Share

8. Persiapan untuk Belajar

Penulis: Aurora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ariana berjalan dengan hati-hati saat dia memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengecek halaman belakang tempat dia jatuh beberapa hari yang lalu. Walaupun Ariana sendiri tidak yakin dia akan menemukan petunjuk di tempat itu, gadis itu setidaknya ingin mencoba dan mengenyangkan rasa penasarannya.

"Eh, di mana kolamnya?"

Namun ketika Ariana sampai di tempat itu, dahinya berkerut saat dia tidak bisa melihat kolam apa pun sejauh mata memandang. Valencia yang mengikuti Ariana mengikuti arah pandang gadis itu, lalu segera mengerti dengan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis itu.

"Ah, kolam belakang telah diratakan dan diganti dengan kebun bunga setelah Dike Andrew menganggap tempat tersebut berbahaya untuk Nona Aria. Setelah Duke Andrew melakukan renovasi besar-besaran pada taman belakang, sekarang tempat ini telah dinyatakan aman sebagai tempat bermain Nona Aria."

Ariana tahu dia salah. Jika dia tahu kakeknya akan merubah taman itu setelah kecelakaannya, dia lebih memilih bertanya langsung pada Valencia saja daripada berpura-pura ingin berjalan-jalan ke taman belakang bersama dengan Valencia. Ariana tidak pernah memerhatikan taman belakang semenjak dia pindah ke kediaman utama kakeknya. Namun dia ingat, dekorasi taman yang dia lihat saat ini merupakan dekorasi yang sama dengan taman yang dia ingat di kehidupan sebelumnya.

Tanpa diduga, taman indah yang menjadi tempat bermainnya di kehidupan sebelumnya merupakan hasil modifikasi sang Kakek setelah dia mengalami kecelakaan di tempat itu. Hati Ariana menghangat. Dia merasa benar-benar beruntung, bisa memiliki kakek yang sayang padanya walaupun penyampaiannya kadang sedikit kasar.

"Ariana."

Ariana baru saja memikirkan kakeknya, dan kakeknya benar-benar muncul di belakangnya. Pria dewasa itu menatap lama cucu satu-satunya yang dia miliki, sebelum dia bergerak maju untuk mengusap rambut Ariana sekali.

"Kamu suka tempat ini?" tanya pria itu. Ariana segera mengangguk. Di masa lalu, dia tidak pernah merasa cukup bersyukur hingga mengabaikan taman yang dibuat dengan hati-hati oleh sang Kakek khusus sebagai taman bermainnya.

Dihadapkan dengan senyuman senang dan wajah bahagia cucunya, hati Andrew akhirnya merasa sedikit lebih baik saat dia akhirnya sedikit melunakan ekspresi di wajahnya. Pandangannya beralih ke Valencia di saat selanjutnya. Ketegasannya kembali, saat dia bicara pada pelayan itu.

"Jangan tinggalkan Ariana untuk bermain sendirian lagi," perintah Andrew serius. Valencia segera membungkuk lalu menjawab, "Saya mengerti, Yang Mulia," ujar Valencia dengan sopan. Ariana merasa aneh saat dia melihat kakeknya menggunakan pakaian yang relatif lebih santai. Gadis itu tanpa sadar menatap kakeknya lama sekali, sampai tatapan itu menarik perhatian sang Kakek yang baru saja selesai bicara dengan Valencia.

"Apa Kakek sangat tampan? Kamu melihat Kakek sampai tidak berkedip sedikit pun," ujar Andrew setengah bercanda. Namun tanpa disangka Ariana benar-benar mengangguk untuk menanggapi gurauan kakeknya itu. "Kakek memang tampan," ujarnya tanpa malu-malu. Andrew benar-benar senang melihat cucunya tidak lagi menatapnya dengan tatapan benci atau rasa takut. Rasanya, Andrew benar-benar membentuk hubungan cucu dan kakek yang baik saat ini. Pria itu tertawa kecil, sebelum dia mengusak rambut Ariana lebih banyak kali ini.

"Dasar anak nakal, berani menggoda kakekmu seperti ini. Kakek akan melepaskannya untuk hari ini saja. Namun besok kamu sudah mulai belajar. Jangan harap Kakek akan lunak padamu hanya karena kamu mulai sering memuji Kakek seperti ini."

Sejak awal, Ariana memang tidak ingin siapa pun bersikap lunak padanya lagi. Ariana ingin dia terus ingat tentang kesalahannya di masa lalu. Diingatkan tentang wajah orang-orang yang mati karena keegoisannya, dan kehancuran yang terjadi karena kebodohannya.

"Aku akan belajar dengan giat!" ujar Ariana dengan sungguh-sungguh. Andrew mengangguk puas setelah mendengar jawaban itu. Namun seakan ingat sesuatu, dia segera menambahkan ucapannya pada Ariana.

"Lalu, kamu tidak diijinkan pergi ke mana pun untuk sementara waktu. Keputusanmu untuk memutuskan pertunangan dengan Putra Mahkota pasti akan menjadi berita besar. Kakek juga tidak akan mengijinkan orang istana datang ke kediaman ini lagi. Sampai kamu siap untuk menghadapi orang-orang itu, kamu mungkin harus mengurung di tempat ini dan berlatih sekeras yang kamu bisa."

Jalan yang dipilih kakeknya merupakan jalan teraman yang bisa Ariana pikirkan. Kediaman Duke of Alison memiliki hak khusus di mana bahkan keluarga kerajaan tidak akan bisa memaksa masuk jika kepala keluarga tidak mengijinkannya. Ariana akan aman dari Ratu Melisa dan Emilio untuk sementara waktu. Gadis itu mengangguk, sama sekali tidak keberatan dengan pengaturan yang dibuat oleh kakeknya.

"Tidak apa-apa. Aku tahu Kakek mengatur semuanya demi kebaikanku," ujar Ariana dengan yakin.

***

Di malam hari, setelah Valencia memastikan bahwa Ariana terlelap dan mematikan cahaya yang ada di kamar besarnya, sepasang mata bercahaya kembali terbuka saat kamar besar itu akhirnya kosong juga. Seharian ini rasanya seperti mimpi bagi Ariana. Bukan hanya Ariana berhasil memperbaiki hubungannya dengan sang kakek, dia juga berhasil membujuk sang kakek setuju dengan keputusannya untuk memutuskan pertunangan yang telah mengikatnya sejak kecil. Ariana juga diberi kesempatan untuk bertemu dengan Valencia ketika gadis itu masih sehat dan polos. Semuanya terasa begitu sempurna, sampai Ariana tidak ingin pergi tidur. Karena dia takut, di saat selanjutnya, semua kebahagiaan yang dia rasakan ini akan hilang begitu saja.

Ariana turun dari tempat tidur dengan susah payah. Dengan kaki kecilnya, Ariana berjalan menuju lemari pakaiannya untuk mengambil kotak besar yang dia sembunyikan dengan baik di tempat itu. Di kotak besar tersebut, tersimpan barang-barang peninggalan orang tuanya yang akan hilang di kemudian hari jika dia tidak mengubah jalan hidupnya. Seorang pelayan mengambil perhiasan yang dipilih khusus oleh ibunya, sementara yang lain membuang surat pemberian ayahnya seakan kertas tersebut hanya sampah tidak berguna.

Kali ini, kotak tersebut masih utuh dan tersimpan tersembunyi di lemari pakaiannya. Ariana membuka kotak tersebut dengan hati-hati. Ketika gadis itu menemukan gambaran sederhana yang terselip dari berbagai barang yang ada di kotak tersebut. Ariana ingat dia membuatnya saat dia berusia lima tahun. Karena dia tanpa sengaja merusak lukisan keluarganya, Ariana mengganti lukisan tersebut dengan gambarannya sendiri. Ariana ingat ayahnya tersenyum saat dia menyerahkan gambarannya, sementara sang Ibu memujinya dengan sangat tulus. Mereka menggantung gambaran sederhana itu di ruang kerja ayahnya, dan menjadikannya sebagai lukisan baru keluarga mereka.

Ariana merasa matanya mulai berembun sementara pipinya mulai basah oleh air mata ketika dia mengingat kenangan manis itu. Ariana merasa sangat malu ketika gadis itu kembali mengingat dia bergantung pada pembunuh keluarganya di kehidupan yang lalu. Dia tersenyum pada pembunuh itu, dan bahkan rela disakiti demi seseorang yang menjadi dalang dari kehancuran keluarga besarnya.

"Kali ini akan berbeda ...."

Ariana bergumam pelan saat dia menatap gambar sederhana yang ada di salah satu tangannya.

"Bahkan jika aku harus mengorbankan seluruh hidupku, aku akan pastikan bahwa mereka mendapat balasan atas apa yang terjadi pada keluarga kita," janji Ariana saat kembali menyimpan foto berharga tersebut ke tempatnya lagi. Jejak kepolosan seorang anak menghilang saat Ariana termenung di ruangan yang gelap. Rasa cinta yang masih tersisa untuk Emilio, Ariana berjanji dia akan membuangnya mulai saat ini.

"Keluarga kita akan bertahan. Bahkan jika aku tidak akan bertahan dalam prosesnya, aku berjanji keluarga ini tidak akan hancur di tanganku, Mama, Papa. Karena itu ... Tolong ijinkan aku hidup lebih lama lagi. Ijinkan aku menebus kesalahanku terlebih dahulu, sebelum menemui kalian seperti rencana awalku," ujar Ariana dengan sungguh-sungguh.

Bab terkait

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   9. Kunjungan Mendadak ke Istana

    Tanpa Ariana sadari, dia telah tertidur sambil memeluk kotak peninggalan dari orang tuanya di depan lemari pakaian yang ada di kamarnya. Tidur hanya dengan gaun tidurnya, Ariana tanpa sadar meringkuk untuk membuat tubuhnya terasa lebih hangat sepanjang malam. Hanya ketika Andrew masuk ke kamar Ariana di pagi hari, dia akhirnya melihat bahwa cucunya tidur dalam kondisi menyedihkan itu sambil memegang satu-satunya peninggalan paling berharga dari orang tua Ariana. Dengan hati-hati, Andrew memindahkan Ariana untuk tidur di kasur besarnya. Tatapan pria itu dipenuhi jejak ketidakberdayaan, saat pria itu tahu dia bertindak sangat jahat dengan memaksa gadis semuda Ariana untuk memikul beban sebagai pewaris satu-satunya gelar Duke yang dimiliki keluarganya secara turun-temurun. Gadis yang ada di depannya ini masih sangat muda, sampai dia bisa tertidur setelah menangis sambil memeluk peninggalan dari orang tuanya. Gadis seperti Ariana seharusnya mendapatkan apa yang dia mau dan bahagia, sebag

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   10. Perubahan yang Tiba-tiba

    Di sebuah taman yang indah, seorang wanita cantik tengah asik menatap putranya yang tengah belajar berpedang bersama dengan guru pedangnya. Di wajahnya yang cantik, terpasang ekspresi serius saat matanya enggan meninggalkan gerak-gerik putranya yang tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi pelajaran gurunya. Rasanya wanita cantik itu enggan berkedip, karena dia takut dia melewati sesuatu ketika dia memejamkan matanya. "Baginda Ratu."Hanya ketika pelayan kepercayaannya memanggil, wanita itu sedikit mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap sedingin biasanya, saat dia menatap pelayan itu tanpa mengatakan apa pun. "Duke Andrew datang menemui Baginda Raja hari ini. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Namun hari ini raja telah membuat pengumuman bahwa karena kesehatan Nona Ariana yang memburuk setelah kecelakaan, keluarga kerajaan memutuskan untuk memutuskan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dengan Nona Ariana.""APA?!"Karena teriakan tajam wanita itu, bahkan anak

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   11. Ancaman Secara Langsung

    "Baginda Raja, saya akan masuk ke dalam."Karena Melisa tidak mendapatkan balasan, wanita itu langsung membuka pintu kamar suaminya tanpa permisi. Begitu Melisa masuk ke dalam, dia bisa melihat Raja Alexius berbaring di kasurnya dengan wajah yang sangat pucat. Napasnya tersegal-segal. Ketika pria itu melihat Ratu Melisa yang baru masuk ke kamarnya, matanya yang sudah tidak fokus menunjukkan raut wajah yang terlihat sedikit sedih. Sejak awal mereka menikah, Ratu Melisa tidak akan memasuki kamarnya jika dia tidak memiliki urusan yang mendesak. Dan kedatangannya kali ini, Raja Alexius sudah bisa menebaknya secara garis besar. "Baginda, Anda terlihat kurang sehat hari ini."Setelah melihat kondisi buruk suaminya, Ratu Melisa tersenyum ketika dia mengambil tempat di sebelah tubuh suaminya yang bergetar hebat. Tangannya dengan lembut menyapu rambut Raja Alexius yang basah oleh keringat, sebelum dia menarik tangannya lagi dan menatap Alexius dengan tatapan dingin. "Ini yang akan terjadi ji

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   12. Pedang Terkuat dari Alison

    "Ya ampun ... Nona Aria manis sekali dengan pakaian ini ...."Setelah berhari-hari bersama para pelayannya, Ariana akhirnya mulai terbiasa ketika gadis itu mendengar mereka memuji apa pun yang dia pakai. Ariana mencoba melakukan gerakan-gerakan peregangan dengan pakaian barunya. Gadis itu tidak menyangka. Walaupun bahan dan model pakaiannya masih terlihat cantik, Ariana tetap bisa bergerak dengan bebas ketika dia menggunakan baju latihan baru yang dipesan secara khusus oleh sang Kakek. Awalnya, kakeknya membuatkan Ariana baju itu agar Ariana bisa berlatih berkuda. Namun karena Ariana tidak pernah mau mendengarkan ucapan kakeknya di masa lalu, baju cantik tersebut dibiarkan saja terus berada di lemari pakaian tanpa pernah dipakai sekali pun. Mengingatnya saja sudah cukup membuat Ariana malu. Pantas saja orang-orang menyebutnya Duchess boneka di kehidupan terakhirnya. Ariana yang dulu, benar-benar tidak berguna dan hanya tahu bagaimana cara membahagiakan ratu dan putra mahkota. "Nona

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   13. Latihan Pertama

    Ketika Ariana sampai ke ruang latihan, dia menemukan bahwa seseorang telah tiba di sana lebih awal dari dirinya sendiri. Di tengah ruang latihan, berdiri seorang pria berusia tiga puluhan dengan zirah bergambar singa yang menjadi simbol keluarga Alison. Di bagian pundak, zirahnya secara khusus memiliki warna hitam, tanda bahwa dia merupakan kapten dari kesatria yang bersumpah untuk melayani keluarga Alison. Melihat sikap pahlawan yang ditunjukan oleh pria itu, Ariana tanpa sadar menunjukan senyum sedihnya. Pria yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarga Alison ini harus mati secara tragis karena berusaha memberi keadilan bagi Ariana di kehidupan sebelumnya. Melawan semua peringatan yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya, pria itu terus menyelidiki pelaku yang memberi Ariana racun di hari penobatan Putra Mahkota Emilio. Akhir dari pria yang dipenuhi rasa keadilan sudah bisa ditebak setelah itu. Di suatu malam, rumahnya terbakar dan menewaskan pria itu beserta seluruh keluargan

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   14. Pembicaraan Cucu dan Kakek

    "Nona Muda, tolong jangan berlari terlalu jauh dari kami!"Mengabaikan teriakan pelayan dan kesatria yang bertugas untuk menjaganya, Ariana berjalan cepat di lingkungan istana yang sangat luas. Kaki kecilnya membelah pepohonan besar yang mengelilingi istana. Layaknya seorang putri, Ariana memang sangat hafal tentang seluk beluk istana. Dia sengaja membuat pelayan dan kesatria kesulitan untuk mengejarnya, dan menyelinap untuk tiba di kastil besar yang tersembunyi di tengah rimbunnya pepohonan. "Tuan Peri, aku datang untuk menemuimu lagi hari ini!"Dengan susah payah, Ariana mencoba mengetuk pintu kastil yang terlalu besar untuk dirinya sendiri. Walaupun dia tidak langsung mendapat jawaban atas panggilannya, gadis itu tidak berhenti memanggil sambil mengetuk pintu besar tersebut. Ariana memanggil sampai beberapa kali, sebelum seorang anak lelaki keluar dari kastil besar tersebut. "Kamu datang lagi."Ariana tersenyum lebar saat dia melihat sosok anak laki-laki yang ada di hadapannya. Ke

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   15. Surat dari Istana

    Suara pedang yang beradu terdengar dari dalam ruang latihan khusus tempat Ariana dan Valencia tengah berlatih. Walaupun Ariana masih kesulitan mengimbangi latihan Albert yang tidak memberikan gadis itu sedikit pun kelonggaran, setidaknya dia sudah bisa mengayunkan pedangnya dengan benar setelah beberapa minggu latihan keras. Pelajarannya di bidang akademik juga tidak kalah lancarnya. Ariana banyak belajar ketika dia ingin menjadi ratu yang baik di masa lalu. Mempelajari ulang semuanya sekarang, hanya seperti mengulas kembali apa yang telah Ariana pahami selama ini. "Berhenti!"Pedang Valencia berhenti tepat di dekat leher Ariana ketika gadis itu lengah. Keduanya kembali menurunkan pedang mereka setelah mendengar intruksi dari Albert. Ariana terengah-engah ketika dia selesai, tetapi Valencia hanya membuang napas panjang sebelum berdiri tegak seakan dia sama sekali tidak lelah setelah berlatih melawan Ariana selama beberapa kali. "Dilihat dari mana pun, sepertinya kamu memang lebih pa

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   16. Perjalanan ke Istana

    Sejak pagi-pagi sekali, Ariana sudah bangun untuk didandani di hari ulang tahun Putra Mahkota Emilio. Di tahun-tahun sebelumnya, Ariana selalu menjadi gadis paling repot karena dia menyiapkan banyak hadiah untuk tunangannya itu. Namun kali ini, Ariana bahkan tidak mau repot-repot melihat hadiah yang telah dipilih oleh James dengan hati-hati. Dia memberi hadiah hanya sebagai formalitas. Karena aslinya, Ariana berusaha tidak lagi menaruh sedikit pun kepedulian pada mantan tunangannya itu. Ketika Ariana menatap pantulan dirinya di cermin, gadis itu akhirnya paham mengapa kakeknya sampai harus memesan pakaian baru untuk pesta ulang tahun kali ini. Tidak seperti gaun cantik yang biasa Ariana pakai untuk mengunjungi pesta, gadis itu kini menggunakan pakaian cantik dengan celana sebagai bawahannya. Ariana sudah bisa membayangkan akan seheboh apa pesta nanti karena kedatangannya. Namun memang itu yang dia harapkan. Semakin banyak orang yang menganggapnya gila dan tidak masuk akal, semakin ba

Bab terbaru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   115. Menjadi Seorang Raja

    Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   114. Perang Telah Selesai

    Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   113. Kematian Emilio

    Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   112. Pertarungan Terakhir

    Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   111. Gerbangnya Telah Terbuka

    Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   110. Menyusup ke Gerbang Ibu Kota

    Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   109. Menuju Ibu Kota

    Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   108. Emilio dan Cornell

    Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   107. Kabur dari Istana

    Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala

DMCA.com Protection Status