Home / Fantasi / Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna / 9. Kunjungan Mendadak ke Istana

Share

9. Kunjungan Mendadak ke Istana

Author: Aurora
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tanpa Ariana sadari, dia telah tertidur sambil memeluk kotak peninggalan dari orang tuanya di depan lemari pakaian yang ada di kamarnya. Tidur hanya dengan gaun tidurnya, Ariana tanpa sadar meringkuk untuk membuat tubuhnya terasa lebih hangat sepanjang malam. Hanya ketika Andrew masuk ke kamar Ariana di pagi hari, dia akhirnya melihat bahwa cucunya tidur dalam kondisi menyedihkan itu sambil memegang satu-satunya peninggalan paling berharga dari orang tua Ariana.

Dengan hati-hati, Andrew memindahkan Ariana untuk tidur di kasur besarnya. Tatapan pria itu dipenuhi jejak ketidakberdayaan, saat pria itu tahu dia bertindak sangat jahat dengan memaksa gadis semuda Ariana untuk memikul beban sebagai pewaris satu-satunya gelar Duke yang dimiliki keluarganya secara turun-temurun. Gadis yang ada di depannya ini masih sangat muda, sampai dia bisa tertidur setelah menangis sambil memeluk peninggalan dari orang tuanya. Gadis seperti Ariana seharusnya mendapatkan apa yang dia mau dan bahagia, sebagai cucu satu-satunya orang berkuasa seperti dirinya.

Ketika Andrew selesai menyelimuti cucunya dengan hati-hati, pria itu menarik kotak yang semula Ariana pegang dengan erat untuk dia buka secara diam-diam. Tatapannya semakin menyendu, saat dia melihat berbagai jenis barang dan gambaran anak kecil tersimpan dengan baik di dalam kotak tersebut.

Di masa lalu, Andrew selalu mengecam putranya karena memanjakan Ariana dan membiarkan gadis itu bertindak sesukanya. Namun ketika dia melihat gambar-gambar sederhana yang tersimpan dalam kotak tersebut, dia tahu alasan utama mengapa putranya sampai bertindak demikian. Tidak ada yang paling membahagiakan bagi orang tua selain kebahagiaan anak mereka sendiri. Ariana selalu menggambarkan keluarganya dengan bahagia di setiap gambarnya. Senyum gadis itu bisa terlihat dalam setiap goresan. Senyum yang tidak lagi muncul, semenjak orang tuanya dinyatakan meninggal dan Andrew hanya tahu bagaimana cara membesarkan seseorang untuk menjadi pewarisnya di masa depan.

Padahal putra dan menantunya selalu membesarkan Ariana dengan penuh cinta. Namun bersamanya, Ariana hanya terus merasakan siksaan sampai senyumnya tidak pernah terlihat lagi. Ariana bertindak nakal karena gadis itu tersesat dalam urusan politik yang seharusnya tidak menjadi tanggung jawab dari gadis semuda Ariana. Namun bahkan jika Ariana terus-menerus meneriakan permohonan pertolongan di masa lalu, Andrew hanya menganggap Ariana nakal karena gadis itu tidak pernah diajari dengan baik oleh orang tuanya.

Andrew telah gagal merawat anaknya. Dan kini, dia hampir saja gagal merawat satu-satunya cucu yang dia miliki.

"Maafkan Kakek, Aria ...."

Dengan suara pelan, Andrew memanggil Ariana dengan nama panggilannya. Dalam hati Andrew berpikir. Jika Ariana tidak jatuh ke kolam beberapa hari yang lalu, apakah dia tetap akan menutup mata pada penderitaan cucunya? Jika Ariana tidak berinisiatif berubah dan bicara padanya, apakah dia akan memerhatikan detail kecil perubahan sikap pada cucunya seperti sekarang? Andrew tidak yakin. Dia tidak pernah menjadi orang tua yang baik di masa lalu.

"Hah."

Ketika Andrew membuang napas panjang, tangan pria itu bergerak untuk mengusap rambut cucunya dengan lembut. Mungkin sedikit terlambat baginya untuk menebus kesalahan yang dia lakukan selama ini. Namun di masa depan, Andrew berjanji dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi.

Jika cucunya memang tidak menyukai putra mahkota, maka jangan biarkan pertunangan mereka tetap berlanjut. Bahkan jika Ariana tidak mengajukan diri untuk menjadi ahli pedang seperti para pendahulunya, Andrew yakin dia bisa menemukan cara lain untuk membuat cucunya bisa dengan aman mewarisi gelar Duchess. Apa pun yang membuat Ariana bahagia, Andrew berjanji dia akan mengusahakannya selama keinginan Ariana memang masih bisa dia kabulkan.

"James."

"Saya di sini, Tuan."

Seperti yang diharapkan dari mantan pembunuh, James muncul dengan cepat ketika Andrew memanggilnya dengan suara pelan. Andrew menarik tangannya kembali saat  James telah muncul di dekatnya. Pria itu bangkit dari posisi duduknya, menyimpan kotak milik Ariana di lemari asalnya, sebelum menatap James yang masih setia menunggu perintah selanjutnya.

"Jaga dia dengan baik. Aku akan pergi ke istana saat ini juga."

Tidak ada jejak keterkejutan saat James mendengar keputusan Andrew. "Saya mengerti. Semoga Tuan mendapatkan perjalanan yang aman," ujarnya sambil sedikit menunduk. Andrew pergi keluar setelah dia puas menatapi Ariana yang tengah terlelap. Ketika Andrew melewati pintu, bayangan lain melintas dan berhenti tepat di belakang Andrew.

"Tuan, kereta kudanya telah siap untuk pergi."

Jimmy, anak James yang senang bersembunyi di balik bayang-bayang seperti ayahnya muncul dan langsung melapor pada tuannya dengan patuh. Andrew mengangguk mengerti setelah dia menerima laporan tersebut. "Kita pergi sekarang," ujarnya yang segera dibalas oleh pria muda itu.

"Saya mengeri, Tuan!"

***

Di lorong istana yang luas, Andrew berjalan dengan tenang walaupun hampir seluruh perhatian tertuju padanya. Sebagai seorang Duke, terutama gelarnya sebagai Duke of Alison, Andrew tidak memerlukan ijin siapa pun untuk memasuki istana sesuka hatinya. Namun sejak dia yang mengambil posisi sebagai Duke, Andrew hampir tidak pernah datang ke istana jika tidak ada urusan yang penting. Andrew bukan tipe pria yang senang dengan keramaian. Dibadingkan terlihat dengan orang-orang menyusahkan yang senang berkeliaran di sekitar istana, Andrew lebih suka mengunjungi wilayah kekuasaannya untuk membereskan masalah yang mungkin terjadi di sana. Mungkin hal itu juga, yang menyebabkan wilayah Alison terkenal sebagai tempat paling makmur di seluruh kerajaan.

Dari kejauhan, penjaga istana raja sudah bersiaga saat sosok Andrew perlahan-lahan mendekatinya. Hampir tidak ada yang tidak mengagumi Andrew karena bakat berpedangnya. Bahkan untuk pengawal pribadi raja, mereka tidak akan bisa menahan perasaan antusias mereka saat Duke of Alison yang asli ada tepat di hadapan mereka.

"Tolong katakan bahwa Duke of Alison datang untuk menghadap Baginda Raja."

Mengabaikan tatapan kekaguman yang terus-menerus diarahkan padanya, Andrew segera memberi penjaga istana tersebut sebuah perintah. Salah satu dari mereka segera memberi hormat lalu masuk ke ruang kerja raja untuk memberi tahu pengumuman itu. Penjaga tersebut keluar tidak lama kemudian. Pria tersebut kembali ke tempatnya, sebelum mengumumkan kedatangan Andrew secara resmi.

"Duke of Alison telah tiba!"

Penjaga istana membantu untuk membuka pintu saat Andrew melangkah dengan pasti ke dalam ruangan. Di belakang meja besar, duduk seorang pria berusia tiga puluhan yang ikut bangkit dari posisi duduknya saat dia melihat Andrew. Pria tersebut merupakan Raja Alexius dari Kerajaan Sigmund. Seseorang yang seharusnya menjadi ayah mertua dari Ariana di masa depan.

"Andrew mengucapkan salam pada Baginda Raja."

Dengan sikap hormat, Andrew sedikit membungkuk di hadapan Alexius. Namun penghormatannya tidak bertahan lama karena Alexius sendiri yang segera membantunya untuk kembali berdiri tegak. "Kita ini sudah seperti keluarga. Tidak perlu bagimu untuk memberiku penghormatan seperti ini," ujarnya memberi tahu.

Setelah Andrew diijinkan untuk duduk, dia tidak serta merta segera mengatakan alasan kedatangannya pada Alexius. Andrew membiarkan Alexius terlebih dahulu menyiapkan teh dan camilan untuk mereka, lalu menunggu agar raja tersebut menjadi orang pertama yang membuka topik pembicaraan.

"Sebenarnya, aku benar-benar senang karena kamu bersedia mengunjungiku hari ini. Sejak Ariana dikabarkan jatuh dan tidak sadarkan diri selama beberapa hari, aku benar-benar tidak bisa berhenti khawatir sepanjang hari. Bagaimana kabarnya sekarang? Apa dia sudah baik-baik saja?"

Andrew tersenyum sopan walaupun senyuman itu sendiri tidak sampai pada matanya. "Ariana memang sudah sadar, Baginda. Namun dokter mengatakan bahwa kepalanya terluka cukup parah hingga dia kehilangan ingatannya tentang apa yang terjadi pada saat itu. Ariana juga menunjukan tanda-tanda bahwa dia tidak bersikap normal setelah sadar dari pingsannya. Dia melakukan banyak hal aneh, dan telah menyebabkan banyak masalah bagi Duke ini."

Wajah Raja Alexius langsung berubah saat dia mendengar laporan itu. "Apa yang dokter katakan tentang itu? Haruskah aku mencari dokter terbaik untuk memeriksanya? Ariana itu sudah kuanggap sebagai anakku sendiri. Bagaimana bisa aku membiarkannya terluka saat aku masih bisa melindunginya?"

"Dokter kerajaan sudah mengatakan bahwa menyembuhkan Ariana secara total sudah tidak mungkin lagi. Bagian otaknya terkena benturan secara langsung. Yang bisa saya lakukan saat ini hanyalah mengabulkan segala keinginannya agar dia setidaknya bisa bahagia dengan kondisinya yang sekarang."

"Keinginan itu, apa keinginan Ariana?" tanya raja dengan antusias. Andrew menatap lama Alexius, sebelum dia tetap bicara dengan suara tidak berdaya.

"Dia bersikeras ingin mengikuti jejak kakeknya dan menjadi seorang Alison sejati. Dia terus saja mengabaikan kelas lainnya, dan terus-menerus lari ke lapangan latihan untuk diam-diam mencuri pedang."

Antusias di wajah Alexius segera hilang setelah Andrew menjawab pertanyaan itu. Keduanya saling menatap tanpa mau bicara. Namun dalam hati, Andrew sudah tahu Alexius mengerti arah pembicaraan mereka. Ariana tidak berlaku normal dan mulai mengabaikan tanggung jawabnya sebagai  seorang calon ratu. Bukan hanya itu, Ariana juga melanggar tabu kerajaan dan terus saja berusaha memegang pedang sekalipun dia seorang wanita. Gadis yang seperti itu, sudah jelas sekali bukan lagi calon yang pantas untuk menjadi istri seorang raja masa depan.

Namun karena indetitas masing-masing, rasanya sulit untuk memutuskan pertunangan ketika hampir semua orang di kerajaan sudah tahu bahwa putra mahkota dan pewaris gelar Duke of Alison bertunangan sejak mereka masih sangat kecil. Alexius terdiam dengan dahi berkerut, sementara Andrew terdiam dengan sorot mata yang tetap tenang.

"Keluarga Alison telah berjanji untuk melindungi kerajaan sebagai rasa terima kasih atas keistimewaan yang kami dapatkan dari raja terdahulu. Sementara itu, keluarga kerajaan merupakan pilar utama dari berdirinya kerajaan ini. Bahkan jika Ariana merupakan cucuku sendiri, aku tidak bisa membiarkan kondisinya menyusahkan keluarga kerajaan di masa depan. Saya mohon agar Baginda menyetujui pembatalan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dan Ariana. Karena dengan kondisi Ariana yang sekarang, saya hanya bisa memikirkan bahwa dia tidak lagi pantas naik sebagai seorang ratu di masa depan."

"Apa ... Apa dia benar-benar tidak bisa disembuhkan?" tanya Alexius dengan putus asa. Memutuskan pertunangan antar dua keluarga kuat sama saja dengan memulai pergesekan kekuatan di dalam istana. Alexius sebenarnya tidak ingin mengambil jalan itu, jika memang masih ada kesempatan bagi Ariana untuk pulih di masa depan.

"Saya telah bicara pada dokter kerajaan tentang ini. Kita tidak akan pernah tahu, kapan Ariana akan kembali normal dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai tunangan Putra Mahkota Emilio."

Ruangan kembali hening setelah Andrew selesai dengan ucapannya. Alexius sama sekali tidak berpikir Andrew akan berbohong tentang kondisi Ariana saat dia membawa nama dokter kerajaan dalam laporannya. Dokter kerajaan merupakan dokter yang khusus melayani keluarga kerajaan. Mereka tidak akan pernah berbohong, dan setia pada keluarga kerajaan. Ariana memang ikut diperiksa oleh dokter kerajaan dan diagnosisnya pasti memang seperti itu. Alexius memijat kepalanya dengan frustrasi. Bahkan keturunan terakhir keluarga Alison, ternyata tidak lepas dari kutukan yang menimpa keluarga itu.

"Lalu Ariana ... Bagaimana dengan Ariana setelah ini?" tanya Alexius dengan khawatir. Pemutusan pertunangan mungkin akan menjadi kerugian bagi keluarga kerajaan. Namun itu bukan berarti keluarga Alison tidak akan menanggung kerugian yang kurang dari mereka. Dengan memutuskan hubungan pertunangan dengan seorang putra mahkota, Ariana mungkin akan kesulitan mencari pasangan di masa depan karena hanya ada sedikit orang yang berani menyinggung keluarga kerajaan. Hal semacam itu pasti menjadi pukulan besar bagi keluarga Alison, apalagi ketika keluarga mereka memerlukan pewaris lain secepat mungkin.

"Untuk sementara waktu, saya mungkin akan fokus untuk merawat Ariana. Namun jika saya boleh meminta, Baginda, tolong ijinkan Ariana mempelajari pedang seperti keinginannya. Melindungi kerajaan adalah satu hal. Namun saya juga ingin dia bahagia dengan mengabulkan keinginan terbesarnya saat ini."

Alexius tahu Andrew juga tampaknya sudah sadar bahwa keturunan keluarga Alison mungkin akan berakhir di Ariana setelah dia memutuskan untuk memutuskan hubungan pertunangan antara Emilio dan Ariana. Mengabulkan satu permintaan terakhir tidak begitu sulit. Alexius mengangguk, saat dia memberi tahu Andrew keputusan akhirnya.

"Aku akan segera mengeluarkan perintah istana resmi. Karena kesehatan Ariana, pertunangan antara Emilio dan Ariana akan segera dibatalkan secara resmi. Dan untuk menghargai kerja kerasnya selama ini, aku akan mengabulkan permohonannya untuk memegang pedang dan mewarisi teknik pedang keluarga Alison. Duke, aku benar-benar berharap Ariana akan bahagia dengan keputusan ini."

Andrew tersenyum kecil setelah mendengar perintah itu. "Terima kasih, Baginda. Saya sendiri berharap yang terbaik untuk keluarga kerajaan," ucapnya sambil tersenyum sopan.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Khorik Istiana
Ijin promosi kak, mampir ke "Surat Wasiat Sang Duke" yuk kak :D
goodnovel comment avatar
Kikiw
Kakek Andrew pinter memainkan kata.. tapi demi satu2nya cucu, ya harus gitu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   10. Perubahan yang Tiba-tiba

    Di sebuah taman yang indah, seorang wanita cantik tengah asik menatap putranya yang tengah belajar berpedang bersama dengan guru pedangnya. Di wajahnya yang cantik, terpasang ekspresi serius saat matanya enggan meninggalkan gerak-gerik putranya yang tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi pelajaran gurunya. Rasanya wanita cantik itu enggan berkedip, karena dia takut dia melewati sesuatu ketika dia memejamkan matanya. "Baginda Ratu."Hanya ketika pelayan kepercayaannya memanggil, wanita itu sedikit mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap sedingin biasanya, saat dia menatap pelayan itu tanpa mengatakan apa pun. "Duke Andrew datang menemui Baginda Raja hari ini. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Namun hari ini raja telah membuat pengumuman bahwa karena kesehatan Nona Ariana yang memburuk setelah kecelakaan, keluarga kerajaan memutuskan untuk memutuskan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dengan Nona Ariana.""APA?!"Karena teriakan tajam wanita itu, bahkan anak

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   11. Ancaman Secara Langsung

    "Baginda Raja, saya akan masuk ke dalam."Karena Melisa tidak mendapatkan balasan, wanita itu langsung membuka pintu kamar suaminya tanpa permisi. Begitu Melisa masuk ke dalam, dia bisa melihat Raja Alexius berbaring di kasurnya dengan wajah yang sangat pucat. Napasnya tersegal-segal. Ketika pria itu melihat Ratu Melisa yang baru masuk ke kamarnya, matanya yang sudah tidak fokus menunjukkan raut wajah yang terlihat sedikit sedih. Sejak awal mereka menikah, Ratu Melisa tidak akan memasuki kamarnya jika dia tidak memiliki urusan yang mendesak. Dan kedatangannya kali ini, Raja Alexius sudah bisa menebaknya secara garis besar. "Baginda, Anda terlihat kurang sehat hari ini."Setelah melihat kondisi buruk suaminya, Ratu Melisa tersenyum ketika dia mengambil tempat di sebelah tubuh suaminya yang bergetar hebat. Tangannya dengan lembut menyapu rambut Raja Alexius yang basah oleh keringat, sebelum dia menarik tangannya lagi dan menatap Alexius dengan tatapan dingin. "Ini yang akan terjadi ji

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   12. Pedang Terkuat dari Alison

    "Ya ampun ... Nona Aria manis sekali dengan pakaian ini ...."Setelah berhari-hari bersama para pelayannya, Ariana akhirnya mulai terbiasa ketika gadis itu mendengar mereka memuji apa pun yang dia pakai. Ariana mencoba melakukan gerakan-gerakan peregangan dengan pakaian barunya. Gadis itu tidak menyangka. Walaupun bahan dan model pakaiannya masih terlihat cantik, Ariana tetap bisa bergerak dengan bebas ketika dia menggunakan baju latihan baru yang dipesan secara khusus oleh sang Kakek. Awalnya, kakeknya membuatkan Ariana baju itu agar Ariana bisa berlatih berkuda. Namun karena Ariana tidak pernah mau mendengarkan ucapan kakeknya di masa lalu, baju cantik tersebut dibiarkan saja terus berada di lemari pakaian tanpa pernah dipakai sekali pun. Mengingatnya saja sudah cukup membuat Ariana malu. Pantas saja orang-orang menyebutnya Duchess boneka di kehidupan terakhirnya. Ariana yang dulu, benar-benar tidak berguna dan hanya tahu bagaimana cara membahagiakan ratu dan putra mahkota. "Nona

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   13. Latihan Pertama

    Ketika Ariana sampai ke ruang latihan, dia menemukan bahwa seseorang telah tiba di sana lebih awal dari dirinya sendiri. Di tengah ruang latihan, berdiri seorang pria berusia tiga puluhan dengan zirah bergambar singa yang menjadi simbol keluarga Alison. Di bagian pundak, zirahnya secara khusus memiliki warna hitam, tanda bahwa dia merupakan kapten dari kesatria yang bersumpah untuk melayani keluarga Alison. Melihat sikap pahlawan yang ditunjukan oleh pria itu, Ariana tanpa sadar menunjukan senyum sedihnya. Pria yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarga Alison ini harus mati secara tragis karena berusaha memberi keadilan bagi Ariana di kehidupan sebelumnya. Melawan semua peringatan yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya, pria itu terus menyelidiki pelaku yang memberi Ariana racun di hari penobatan Putra Mahkota Emilio. Akhir dari pria yang dipenuhi rasa keadilan sudah bisa ditebak setelah itu. Di suatu malam, rumahnya terbakar dan menewaskan pria itu beserta seluruh keluargan

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   14. Pembicaraan Cucu dan Kakek

    "Nona Muda, tolong jangan berlari terlalu jauh dari kami!"Mengabaikan teriakan pelayan dan kesatria yang bertugas untuk menjaganya, Ariana berjalan cepat di lingkungan istana yang sangat luas. Kaki kecilnya membelah pepohonan besar yang mengelilingi istana. Layaknya seorang putri, Ariana memang sangat hafal tentang seluk beluk istana. Dia sengaja membuat pelayan dan kesatria kesulitan untuk mengejarnya, dan menyelinap untuk tiba di kastil besar yang tersembunyi di tengah rimbunnya pepohonan. "Tuan Peri, aku datang untuk menemuimu lagi hari ini!"Dengan susah payah, Ariana mencoba mengetuk pintu kastil yang terlalu besar untuk dirinya sendiri. Walaupun dia tidak langsung mendapat jawaban atas panggilannya, gadis itu tidak berhenti memanggil sambil mengetuk pintu besar tersebut. Ariana memanggil sampai beberapa kali, sebelum seorang anak lelaki keluar dari kastil besar tersebut. "Kamu datang lagi."Ariana tersenyum lebar saat dia melihat sosok anak laki-laki yang ada di hadapannya. Ke

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   15. Surat dari Istana

    Suara pedang yang beradu terdengar dari dalam ruang latihan khusus tempat Ariana dan Valencia tengah berlatih. Walaupun Ariana masih kesulitan mengimbangi latihan Albert yang tidak memberikan gadis itu sedikit pun kelonggaran, setidaknya dia sudah bisa mengayunkan pedangnya dengan benar setelah beberapa minggu latihan keras. Pelajarannya di bidang akademik juga tidak kalah lancarnya. Ariana banyak belajar ketika dia ingin menjadi ratu yang baik di masa lalu. Mempelajari ulang semuanya sekarang, hanya seperti mengulas kembali apa yang telah Ariana pahami selama ini. "Berhenti!"Pedang Valencia berhenti tepat di dekat leher Ariana ketika gadis itu lengah. Keduanya kembali menurunkan pedang mereka setelah mendengar intruksi dari Albert. Ariana terengah-engah ketika dia selesai, tetapi Valencia hanya membuang napas panjang sebelum berdiri tegak seakan dia sama sekali tidak lelah setelah berlatih melawan Ariana selama beberapa kali. "Dilihat dari mana pun, sepertinya kamu memang lebih pa

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   16. Perjalanan ke Istana

    Sejak pagi-pagi sekali, Ariana sudah bangun untuk didandani di hari ulang tahun Putra Mahkota Emilio. Di tahun-tahun sebelumnya, Ariana selalu menjadi gadis paling repot karena dia menyiapkan banyak hadiah untuk tunangannya itu. Namun kali ini, Ariana bahkan tidak mau repot-repot melihat hadiah yang telah dipilih oleh James dengan hati-hati. Dia memberi hadiah hanya sebagai formalitas. Karena aslinya, Ariana berusaha tidak lagi menaruh sedikit pun kepedulian pada mantan tunangannya itu. Ketika Ariana menatap pantulan dirinya di cermin, gadis itu akhirnya paham mengapa kakeknya sampai harus memesan pakaian baru untuk pesta ulang tahun kali ini. Tidak seperti gaun cantik yang biasa Ariana pakai untuk mengunjungi pesta, gadis itu kini menggunakan pakaian cantik dengan celana sebagai bawahannya. Ariana sudah bisa membayangkan akan seheboh apa pesta nanti karena kedatangannya. Namun memang itu yang dia harapkan. Semakin banyak orang yang menganggapnya gila dan tidak masuk akal, semakin ba

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   17. Pesta Ulang Tahun

    "Duke Andrew dan Nona Ariana dari keluarga Alison memasuki ruangan!"Ketika seseorang mengumumkan kedatangan mereka, perhatian orang-orang di dalam hampir semua langsung tersorot pada pintu masuk ke aula istana putra mahkota. Belum cukup sampai di sana, suara bisikan-bisikan langsung terdengar saat mereka melihat Ariana datang menggunakan celana dan bukan gaun seperti biasanya. Tatapan orang-orang seakan mencemooh Ariana yang benar-benar sudah dianggap gila. Namun di bawah pengawasan sang Kakek, tidak ada orang yang cukup gila sampai berani mencemooh gadis itu secara langsung. Dengan kepercayaan diri yang berhasil dipupuknya selama hidup di lingkungan istana, Ariana berjalan dengan anggun dan percaya diri untuk menghampiri Ratu Melisa dan Putra Mahkota Emilio yang menjadi pusat perhatian dari acara kali ini. Ariana menunduk dengan hormat di depan keduanya. Gayanya yang anggun benar-benar tidak cocok, dengan tampilannya yang bisa disebut tidak pantas untuk gadis muda sepertinya. "Duk

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   115. Menjadi Seorang Raja

    Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   114. Perang Telah Selesai

    Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   113. Kematian Emilio

    Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   112. Pertarungan Terakhir

    Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   111. Gerbangnya Telah Terbuka

    Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   110. Menyusup ke Gerbang Ibu Kota

    Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   109. Menuju Ibu Kota

    Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   108. Emilio dan Cornell

    Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   107. Kabur dari Istana

    Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala

DMCA.com Protection Status