Malam ini, Ellena akan pergi menemani Reno untuk ke pesta pernikahan kerabat keluarga Sanjaya.
Meskipun Keluarga Lewis tidak mendapatkan undangan khusus, mungkin karena saat ini perusahaan mereka masih ada di masa penurunan yang kritis, tetapi Ellena tetap harus hadir untuk menemani Reno, calon suaminya dari keluarga Sanjaya. Ellena sudah bersiap, dia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi nomor Reno. Tetapi, berulang kali panggilannya tidak diangkat justru tidak lama setelah itu nomor Reno tidak aktif lagi. Dia menunduk, menatap ponselnya. Dia tidak memiliki pikiran buruk apapun dan berinisiatif untuk menunggu Reno di luar gerbang asrama tempat tinggalnya sekarang ini. Begitu dia keluar dari gerbang, dia melihat mobil Reno terparkir di ujung sana sedikit jauh dari jalan besar. Resta berjalan untuk menghampiri. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Ellena menghentikan langkahnya karena melihat Reno dan Salma sedang berdiri berhadap-hadapan di sana. Mereka terlihat akrab, padahal selama ini mereka tidak terlihat dekat. Ditambah lagi dia melihat Salma mengulurkan tangannya untuk memeluk pinggang Reno. Melihat hal itu membuat wajah Ellena tiba-tiba menjadi pucat. ‘Apa ada sesuatu di antara mereka berdua?’ Karena ingin mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, Ellena bersembunyi di balik pohon besar yang ada tidak jauh dari mereka berdiri. “Sayang..” Ellena mendengar suara Salma memanggil calon tunangannya. Sedangkan Reno melihat sekeliling untuk memastikan keadaan aman bagi mereka. Saat Reno hendak menoleh ke arahnya mengintip, gadis itu segera bersembunyi dengan baik. Lalu dia mendengar Reno berkata, “Salma, tadi kamu bilang mau bilang sesuatu yang penting. Apa itu? Kita jangan lama-lama di sini, kakakmu sudah menungguku.” Suara Salma terdengar manja dan malu-malu saat berkata, “Reno, aku hamil.” “Apa? Kamu hamil?” Reno terkejut, dia seperti belum percaya. “Iya, aku hamil anak kita, kamu akan segera menjadi seorang ayah. Apa kamu bahagia?” Reno menundukkan kepalanya, “Apa benar kamu hamil?” Tanyanya. “Iya, usia kandungannya baru sebulan.” Salma mengangkat kepalanya sedikit dan melihat ke tempat Ellena bersembunyi. Dia menipiskan bibirnya, matanya terlihat dingin dan terlihat sedikit senyum sinis dari sudut bibirnya. Dia sebenarnya sudah menyadari jika di sana ada Ellena yang sedang menguping pembicaraan mereka. Salma hamil anak Reno? Ellena bukan hanya terkejut, tapi tubuhnya menjadi gemetaran dan lemas. Dia tidak menyangka jika adik tirinya itu berusaha mendekati Reno. Dan yang paling tidak menyangka ternyata Reno juga telah mengkhianatinya. Pikiran Ellena tiba-tiba kosong. Setelah beberapa saat, terdengar suara Reno berkata pada Salma, “Ayo kita pergi dulu. Jangan biarkan kakakmu curiga. Kita harus menjemputnya segera.” Ellena melihat mereka berdua berdiri berhadap-hadapan tanpa jarak. Kemudian mereka berciuman. Meskipun itu hanya beberapa saat, setelah itu mereka pergi ke dalam asrama, tetapi hati Ellena rasanya sangat tersayat. Dia menunduk dengan mata yang merah, hatinya begitu sakit. Dia berbalik dan pergi meninggalkan tempat itu. Setelah beberapa lama berjalan, dia terlihat kebingungan. Ketika dia tengah berjalan, dia melihat beberapa pria berpakaian hitam datang dari arah berlawanan. Saat dia hendak minggir agar tidak menabrak mereka, salah satu dari pria itu malah menangkapnya. Lalu terdengar orang itu berkata, “Ini dia wanita itu, sudah ketemu. Ayo bawa!” Dia? Siapa yang mereka maksud? Jangan-jangan mereka salah menangkap orang. Ellena panik sekaligus takut dan dia mencoba untuk melawan. Tetapi salah satu dari mereka mencekoki sesuatu pada mulutnya. Ellena tidak tahu apa itu, tapi dia merasa kepalanya mendadak sangat pusing, dan akhirnya dia tidak sadarkan diri. Ketika dia sadar, orang-orang tadi sudah membawanya ke depan sebuah hotel. Ellena sudah memiliki perasaan yang buruk. Lalu dia melakukan perlawanan. Dia menginjak satu kaki orang yang memegangnya dan menggigit lengan satu orang lainnya. Ellena berhasil lepas dari mereka dan lari sembarangan masuk ke dalam hotel. Orang-orang tadi langsung mengejarnya. Ellena tidak punya pilihan, dia juga tidak tahu ruangan apa yang telah ia masuki. Dia hanya berusaha untuk menyelamatkan diri dari kejaran para pria yang menangkapnya tadi. Dia masuk ke dalam sebuah kamar dan bersembunyi di dalam kamar mandi. *** Diluar, Pintu lift hotel terbuka. Di lantai kamar presidential suite, sekelompok pengawal dan staf hotel berbaris di sisi kanan dan kiri. Hanzero berjalan dengan anggun dan auranya terpancar sangat kuat. Penampilannya juga sangat menawan. Meskipun wajahnya begitu dingin tetapi terlihat lembut. Setiap bagian wajah pria itu sangatlah indah dan sempurna hingga membuat semua orang terpesona. Begitu dia sampai di depan pintu kamar, pengawal segera menghampiri dan membukakan pintu dengan lembut untuknya. Dia berjalan masuk ke dalam kamar, lalu melepas dasi di lehernya dan melemparnya begitu saja. Hanzero masih berdiri mematung, wajahnya terlihat sedih. Dia baru saja tiba di tanah air, tetapi sudah banyak yang harus dia pikirkan. Salah satunya adalah tentang kelangsungan generasi penerus keluarga Brahmana. Jika dia tidak juga sembuh dari penyakitnya ini, apa yang akan terjadi kedepannya? Orang tuanya sudah sangat ingin dia menikah. Sudah sangat memimpikan mempunyai seorang menantu. Sedangkan dia tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya bisa pasrah karena penyakit langka yang ia derita. Ketika dia sedang termenung, dia terkejut saat mendengar suara air yang tiba-tiba mengalir dari kamar mandi. Ternyata ada orang di dalam sana. Setelah terdiam beberapa saat, dia berjalan perlahan ke arah kamar mandi dan mengulurkan tangan untuk membuka pintu kamar mandi itu lalu berjalan ke dalamnya. Dia tercengang ketika melihat seorang wanita yang sedang duduk di kamar mandinya. Wanita itu sangat cantik, dengan penampilan yang memukau. Dia juga memiliki sepasang mata yang indah. Hanzero merasa sedikit kagum. Wanita itu benar-benar cantik, tapi sayangnya Hanzero tidak peduli. Secantik apapun wanita itu, dia sama sekali tidak tertarik. Bahkan ketika melihatnya, dia sudah merasa khawatir. Dia takut perutnya akan segera mual. Hanzero berdiri di samping wanita itu sejenak, lalu dia berkata dengan dingin. “Segera keluar dari kamarku atau aku akan melemparmu!” Perlahan wanita itu mengangkat kepalanya, dia menatap Hanzero. Saat Hanzero tidak menanggapinya, wanita itu justru mengulurkan tangannya untuk memegang celananya. Tubuh Hanzero mendadak kaku dan tegang. Dia berpikir mungkin dia akan segera muntah atau pingsan. Tetapi, setelah menunggu beberapa saat, reaksi penolakan dari tubuhnya tidak terjadi sedikitpun. Hanzero tercengang, dia merasa sangat penasaran sekaligus heran. Lalu dia mendekati wanita itu untuk memastikan. Tapi ternyata, tubuhnya benar-benar tidak memunculkan reaksi apapun. Dia menunduk dan terdiam menatap wanita itu. Hanzero belum mengerti kenapa tubuhnya bisa tidak bereaksi seperti biasanya, tetapi wanita itu tiba-tiba sudah bangun dari lantai dan melingkarkan kedua tangannya di lehernya. Tanpa diduga, tiba-tiba perempuan itu berjinjit dan mencium bibirnya.Pagi berikutnya, Ellena terkejut saat mendapati dirinya sedang berada di ranjang besar dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.“Dimana ini?” Dia segera duduk di ranjang itu dengan selimut menggulung tubuhnya. Beberapa saat lamanya gadis itu kebingungan, lalu terdengar suara air mengalir dari kamar mandi. Dia langsung teringat dengan semua yang terjadi tadi malam. Wajahnya menjadi pucat.Tiba-tiba, dia mendengar suara air di dalam kamar mandi berhenti. Pikirannya langsung ikut berhenti dan dia segera melompat dari ranjang, lalu dengan cepat mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai serta langsung mengenakannya. Setelah itu dia berbalik badan dan perlahan pergi dari kamar itu.Ellena berjalan keluar dari hotel. Begitu dia keluar dari gerbang, dia langsung berlari ke arah jalan. Setelah lama berlari, dia kelelahan dan mencari tempat untuk beristirahat.Dia belok ke arah taman, bersandar dibawah pohon yang ada disana dan termenung. Dia mengingat semuanya dengan jelas sekarang.Dia mene
Ellena adalah calon istri Reno. Mereka sudah saling kenal selama sepuluh tahun. Tapi Reno lebih memilih untuk percaya pada Salma. Setelah selama sepuluh tahun, Ellena memberikan perasaan penuh kasih sayang.Apa ini cara Reno mempercayainya? Di mata Reno, ternyata dia hanyalah seorang wanita yang kejam. Saat melihatnya tadi, matanya penuh cemoohan dan rasa kecewa.“Reno, apa kamu lupa siapa pacarmu? Apa kamu lupa juga siapa wanita yang sedang kamu peluk itu?”Reno membeku selama beberapa saat. Dia melihat kesedihan di wajah Ellena. Alisnya menegang, ada rasa bersalah di matanya. Tapi dia masih memegang Salma dengan erat.“Maafkan aku. Salma mengandung anakku. Jadi aku harus bertanggung jawab padanya.”“Hah?” Ellena merasa seperti sedang mendengar lelucon. “Kamu harus bertanggung jawab pada Salma? Lalu bagaimana denganku? Apa kamu sudah… punya rencana lain untukku?”Reno menutup bibirnya, dia memandang Salma yang ketakutan di lengannya. Tubuh Salma tidak berhenti bergetar dan peganganny
“Tuan, apa maksudmu, penyakitmu sudah mulai membaik?” Tanya Leo.“Aku juga nggak tahu.” Hanzero terdiam beberapa saat dan menyerngitkan alisnya. “Dia, sepertinya tidak sama dengan wanita yang lain. Tubuhku sama sekali tidak menolaknya dan malah sangat suka saat dia mendekatiku.”Ini belum pernah terjadi sebelumnya!Setelah terdiam, Hanzero kembali berbicara dengan pelan. “Semalam aku tidur cukup tanpa mimpi buruk lagi.”Leo benar-benar terkejut lalu bertanya, “Bagaimana sebenarnya?”Hanzero menggosok alisnya. Suaranya sedikit serak, “Kalau aku tahu, aku nggak akan meneleponmu. Aku juga sedang memikirkannya, apa ini ada hubungannya dengan wanita itu?”Leo segera berkata dengan nada yang cukup serius. “Apa Anda ingin tahu, apa itu ada hubungannya dengan wanita itu? Caranya sangat gampang. Tuan Hanzero bisa mendekati wanita itu sekali lagi. Dengan begitu, Anda akan tahu yang sebenarnya dan apa yang sedang terjadi padamu.”Hanzero lagi-lagi hanya bisa terdiam, sampai Leo kembali berbicara
Kimmy melompat dari lantai seperti orang yang baru saja lolos dari kematian. “Baik Kak, aku akan keluar dari sini. Oke! Terima kasih ya?” Dia segera berbalik dan menyelinap pergi. Dalam sekejap mata sosok Kimmy sudah menghilang tanpa jejak.Leo hanya terdiam melihat semua itu. Kimmy benar-benar tidak bernyali, tapi bagaimana bisa dia berurusan dengan Tuan Hanzero tadi malam?Lalu tadi Kimmy mengatakan jika wanita yang tadi malam datang ke kamar Tuan Hanzero ternyata bukanlah wanita yang mereka siapkan untuknya, tapi orang lain? pikir Leo.Saat dia masih merenungkan pertanyaan ini, dia mendengar suara dingin dan dalam. “Pergi dan periksa segera, apa yang terjadi pada wanita yang muncul di kamarku tadi malam!”“Baik, Tuan Hanz!”---Di rumah sakit, akhirnya Kelvin terbangun. Ellena langsung meraih tangan adiknya. Melihat wajah adiknya yang pucat dia merasa sangat sedih. “Kelvin, apa yang kamu rasakan sekarang? Apa Kakak perlu memanggil dokter untuk memeriksamu lagi?” Tanyanya.“Tidak pe
Ellena merasa lebih santai setelah melihat Romi tersenyum padanya. Dia mengangguk dan duduk sambil membalas senyum pria itu. “Presiden, tadi perawat bilang kalau presiden mencariku untuk membicarakan tentang kondisi adikku. Benarkah?” Ellena bertanya dengan agak ragu. “Apa ada perubahan pada kondisi Kelvin?”Romi mengambil cangkir kopi di atas meja dan menyeruput kopinya sedikit, lalu menjawab, “Ya ada yang berubah sedikit.Ellena tiba-tiba menjadi gugup, “Apa itu?,”“Penyakit adikmu seharusnya dioperasi lebih awal agar hasilnya lebih optimal. Tetapi karena serangan jantungnya kambuh lagi kali ini, dia sebenarnya sudah melewati waktu yang optimal untuk operasi.”Wajah Ellena tiba-tiba berubah dan suaranya bergetar. “Apa artinya Kevin sudah melewati periode operasi terbaiknya? Apa artinya dia tidak akan mungkin bisa menjalani operasi lagi?”“Bukannya dia tidak dapat dioperasi, tapi hasil operasinya akan kurang optimal. Nona Ellena operasi adiknya tidak dapat ditunda lagi.”“Aku tahu,”
Karyawan perempuan itu berbicara pada Leo sambil menatap Ellena. Matanya menampakkan kecemburuan. Mungkin karena, meskipun Resta terlihat miskin, tapi memiliki wajah yang sangat cantik."Seseorang mencari Tuan Hanz?" Tanya Leo. Dia melirik ke tempat istirahat di ruang tunggu dengan penasaran. Saat matanya tertuju pada Ellena, dia seketika membeku. Kemudian, matanya tampak terkejut. “Wanita itu? Bukankah itu,.. Nona Ellena yang Tuan minta untuk aku selidiki tadi? Kenapa dia ada di sini?” pikirnya.Karyawan resepsionis itu melihat perubahan ekspresi Leo, dan mengira jika Sekretaris Leo itu juga tidak senang melihat Ellena yang menolak untuk pergi dari sini.Nada bicara karyawan itu terdengar semakin meremehkan. "Saya belum pernah melihat orang yang begitu tak tahu malu seperti wanita itu.”Leo berjalan menuju ruang tunggu sambil mengeluarkan ponselnya dan menelepon. Setelah teleponnya terhubung, ia berkata dengan lembut, "Tuan, Nona Ellena datang ke perusahaan dan mengatakan jika dia se
Pria baik? Hanzero tertawa, seakan baru saja mendengar sesuatu yang menarik. Dia meletakkan dokumen di tangannya lalu berdiri dan berjalan perlahan ke arah Ellena kemudian dia berhenti tepat di hadapan wanita itu.Ellena menjadi gugup, jarak antara mereka kini sangatlah dekat hingga dia bisa menghirup aroma dari tubuh Hanzero dan hal ini membuat pria itu terlihat semakin menawan di matanya.Setelah mereka saling berpandangan wajah Ellena memerah, dia pun melangkah mundur sambil menggigit bibirnya. “Tuan Hanzero, aku,”“Nona, aku ini seorang pengusaha.” Kata Hanzero sambil memandang Ellena dan sedikit mengangkat bibir tipisnya. “Dalam perhitungan bisnis karena Nona Ellena yang membutuhkan bantuanku, kira-kira keuntungan apa yang bisa Nona berikan padaku?”Ellena terdiam beberapa detik untuk berpikir, lalu menjawab. “Tuan Hanzero, aku tidak tahu apa yang anda inginkan. Aku juga tidak mempunyai apa-apa, tapi kalau anda ingin aku membayar, aku pasti akan mengusahakan, entah meskipun itu c