alexius berbaring di kasurnya dengan wajah yang sangat pucat. Napasnya tersegal-segal. Ketika pria itu melihat Ratu Melisa yang baru masuk ke kamarnya, matanya yang sudah tidak fokus menunjukkan raut wajah yang terlihat sedikit sedih. Sejak awal mereka menikah, Ratu Melisa tidak akan memasuki kamarnya jika dia tidak memiliki urusan yang mendesak. Dan kedatangannya kali ini, Raja Alexius sudah bisa menebaknya secara garis besar. "Baginda, Anda terlihat kurang sehat hari ini."Setelah melihat kondisi buruk suaminya, Ratu Melisa tersenyum ketika dia mengambil tempat di sebelah tubuh suaminya yang bergetar hebat. Tangannya dengan lembut menyapu rambut Raja Alexius yang basah oleh keringat, sebelum dia menarik tangannya lagi dan menatap Alexius dengan tatapan dingin. "Ini yang akan terjadi ji

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-09

Bab terbaru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   115. Menjadi Seorang Raja

    Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   114. Perang Telah Selesai

    Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   113. Kematian Emilio

    Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   112. Pertarungan Terakhir

    Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   111. Gerbangnya Telah Terbuka

    Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   110. Menyusup ke Gerbang Ibu Kota

    Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   109. Menuju Ibu Kota

    Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   108. Emilio dan Cornell

    Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   107. Kabur dari Istana

    Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala

DMCA.com Protection Status