Home / Fantasi / Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna / 5. Menjadi Pewaris yang Layak

Share

5. Menjadi Pewaris yang Layak

Author: Aurora
last update Last Updated: 2022-06-21 12:15:16

Berdiri di depan pintu ruang kerja sang Kakek, Ariana menarik napas panjang untuk menenangkan perasaannya yang sedikit gugup. Seperti yang Ariana harapkan, kakeknya tidak membiarkannya menunggu terlalu sama saat pria tersebut langsung mengijinkan Ariana untuk datang ke ruang kerjanya. Baik James maupun Andrew pasti sudah tahu apa tujuan Ariana sampai ingin bicara langsung dengan kepala keluarga. Ariana tahu dia tidak bisa mempermalukan dirinya sendiri di ruang kerja kerja sang kakek. Ariana mencoba untuk membenarkan postur berdirinya, sebelum dia mengetuk pintu itu dengan sopan.

"Kakek, ini Aria. Bisakah aku masuk sekarang?"

"Masuklah."

Andrew langsung membalas dari dalam ruangan setelah Ariana memperkenalkan dirinya. Dengan hati-hati, Ariana membuka pintu ruang kerja sang Kakek yang besar dan sulit digapai dengan tubuh kecilnya. Dia sempat kesulitan untuk membukanya, tetapi tampilannya kembali bermartabat saat Ariana mendorong pintu besar itu untuk kembali tertutup.

Melihat tingkah menggemaskan cucunya yang jarang terlihat, Andrew tidak bisa menahan senyuman kecil yang terbentuk di wajah tegasnya. Terlepas dari semua kenakalan yang gadis itu lakukan di masa lalu, Andrew sadar benar bahwa Ariana adalah satu-satunya cucu yang dia miliki. Hatinya tidak bisa membantu, tetapi merasa lembut saat dia melihat cucu manisnya itu bertingkah patuh dan manis di hadapannya. Namun senyum itu segera hilang, saat Andrew ingat dia tidak boleh terlihat terlalu memanjakan pewarisnya itu.

"Aria, mendekatlah ke arah Kakek."

Ariana dengan patuh mendekat dan berhenti tepat di sebelah sang kakek yang tengah duduk di kursi kerjanya. Matanya yang dulu hanya dipenuhi rasa takut, kini menatap Andrew dengan kasih sayang dan kekaguman yang tulus. Andrew membersihkan tenggorokannya saat dia tidak tahan melihat pemandangan itu. Dalam hati dia mengutuk, karena tiba-tiba saja tidak bisa terus mempertahankan tampilan kakek yang tegas di hadapan Ariana.

"James bilang ada sesuatu yang kamu ingin bicarakan dengan Kakek. Sebenarnya, sepenting apa pembicaraan itu sampai kamu harus berlarian di ruanganku saat kamu baru sadar begini?"

Ketika Andrew sudah sedikit menenangkan pikirannya, dia bertanya pada Ariana yang masih menatapnya dengan tatapan yang sama. Wajah Ariana berubah serius saat dia mendengar pertanyaan kakeknya. Ini dia. Dia harus memantapkan jalannya sebagai pelindung keluarga Alison begitu dia bicara pada kakeknya.

"Kakek, aku ingin membatalkan pertunanganku dengan Putra Mahkota Emilio."

Andrew terlihat terkejut ketika permintaan pertama yang cucunya berikan malah permintaan mengejutkan semacam itu. Awalnya, Andrew berpikir bahwa Ariana akan datang untuk membicarakan masalah studinya yang telah gadis itu abaikan semenjak kematian orang tuanya. Namun tanpa disangka, Ariana malah membahas pertunangannya dengan Putra Mahkota Emilio.

"Jika aku menikah dengan Emilio di masa depan, aku harus meninggalkan wilayah ini dan hidup bersamanya di istana kerajaan. Aku menyukai tempat ini, aku tidak ingin berpisah dari tempat ini di masa depan."

Ariana sadar bahwa di mata orang-orang, dia hanyalah gadis kecil berusia dua belas tahun saat ini. Ariana tidak bisa menjabarkan alasannya dengan kalimat yang terlalu kompleks. Dia hanya bisa berpura-pura naif, dan memberikan alasan yang sedikit kekanak-kanakan.

"Bahkan jika kamu menikah dengan Putra Mahkota, kamu tetap menjadi Duchess yang bertanggung jawab untuk mengelola tempat ini. Kamu juga bisa datang kapan pun kamu mau. Tinggal di istana bukan berarti kamu akan selamanya terkurung di sana. Sebagai Duchess of Alison masa depan, memangnya siapa yang berani mengatur keinginanmu?"

"Walaupun begitu, aku tetap ingin memutuskan pertunangan itu, Kakek."

Rasanya, bibir Ariana gatal untuk mengatakan alasan yang sebenarnya pada sang kakek. Keluarganya benar-benar belum tahu, bahwa pangeran yang mereka dukung akan mengkhianati kesetiaan mereka di masa depan. Jika Ariana ingin menyelamatkan keluarganya, gadis itu tahu dia harus memutuskan hubungan pertunangan yang mengikat kedua keluarga terlebih dahulu. Ariana tidak akan membiarkan sang kakek tidak berdaya lagi karena status pertunangannya. Dan lebih dari apa pun, Ariana tidak sudi lagi bertunangan dengan seseorang yang menghabisi kekuasaan keluarganya.

Melihat raut keseriusan di wajah Ariana, alis Andrew tanpa sadar terajut saat dia memikirkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Bahkan saat Ariana merajuk tentang orang tuanya, gadis itu tidak pernah terlihat sampai segigih ini. Andrew yakin pasti ada alasan yang lebih serius, sampai Ariana keras kepala tentang keinginannya kali ini.

Ketika Andrew mengingat kembali, Ariana juga jatuh ke kolam setelah gadis itu kembali dari kunjungannya ke istana. Wajah tua pria itu menghitam seperti arang, saat dia mulai curiga keinginan Ariana saat ini ada hubungannya dengan kejadian saat itu.

"Apa seseorang menggertakmu di istana?" tanya Andrew dengan suara serius. Namun Ariana dengan yakin menggeleng. "Dengan statusku sebagai pewaris utama keluarga Alison, siapa yang berani menggertakku, Kakek?" ujarnya balik bertanya. Namun Andrew tidak bisa dipuaskan begitu saja dengan jawaban Ariana. Memutuskan pertunangan berarti menyatakan pada keluarga kerajaan bahwa keluarga mereka tidak lagi mendukung putra mahkota untuk naik tahta sebagai seorang raja. Keputusan itu bisa menimbulkan perselisihan di antara mereka. Jadi selama Ariana belum bisa memberinya alasan yang bagus, Andrew tidak bisa menuruti perintah cucunya begitu saja kali ini.

Melihat dari ekspresi kakeknya, Ariana tahu dia gagal menggunakan teknik keras kepalanya kali ini. Gadis itu mengigit bibirnya kuat-kuat. Tidak peduli apa, Ariana harus memutuskan hubungannya dengan Emilio secepat mungkin. Ariana tidak bisa membiarkan perasaan menganggu rencananya. Semakin cepat hubungan pertunangannya dengan Emilio dibatalkan, semakin cepat juga Ariana bisa melanjutkan ke rencana yang berikutnya.

"Aku ingin menjadi seorang ahli pedang seperti orang-orang di keluarga kita, Kakek."

Andrew kembali tertarik saat Ariana mengungkapkan alasan lainnya. Kali ini, Andrew lebih bisa menerima alasan itu dibandingkan alasan yang sebelumnya Ariana berikan.

Sebagai calon ratu, Ariana memang didorong untuk mempelajari banyak hal namun dilarang melakukan hal-hal yang indentik dengan pekerjaan laki-laki. Salah satunya, termasuk larangan untuk belajar menggunakan pedang. Awalnya, Andrew memang menyesal karena tradisi melahirkan ahli pedang hebat di keluarganya harus berakhir hilang begitu saja. Namun menghadapi ketertarikan Ariana, pria itu terdiam untuk menimang segalanya dengan matang.

Jika Ariana benar-benar serius ingin menjadi seorang ahli berpedang di keluarga mereka, menjadi seorang ratu memang hanya akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjaga kekuatan mereka di bidang militer. Kekuatan mereka di bidag militer adalah kunci mengapa kerajaan bisa berkali-kali memenangkan perang. Keluarga Alison menerima gelar Duke karena kontribusi mereka yang luar biasa dalam bidang tersebut. Jika keluarga mereka tidak bisa menghasilkan ahli berpedang yang lain, bukankah itu sama artinya dengan keluarga mereka kehilangan martabatnya?

Memang banyak hal akan menjadi rintangan jika Andrew benar-benar mendukung cucunya untuk menjadi ahli pedang yang bertentangan dengan tradisi kerajaan. Namun lebih dari apa pun, keinginan Andrew hanyalah melihat bahwa tradisi berharga keluarga mereka bisa terus ada setelah kematiannya nanti.

"Ariana, kamu tahu bahwa perempuan yang memegang pedang masih menjadi hal yang tabu di kerajaan ini bukan? Belum lagi kamu juga ingin mundur dari posisimu sebagai tunangan putra mahkota. Jalanmu tidak akan mudah jika kamu memutuskan untuk memilih jalan ini."

Ariana tahu bahwa kakeknya akan lebih suka jika dia mau meneruskan ajaran keluarga mereka daripada patuh menjadi wanita yang patuh pada hukum-hukum kerajaan di dalam istana. Gadis itu tersenyum kecil, saat dia mengangguk dengan sangat yakin.

"Bisa belajar teknik pedang keluarga ini merupakan kehormatan yang lebih besar dari apa pun. Aku berjanji Kakek. Aku tidak akan menyesal dengan jalan yang kupilih, dan aku tidak akan membiarkan Kakek sampai menyesali keputusan ini."

Dihadapkan dengan nada percaya diri Ariana, Andrew tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tertawa lepas. Ini adalah cucu yang bisa dia banggakan. Dibandingkan menjadi gadis penakut yang senang mencari masalah, Andrew lebih suka Ariana yang berani, tetapi patuh seperti sekarang.

"Baiklah. Aku akan pegang janjimu itu Ariana. Besok, aku akan datang sendiri ke istana untuk bicara pada Raja Alexius tentang masalah ini. Mulai besok, bersiaplah untuk mengikuti pelajaran sekaligus berlatih pedang setelah semuanya selesai. Kakek akan pastikan kamu bekerja sangat keras untuk menguasai semuanya. Kamu harus menjadi orang yang kuat, jika ingin melawan orang-orang yang akan menentang keputusanmu."

Ariana lega karena kakeknya setuju dengan rencananya. Gadis itu tersenyum lebar. "Aku akan bekerja keras!" ujarnya dengan penuh semangat.

Bahkan jika dia harus bekerja keras sampai dia tidak bisa bernapas lagi, Ariana telah berjanji bahwa dia akan melindungi keluarganya dengan baik kali ini.

Andrew sendiri, dia menatap tidak berdaya cucunya yang terlihat seperti tumbuh dewasa dalam satu malam. Matanya tiba-tiba memancarkan cahaya aneh, ketika dia berusaha mencari penyebab perubahan drastis cucunya itu setelah dia kembali sadar.

"Ariana," panggil Andrew lagi. "Apa sesuatu terjadi sebelum kejadian ini?" lanjutnya saat dia tahu Ariana mendengarkannya. Ariana yang semula tampak lega langsung terdiam setelah dia mendengar pertanyaan kakeknya. Sesuatu yang terjadi. Ariana penasaran apakah itu terkait dengan keputusannya untuk melompat di kolam belakang.

Ketika diingatkan, Ariana juga sebenarnya penasaran dengan alasan dibalik kejadian yang samar-samar dia ingat dari kehidupan sebelumnya. Gadis itu mencoba mengumpulkan konsentrasinya untuk mengingat kejadian itu. Namun tidak peduli berapa keras Ariana mencoba mengingatnya, pikirannya serasa kosong tiap kali dia mencoba fokus mengingat apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu.

Ariana terkejut. Dia baru sadar bahwa dia tidak bisa mengingat apa pun tentang kecelakaannya di kesempatan kedua ini.

"Aku ... Tidak bisa mengingatnya."

Kerutan di dahi Andrew semakin jelas saat dia mendengar jawaban jujur dari cucunya. Bukan hanya dia, Ariana juga tampak terkejut dengan temuan baru ini. Ariana tidak tahu bahwa jatuh ke kolam juga bisa mengacaukan ingatannya. Ariana mulai bertanya-tanya apakah ini efek samping dari perjalanan waktu yang dia lakukan, atau memang efek samping dari kecelakaan yang dia alami.

"Aku akan bicara pada dokter tentang masalah ini. Tidak perlu terlalu memikirkannya. Istirahatlah untuk hari ini."

Menyerahkan masalah ini pada gadis berusia dua belas tahun rasanya terlalu berlebihan. Andrew menghentikan lamunan Ariana, dan Ariana tahu kakeknya ingin menyudahi obrolan mereka untuk hari ini.

"Kalau begitu, sampai nanti Kakek!"

Dengan gaya khas anak kecilnya, Ariana berusaha tersenyum lalu tersenyum ketika dia keluar dari ruangan Andrew. Ariana tahu dia tidak boleh membuat kakeknya terlalu khawatir tentang masalah ini. Kakeknya sudah tidak muda lagi. Ariana berharap dia bisa secepatnya membahagiakan kakeknya dibandingkan membuatnya memikirkan banyak hal seperti saat ini.

Sebagai permulaan, Ariana mungkin harus mencari penyebab mengapa dia sampai melompat ke kolam belakang beberapa hari yang lalu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
mungkin gasie dia di dorong orang misterius? atau dia kayak terhipnotis gitu? ada sihir gak nih di jaman ini?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   6. Kecurigaan

    "Kalau begitu, aku pergi dulu Kakek!"Andrew menyaksikan saat cucunya dengan riang keluar dari ruangannya setelah mereka selesai bicara berdua. Senyum yang semula terlihat samar bibir Andrew benar-benar hilang, saat pintu ruang kerjanya kembali tertutup rapat. "James, kamu di sini kan?"Dari balik bayang-bayang, James keluar lalu membungkuk hormat pada tuannya. "Saya ada di sini," ujarnya dengan nada hormat. Alis Andrew berkerut dari waktu ke waktu, saat pikiran cucunya yang tiba-tiba berubah benar-benar menganggu pikirannya saat ini. "James, siapa yang bertugas mengikuti Ariana saat dia mengunjungi istana?" tanya Andrew. "Itu Valencia dan dua orang kesatria bernama Luke dan Cale. Apa saya perlu memanggil mereka ke sini?"Andrew mengangguk dan James langsung menjalankan perintahnya. Tidak butuh waktu lama sebelum orang-orang yang dipanggil berlutut di hadapan Andrew. Mereka semua menyapa Andrew dengan hormat, sebelum kembali berdiri saat Andrew sudah mengijinkannya. "Katakan padaku

    Last Updated : 2022-07-06
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   7. Ingatan yang Hilang

    Ariana kembali ke kamarnya setelah dia selesai bicara dengan sang Kakek. Sebelum berbicara, Ariana sudah tahu bahwa dia tidak bisa menyembunyikan segalanya dari sang Kakek. Ariana sudah beruntung dia bisa mencapai kesepakatan dengan mudah kali ini. Menggunakan alasan tentang belajar ilmu pedang memang merupakan pilihan yang tepat untuk Ariana. Selama dia terus menentang kebijakan kerajaan dan bertindak seenaknya, Ariana yakin bahkan raja sekalipun tidak akan protes saat keluarga mereka memutuskan untuk membatalkan pertunangannya dengan Putra Mahkota Emilio. Tentang konsekuensi yang mungkin mereka dapat dari melawan perintah istana, Ariana yakin dia bisa menggunakan alasan jatuhnya untuk berpura-pura bertindak di luar akal sehat. Di kehidupan sebelumnya, Ariana ingat benar bahwa baik ratu, putra mahkota, maupun raja sangat terkejut saat mendengar berita bahwa Ariana dengan sengaja menjatuhkan dirinya ke kolam setelah kembali dari istana kerajaan. Walaupun kejadian itu belum tentu ter

    Last Updated : 2022-07-06
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   8. Persiapan untuk Belajar

    Ariana berjalan dengan hati-hati saat dia memutuskan untuk menghabiskan waktu luangnya dengan mengecek halaman belakang tempat dia jatuh beberapa hari yang lalu. Walaupun Ariana sendiri tidak yakin dia akan menemukan petunjuk di tempat itu, gadis itu setidaknya ingin mencoba dan mengenyangkan rasa penasarannya. "Eh, di mana kolamnya?"Namun ketika Ariana sampai di tempat itu, dahinya berkerut saat dia tidak bisa melihat kolam apa pun sejauh mata memandang. Valencia yang mengikuti Ariana mengikuti arah pandang gadis itu, lalu segera mengerti dengan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis itu. "Ah, kolam belakang telah diratakan dan diganti dengan kebun bunga setelah Dike Andrew menganggap tempat tersebut berbahaya untuk Nona Aria. Setelah Duke Andrew melakukan renovasi besar-besaran pada taman belakang, sekarang tempat ini telah dinyatakan aman sebagai tempat bermain Nona Aria."Ariana tahu dia salah. Jika dia tahu kakeknya akan merubah taman itu setelah kecelakaannya, dia lebih me

    Last Updated : 2022-07-06
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   9. Kunjungan Mendadak ke Istana

    Tanpa Ariana sadari, dia telah tertidur sambil memeluk kotak peninggalan dari orang tuanya di depan lemari pakaian yang ada di kamarnya. Tidur hanya dengan gaun tidurnya, Ariana tanpa sadar meringkuk untuk membuat tubuhnya terasa lebih hangat sepanjang malam. Hanya ketika Andrew masuk ke kamar Ariana di pagi hari, dia akhirnya melihat bahwa cucunya tidur dalam kondisi menyedihkan itu sambil memegang satu-satunya peninggalan paling berharga dari orang tua Ariana. Dengan hati-hati, Andrew memindahkan Ariana untuk tidur di kasur besarnya. Tatapan pria itu dipenuhi jejak ketidakberdayaan, saat pria itu tahu dia bertindak sangat jahat dengan memaksa gadis semuda Ariana untuk memikul beban sebagai pewaris satu-satunya gelar Duke yang dimiliki keluarganya secara turun-temurun. Gadis yang ada di depannya ini masih sangat muda, sampai dia bisa tertidur setelah menangis sambil memeluk peninggalan dari orang tuanya. Gadis seperti Ariana seharusnya mendapatkan apa yang dia mau dan bahagia, sebag

    Last Updated : 2022-07-08
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   10. Perubahan yang Tiba-tiba

    Di sebuah taman yang indah, seorang wanita cantik tengah asik menatap putranya yang tengah belajar berpedang bersama dengan guru pedangnya. Di wajahnya yang cantik, terpasang ekspresi serius saat matanya enggan meninggalkan gerak-gerik putranya yang tengah berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi pelajaran gurunya. Rasanya wanita cantik itu enggan berkedip, karena dia takut dia melewati sesuatu ketika dia memejamkan matanya. "Baginda Ratu."Hanya ketika pelayan kepercayaannya memanggil, wanita itu sedikit mengalihkan pandangannya. Wajahnya tetap sedingin biasanya, saat dia menatap pelayan itu tanpa mengatakan apa pun. "Duke Andrew datang menemui Baginda Raja hari ini. Tidak ada yang tahu apa yang mereka bicarakan. Namun hari ini raja telah membuat pengumuman bahwa karena kesehatan Nona Ariana yang memburuk setelah kecelakaan, keluarga kerajaan memutuskan untuk memutuskan pertunangan antara Putra Mahkota Emilio dengan Nona Ariana.""APA?!"Karena teriakan tajam wanita itu, bahkan anak

    Last Updated : 2022-07-08
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   11. Ancaman Secara Langsung

    "Baginda Raja, saya akan masuk ke dalam."Karena Melisa tidak mendapatkan balasan, wanita itu langsung membuka pintu kamar suaminya tanpa permisi. Begitu Melisa masuk ke dalam, dia bisa melihat Raja Alexius berbaring di kasurnya dengan wajah yang sangat pucat. Napasnya tersegal-segal. Ketika pria itu melihat Ratu Melisa yang baru masuk ke kamarnya, matanya yang sudah tidak fokus menunjukkan raut wajah yang terlihat sedikit sedih. Sejak awal mereka menikah, Ratu Melisa tidak akan memasuki kamarnya jika dia tidak memiliki urusan yang mendesak. Dan kedatangannya kali ini, Raja Alexius sudah bisa menebaknya secara garis besar. "Baginda, Anda terlihat kurang sehat hari ini."Setelah melihat kondisi buruk suaminya, Ratu Melisa tersenyum ketika dia mengambil tempat di sebelah tubuh suaminya yang bergetar hebat. Tangannya dengan lembut menyapu rambut Raja Alexius yang basah oleh keringat, sebelum dia menarik tangannya lagi dan menatap Alexius dengan tatapan dingin. "Ini yang akan terjadi ji

    Last Updated : 2022-07-09
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   12. Pedang Terkuat dari Alison

    "Ya ampun ... Nona Aria manis sekali dengan pakaian ini ...."Setelah berhari-hari bersama para pelayannya, Ariana akhirnya mulai terbiasa ketika gadis itu mendengar mereka memuji apa pun yang dia pakai. Ariana mencoba melakukan gerakan-gerakan peregangan dengan pakaian barunya. Gadis itu tidak menyangka. Walaupun bahan dan model pakaiannya masih terlihat cantik, Ariana tetap bisa bergerak dengan bebas ketika dia menggunakan baju latihan baru yang dipesan secara khusus oleh sang Kakek. Awalnya, kakeknya membuatkan Ariana baju itu agar Ariana bisa berlatih berkuda. Namun karena Ariana tidak pernah mau mendengarkan ucapan kakeknya di masa lalu, baju cantik tersebut dibiarkan saja terus berada di lemari pakaian tanpa pernah dipakai sekali pun. Mengingatnya saja sudah cukup membuat Ariana malu. Pantas saja orang-orang menyebutnya Duchess boneka di kehidupan terakhirnya. Ariana yang dulu, benar-benar tidak berguna dan hanya tahu bagaimana cara membahagiakan ratu dan putra mahkota. "Nona

    Last Updated : 2022-07-10
  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   13. Latihan Pertama

    Ketika Ariana sampai ke ruang latihan, dia menemukan bahwa seseorang telah tiba di sana lebih awal dari dirinya sendiri. Di tengah ruang latihan, berdiri seorang pria berusia tiga puluhan dengan zirah bergambar singa yang menjadi simbol keluarga Alison. Di bagian pundak, zirahnya secara khusus memiliki warna hitam, tanda bahwa dia merupakan kapten dari kesatria yang bersumpah untuk melayani keluarga Alison. Melihat sikap pahlawan yang ditunjukan oleh pria itu, Ariana tanpa sadar menunjukan senyum sedihnya. Pria yang mendedikasikan hidupnya untuk keluarga Alison ini harus mati secara tragis karena berusaha memberi keadilan bagi Ariana di kehidupan sebelumnya. Melawan semua peringatan yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya, pria itu terus menyelidiki pelaku yang memberi Ariana racun di hari penobatan Putra Mahkota Emilio. Akhir dari pria yang dipenuhi rasa keadilan sudah bisa ditebak setelah itu. Di suatu malam, rumahnya terbakar dan menewaskan pria itu beserta seluruh keluargan

    Last Updated : 2022-07-10

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   115. Menjadi Seorang Raja

    Selesai selesai menemui Melisa, Raoul tidak langsung kembali ke istana ketika dia malah membawa Ariana ke taman kerajaan yang indah. Setelah lama tidak bertemu, Raoul pikir dia memiliki banyak hal untuk dikatakan pada Ariana. Gadis itu tidak tahu betapa Raoul sangat menantikan pertemuan mereka. Walaupun pertemuan mereka tidak seindah yang Raoul bayangkan, tetapi pria itu tetap senang ketika dia melihat Ariana lagi. Sekarang setelah mereka akhirnya memiliki waktu untuk diri mereka sendiri, Raoul ingin bicara berdua dengan Ariana. Pria itu sama sekali tidak ragu saat dia menggandeng tangan Ariana. Jantungnya semakin berdebar keras, ketika pria tersebut tidak melihat penolakan apa pun dari Ariana. Setelah Raoul meminta Ariana duduk di tempat beristirahat yang ada di taman istana, pangeran tersebut menyusul untuk duduk di sebelah Ariana setelah itu. Namun ketika Raoul melihat wajah murung Ariana, pria tersebut tiba-tiba saja kehilangan kata-katanya. Ariana memang telah berubah menjadi w

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   114. Perang Telah Selesai

    Dari kastilnya, Melisa mendengar terompet yang menandakan bahwa perang telah usai. Emilio telah mati, dan Kerajaan Sigmund telah berhasil kembali pada pewaris sahnya. Suara bahagia dia luar kastil berhasil menghancurkan semua harapan Melisa. Wanita itu sempat terpaku, sebelum air matanya mengalir tanpa henti dari kedua matanya. Dengan kematian Emilio, semangat Melisa untuk melarikan diri segera jatuh ke titik nol. Wanita tersebut menatap perang yang telah selesai dari jendela kamarnya, lalu berbalik untuk menatap Teresa yang masih setia untuk menemaninya. Bahkan jika status mereka telah berubah, kesetiaan Teresa tetap sama sampai saat-saat terakhir. Melisa telah menyeret Teresa ke dalam balas dendam dan penderitaan ini. Namun bahkan sekarang, Teresa sama sekali tidak mengeluh ketika dia hanya terus berdiri di belakang Melisa untuk menemani wanita itu. Melihat kegigihan Teresa untuk tetap bersamanya sampai akhir, membuat Melisa kembali sedih. Senyum retak muncul di wajahnya, ketika

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   113. Kematian Emilio

    Ketika Ariana sudah bisa melihat gerbang istana kerajaan, gadis itu melihat bahwa pertarungan antara pasukan Pangeran Raoul dan pasukan masih berlanjut di halaman istana. Ariana baru saja hendak turun dari kudanya untuk membantu, ketika Jimmy yang melihat keberadaan Ariana langsung berteriak pada gadis itu. "Nona Aria, Pangeran Raoul telah memasuki istana bersama dengan yang lain! Kami bisa mengendalikan situasinya di sini. Jadi tolong bantu Pangeran Raoul untuk menemukan Raja Emilio!"Mendengar bahwa Pangeran Raoul telah masuk ke istana terlebih dahulu untuk mencari Emilio, Ariana merasa dia tidak memiliki banyak waktu lagi. Gadis itu hanya bisa mengangguk pada Jimmy, sebelum memacu kudanya untuk pergi ke istana kerajaan. Semakin dia masuk ke dalam istana, Ariana melihat semakin banyak orang terpaksa berhenti mengikuti Pangeran Raoul untuk melawan musuh yang ada di istana. Ariana berlari cepat ke dalam istana, dan melihat bahwa Pangeran Raoul tengah bertarung melawan Emilio. Di ru

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   112. Pertarungan Terakhir

    Ketika Emilio bangun kembali, dia merasa bahwa ribuan batu telah menindih badanya yang rapuh. Pria tersebut tidak bisa menahan batuk ketika dia mencoba untuk bangun secara tiba-tiba. Pandangannya sedikit kabur. Emilio hanya bisa mendengar seseorang samar-samar memanggil namanya, sebelum dia akhirnya cukup sadar untuk melihat ke sekeliling. Begitu Emilio melirik ke arah suara berdengung yang sejak tadi terus mengganggunua, pria itu menemukan sang Ibu yang selama ini dia kurung di kastil terpencil tengah menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Emilio, syukurlah kamu telah bangun Nak. Tenang saja, sebentar lagi kita akan pergi dari tempat ini. Ibu telah memikirkannya dengan baik. Tidak ada balas dendam atau kejahatan lain. Ibu hanya ingin hidup bahagia denganmu mulai saat ini."Alis Emilio bekerut ketika dia tidak mengerti apa maksud ucapan sang Ibu. Walaupun badan Emilio masih lemas dan sedikit bergetar ketika dia paksakan untuk bangun, pria itu tetap bangun dari posisi tidurnya untuk m

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   111. Gerbangnya Telah Terbuka

    Sekitar tiga puluh menit telah terlewat sejak Ariana awal berlari. Selama waktu itu, gerbang yang seharusnya terbuka masih belum dibuka oleh Carla. Ariana menatap ke arah gerbang dengan tatapan khawatir. Walaupun gadis itu tahu dia seharusnya percaya pada Carla, Ariana tetap saja tidak bisa menahan pikiran buruk yang mulai bermunculan di pikirannya. Sejak awal, membuka gerbang dari dalam dengan kerja sama dari dua orang saja memang terdengar mustahil dilakukan. Ariana baru saja hendak berbalik untuk mencapai gerbang, ketika gerbang berat yang mustahil diangkat sebelumnya perlahan mulai naik ke atas. "Si, siapa yang membuka gerbang itu?! Ke mana orang-orang yang diminta menjaga gerbang itu pergi?!"Dari kejauhan, Ariana bisa mendengar para tentara berteriak panik. Kekacauan semakin parah ketika dari dalam ibu kota saja, Ariana bisa mendengar suara langkah kuda yang melaju dengan cepat. Tatapan di mata Ariana sedikit melembut, ketika dia akhirnya bisa melihat Pangeran Raoul memimpin p

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   110. Menyusup ke Gerbang Ibu Kota

    Pangeran Raoul menatap gerbang ibu kota dengan tatapan nostalgia begitu dia berhasil melihat tempat tersebut dari kejauhan. Dengan masalah yang terus-menerus menimpanya sejak Raoul pergi dari ibu kota, rasanya sudah lama sekali sejak pangeran tersebut bisa kembali ke kampung halamannya. Di dalam gerbang itu, ada Ariana dan ribuan warga ibu kota yang perlu dia selamatkan. Pertarungannya di tempat itu, akan menjadi penentu kemenangannya dalam memperebutkan takhta. Pangeran Raoul menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya sendiri. Pangeran tersebut telah melewati banyak pertarungan untuk sampai ke titik ini. Namun dari semua pertarungan, dia tidak pernah merasa sampai segugup ini. Raoul hanya bisa berdoa semoga semuanya berjalan dengan lancar. Ariana telah berhasil diselamatkan dari istana kerajaan, sementara Emilio tidak ada kabarnya setelah diracun. Untuk saat ini, Raoul hanya perlu fokus menerobos masuk ke istana dan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya selama ini. "

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   109. Menuju Ibu Kota

    Ketika Ariana sadar kembali, dia sudah berada di ruangan sederhana yang tidak dikenal. Di sekelilingnya, Ariana mendengar suara ramai yang bercampur menjadi satu. Suara anak-anak mendominasi indra pendengaran Ariana. Gadis itu perlahan bangkit dari posisi tidurnya, lalu menatap ke sekeliling untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Hal yang terakhir Ariana ingat merupakan saat di mana dia memaksa untuk menyusul Cornell dan tiba-tiba merasakan perasaan sakit di bagian tengkuknya. Tampaknya untuk menghentikan perlawanannya, Carla telah memukul titik lemahnya hingga dia akhirnya pingsan. Ariana tidak tahu dia ada di mana. Namun satu hal yang pasti, Ariana tidak bisa menemukan keberadaan Carla di tempat asing itu. Setelah kesadarannya kembali, Ariana turun dari tempat tidurnya untuk keluar dari ruangan itu. Gadis tersebut membuka pintu ruangan itu dengan hati-hati, dan langsung disambut oleh anak-anak yang tengah bermain kejar-kejaran di lorong tempat tersebut. "Anak-anak, jangan berl

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   108. Emilio dan Cornell

    Saat itu Raja Emilio tengah berada di ruang kerjanya, ketika seseorang datang dengan terburu-buru untuk memberikan tahu kabar yang paling dia takuti selama ini. "Baginda, seorang penyusup telah masuk dan membawa pergi Duchess Alison!"Mengabaikan semua hal, Raja Emilio langsung berlari untuk kembali ke istana kerajaannya saat itu juga. Emilio pikir, Ariana akan aman di istananya karena dia menugaskan hampir setengah kesatria kerajaan untuk berjaga hanya di tempat itu. Ariana juga telah berperilaku dengan sangat baik akhir-akhir ini. Gadis itu bahkan mengijinkan Emilio untuk bermalam di kamarnya, lalu tersenyum kecil di berbagai kesempatan. Emilio pikir mereka bisa kembali ke titik awal yang dia inginkan sebentar lagi. Kebahagiaan yang dia dambakan ada di depan mata, ketika Ariana sudah mulai membuka hatinya lagi. Namun pemandangan yang pria itu dapatkan ketika kembali ke istananya, telah menghancurkan semua harapan Emilio. Pria itu hanya bisa melihat puluhan kesatria kerajaan yang t

  • Kesempatan Kedua Duchess Tidak Berguna   107. Kabur dari Istana

    Raja Bernard bekerja sangat cepat untuk mempersiapkan pasukannya yang akan ikut kembali bersama Pangeran Raoul ke Ibu Kota Kerajaan Sigmund. Hanya dalam waktu tiga hari, Pangeran Raoul akhirnya siap untuk kembali ke kerajaannya sendiri. Pria tersebut melihat barisan pasukan yang ada di depannya, sebelum berbalik untuk menatap Raja Bernard dan Putri Elle yang mengantar kepergiannya. "Kebaikan Anda hari ini tidak akan pernah saya lupakan. Setelah saya berhasil mengambil alih kerajaan, saya harap dua kerajaan bisa memiliki hubungan yang baik kembali."Raja Bernard tersenyum setelah mendengar ucapan Pangeran Raoul. "Tentu saja. Hubungan kita mungkin pernah buruk karena perang. Nyawa yang hilang juga tidak akan pernah kembali. Namun dari kesalahan ini, aku ingin belajar untuk berpikir lebih kritis sebagai seorang pemimpin. Pangeran Raoul, aku akan menunggu saat di mana kedua kerajaan bisa saling membantu lagi seperti dahulu," ujarnya. "Berhati-hatilah di jalan. Aku harap semuanya berjala

DMCA.com Protection Status