Ellena adalah calon istri Reno. Mereka sudah saling kenal selama sepuluh tahun. Tapi Reno lebih memilih untuk percaya pada Salma. Setelah selama sepuluh tahun, Ellena memberikan perasaan penuh kasih sayang.
Apa ini cara Reno mempercayainya? Di mata Reno, ternyata dia hanyalah seorang wanita yang kejam. Saat melihatnya tadi, matanya penuh cemoohan dan rasa kecewa. “Reno, apa kamu lupa siapa pacarmu? Apa kamu lupa juga siapa wanita yang sedang kamu peluk itu?” Reno membeku selama beberapa saat. Dia melihat kesedihan di wajah Ellena. Alisnya menegang, ada rasa bersalah di matanya. Tapi dia masih memegang Salma dengan erat. “Maafkan aku. Salma mengandung anakku. Jadi aku harus bertanggung jawab padanya.” “Hah?” Ellena merasa seperti sedang mendengar lelucon. “Kamu harus bertanggung jawab pada Salma? Lalu bagaimana denganku? Apa kamu sudah… punya rencana lain untukku?” Reno menutup bibirnya, dia memandang Salma yang ketakutan di lengannya. Tubuh Salma tidak berhenti bergetar dan pegangannya semakin erat. Salma mengulurkan tangan dan memeluk Reno, dia merasa sangat terikat pada Reno lalu memanggil dengan lemah lembut, “Reno.” Reno mengulurkan tangan dan menyentuh kepalanya, lalu dia mengangkat wajahnya untuk menatap ke arah Ellena. Dia terdiam cukup lama, sebelum akhirnya mengatakan hal yang bodoh pada Ellena. “Aku minta maaf, orang yang aku cintai adalah Salma. Aku nggak bisa menipu diriku sendiri dan aku juga nggak ingin terus menipumu.” Saat mendengar satu per satu kata maaf yang keluar dari mulut Reno dan Salma, Ellena merasa sangat kecewa. Sekarang dia hanya bisa tertawa dan merasa ini semua adalah sebuah lelucon. Pada awalnya Reno lah yang mengatakan kalau dia ingin hidup bersamanya dan tidak akan pernah mengecewakannya. Reno bersikeras melanjutkan perjodohan antara dua keluarga mereka. Reno juga mengatakan jika menyukainya, dan akan menikahinya. Reno ingin menjadikannya sebagai istri. Juga mengatakan kalau hanya akan mencintainya seumur hidup. Tapi sekarang, Reno malah mengatakan kalau dia mencintai Salma. Ellena tertawa dengan ironis. Tapi matanya terlihat sangat sedih. “Apa kamu bilang? Kamu mencintai Salma?” Mata Reno menyala dan dipenuhi rasa bersalah, dia tidak berani memandang Ellena lagi, dia pun menurunkan pandangannya dan menjawab, “Iya.” Salma memalingkan wajahnya, bibirnya terangkat menunjukkan senyuman penuh kemenangan. Meskipun bibirnya yang bergerak tidak mengeluarkan suara apapun, tapi Ellena sudah mengerti maksud dari senyumannya itu. Saat Ellena menatap keduanya yang saling berpelukan, kekecewaan dan kesedihan di dalam dirinya sedikit memudar. Setelah beberapa saat, dia mengangguk, “Baiklah, Reno.” Dia melihat wajah Reno di hadapannya yang kini tampak asing. Selain tatapan dingin tanpa perasaan apa pun, dia mengucapkan kata demi kata, “Seperti yang kamu harapkan, kita batalkan pernikahan kita.” Reno mengangkat kepalanya dan memanggil pelan, “Ellena.” “Cukup,” potong Ellena, dia menatap Reno tanpa kehangatan lagi. “Mulai detik ini kita putus. Kalau suatu saat nanti kita bertemu lagi, kita hanyalah orang lain.” Ellena menatap Reno dengan begitu dingin. Reno jadi merasa gelisah, seolah-olah di detik ini juga dia akan kehilangan sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya. Hatinya mendadak kosong, terasa seperti tersayat dan rasanya cukup sakit. Ellena tidak menatap Reno lagi dan berbalik untuk berjalan keluar dari taman itu dengan langkah yang penuh keyakinan. Sedangkan Reno tidak punya waktu untuk memikirkan kenapa dia merasa sakit hati, tubuhnya sudah mengambil satu langkah lebih dari otaknya. Dia mencoba melangkah mengejar Ellena. “Ellena!” “Reno!” Panggil Salma. Reno pun mendengar erangan Salma yang lemah di belakangnya. “Perutku tiba-tiba terasa sakit.” Raut wajah Reno seketika berubah, dia berbalik dengan cepat dan berjalan ke sisi Salma. Dia segera mengangkat Salma dan bertanya, “Apa yang terjadi?” Salma memegang perutnya dengan satu tangan dan mengerutkan kening, “Perutku tiba-tiba tidak nyaman dan terasa sakit. Apa ada yang salah dengan bayi kita, ya?” Saat Reno mendengar kalau sesuatu terjadi pada bayi itu, dia mengalihkan seluruh perhatiannya pada Salma dan tidak lagi memikirkan Ellena. Dia tampak gugup dan berkata, “Nggak akan kenapa-napa. Kamu nggak perlu berpikir yang aneh-aneh. Anak kita akan baik-baik saja. Aku akan segera membawamu ke rumah sakit.” Sementara itu Ellena sudah berjalan sampai ke luar taman, dia tidak menoleh ke belakang lagi. Dia lanjut berjalan meninggalkan taman. Ellena berdiri di sisi jalan dan memandang jalan yang ramai. Dia terlihat melamun. Dia teringat, seminggu yang lalu Reno membawanya ke rumah keluarga Sanjaya. Ayah dan ibu Sanjaya bertanya tentang kapan mereka akan menikah. Mereka juga sempat membahas tanggal pernikahan. Siapa yang mengira kalau dia dan Reno akan putus hari ini? Dia dikhianati oleh Reno yang berselingkuh dengan adiknya dari ibu tirinya sampai hamil. Ellena merasa hidupnya begitu malang. Padahal menurutnya, Salma bisa mendapatkan pria manapun yang ia mau. Tapi kenapa Reno yang harus direbut Salma darinya? Ellena baru menyadari betapa naif dirinya. Kenyataan itu menampar wajahnya dengan keras. Hingga benar-benar membuatnya terbangun dari mimpi. Ketika dia sedang termenung, ponselnya tiba-tiba berdering. Dia melihat layar ponselnya, ternyata telepon itu dari rumah sakit. Dia segera mengangkat telepon. “Halo!” Dia mendengar sederet kalimat dari seberang telepon, wajahnya langsung berubah pucat. Tanpa bertanya lagi dia langsung menyetop taksi. — Disini lain, Hanzero sudah berganti, dia termenung di sofa sambil menatap keadaan ranjang yang masih berantakan. Entah kenapa, sejak mendapati wanita semalam sudah pergi meninggalkan kamarnya, hatinya dipenuhi rasa kecewa. Tiba-tiba dia teringat sesuatu, dia langsung mengambil ponselnya dan menelpon Leo. Suara malas dari Leo terdengar dari ujung telepon. “Tuan Hanzero, tumben sekali anda berinisiatif untuk menelponku dulu?” Hanzero mengabaikan ucapan Leo dan langsung berkata, “Tadi malam, ada seorang wanita di kamarku.” Tiba-tiba saja telepon mendadak menjadi hening. “Uhuk..uhuk..” Leo yang berada di seberang telepon sepertinya sedang tersedak ludahnya sendiri sampai terbatuk. “Anda bilang apa, Tuan? Apa itu seperti yang kupikirkan? Ah, maksudnya, apa sudah terjadi sesuatu pada kalian berdua?” Hanzero hanya menjawab dengan singkat. “Ya.” Batuk Leo semakin terdengar hebat karena sangat terkejut. Bukankah Tuan Hanzero begitu membenci wanita yang menyentuhnya? Waktu itu dia ingat pernah ada seorang wanita yang tidak sengaja menyentuhnya, dia bahkan mencuci tangannya sampai sepuluh kali. “Apa ini serius? Maksudku terjadi sesuatu itu, adalah Anda dan wanita itu sudah melakukan hubungan,” “Iya!” Jawab Hanzero lagi, membuat Leo benar-benar tersentak kaget. Bukan hanya merasa tidak jijik pada wanita yang bersamanya tadi malam, Hanzero justru menyukai aroma tubuh wanita itu. Dia tidak bisa menahan diri hingga ingin lebih dekat dengan wanita itu. Karena itulah, dia sekarang menelepon Leo hanya untuk mencari tahu apa yang sudah terjadi padanya. ---“Tuan, apa maksudmu, penyakitmu sudah mulai membaik?” Tanya Leo.“Aku juga nggak tahu.” Hanzero terdiam beberapa saat dan menyerngitkan alisnya. “Dia, sepertinya tidak sama dengan wanita yang lain. Tubuhku sama sekali tidak menolaknya dan malah sangat suka saat dia mendekatiku.”Ini belum pernah terjadi sebelumnya!Setelah terdiam, Hanzero kembali berbicara dengan pelan. “Semalam aku tidur cukup tanpa mimpi buruk lagi.”Leo benar-benar terkejut lalu bertanya, “Bagaimana sebenarnya?”Hanzero menggosok alisnya. Suaranya sedikit serak, “Kalau aku tahu, aku nggak akan meneleponmu. Aku juga sedang memikirkannya, apa ini ada hubungannya dengan wanita itu?”Leo segera berkata dengan nada yang cukup serius. “Apa Anda ingin tahu, apa itu ada hubungannya dengan wanita itu? Caranya sangat gampang. Tuan Hanzero bisa mendekati wanita itu sekali lagi. Dengan begitu, Anda akan tahu yang sebenarnya dan apa yang sedang terjadi padamu.”Hanzero lagi-lagi hanya bisa terdiam, sampai Leo kembali berbicara
Kimmy melompat dari lantai seperti orang yang baru saja lolos dari kematian. “Baik Kak, aku akan keluar dari sini. Oke! Terima kasih ya?” Dia segera berbalik dan menyelinap pergi. Dalam sekejap mata sosok Kimmy sudah menghilang tanpa jejak.Leo hanya terdiam melihat semua itu. Kimmy benar-benar tidak bernyali, tapi bagaimana bisa dia berurusan dengan Tuan Hanzero tadi malam?Lalu tadi Kimmy mengatakan jika wanita yang tadi malam datang ke kamar Tuan Hanzero ternyata bukanlah wanita yang mereka siapkan untuknya, tapi orang lain? pikir Leo.Saat dia masih merenungkan pertanyaan ini, dia mendengar suara dingin dan dalam. “Pergi dan periksa segera, apa yang terjadi pada wanita yang muncul di kamarku tadi malam!”“Baik, Tuan Hanz!”---Di rumah sakit, akhirnya Kelvin terbangun. Ellena langsung meraih tangan adiknya. Melihat wajah adiknya yang pucat dia merasa sangat sedih. “Kelvin, apa yang kamu rasakan sekarang? Apa Kakak perlu memanggil dokter untuk memeriksamu lagi?” Tanyanya.“Tidak pe
Ellena merasa lebih santai setelah melihat Romi tersenyum padanya. Dia mengangguk dan duduk sambil membalas senyum pria itu. “Presiden, tadi perawat bilang kalau presiden mencariku untuk membicarakan tentang kondisi adikku. Benarkah?” Ellena bertanya dengan agak ragu. “Apa ada perubahan pada kondisi Kelvin?”Romi mengambil cangkir kopi di atas meja dan menyeruput kopinya sedikit, lalu menjawab, “Ya ada yang berubah sedikit.Ellena tiba-tiba menjadi gugup, “Apa itu?,”“Penyakit adikmu seharusnya dioperasi lebih awal agar hasilnya lebih optimal. Tetapi karena serangan jantungnya kambuh lagi kali ini, dia sebenarnya sudah melewati waktu yang optimal untuk operasi.”Wajah Ellena tiba-tiba berubah dan suaranya bergetar. “Apa artinya Kevin sudah melewati periode operasi terbaiknya? Apa artinya dia tidak akan mungkin bisa menjalani operasi lagi?”“Bukannya dia tidak dapat dioperasi, tapi hasil operasinya akan kurang optimal. Nona Ellena operasi adiknya tidak dapat ditunda lagi.”“Aku tahu,”
Karyawan perempuan itu berbicara pada Leo sambil menatap Ellena. Matanya menampakkan kecemburuan. Mungkin karena, meskipun Resta terlihat miskin, tapi memiliki wajah yang sangat cantik."Seseorang mencari Tuan Hanz?" Tanya Leo. Dia melirik ke tempat istirahat di ruang tunggu dengan penasaran. Saat matanya tertuju pada Ellena, dia seketika membeku. Kemudian, matanya tampak terkejut. “Wanita itu? Bukankah itu,.. Nona Ellena yang Tuan minta untuk aku selidiki tadi? Kenapa dia ada di sini?” pikirnya.Karyawan resepsionis itu melihat perubahan ekspresi Leo, dan mengira jika Sekretaris Leo itu juga tidak senang melihat Ellena yang menolak untuk pergi dari sini.Nada bicara karyawan itu terdengar semakin meremehkan. "Saya belum pernah melihat orang yang begitu tak tahu malu seperti wanita itu.”Leo berjalan menuju ruang tunggu sambil mengeluarkan ponselnya dan menelepon. Setelah teleponnya terhubung, ia berkata dengan lembut, "Tuan, Nona Ellena datang ke perusahaan dan mengatakan jika dia se
Pria baik? Hanzero tertawa, seakan baru saja mendengar sesuatu yang menarik. Dia meletakkan dokumen di tangannya lalu berdiri dan berjalan perlahan ke arah Ellena kemudian dia berhenti tepat di hadapan wanita itu.Ellena menjadi gugup, jarak antara mereka kini sangatlah dekat hingga dia bisa menghirup aroma dari tubuh Hanzero dan hal ini membuat pria itu terlihat semakin menawan di matanya.Setelah mereka saling berpandangan wajah Ellena memerah, dia pun melangkah mundur sambil menggigit bibirnya. “Tuan Hanzero, aku,”“Nona, aku ini seorang pengusaha.” Kata Hanzero sambil memandang Ellena dan sedikit mengangkat bibir tipisnya. “Dalam perhitungan bisnis karena Nona Ellena yang membutuhkan bantuanku, kira-kira keuntungan apa yang bisa Nona berikan padaku?”Ellena terdiam beberapa detik untuk berpikir, lalu menjawab. “Tuan Hanzero, aku tidak tahu apa yang anda inginkan. Aku juga tidak mempunyai apa-apa, tapi kalau anda ingin aku membayar, aku pasti akan mengusahakan, entah meskipun itu c
Malam ini, Ellena akan pergi menemani Reno untuk ke pesta pernikahan kerabat keluarga Sanjaya.Meskipun Keluarga Lewis tidak mendapatkan undangan khusus, mungkin karena saat ini perusahaan mereka masih ada di masa penurunan yang kritis, tetapi Ellena tetap harus hadir untuk menemani Reno, calon suaminya dari keluarga Sanjaya.Ellena sudah bersiap, dia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi nomor Reno. Tetapi, berulang kali panggilannya tidak diangkat justru tidak lama setelah itu nomor Reno tidak aktif lagi.Dia menunduk, menatap ponselnya. Dia tidak memiliki pikiran buruk apapun dan berinisiatif untuk menunggu Reno di luar gerbang asrama tempat tinggalnya sekarang ini.Begitu dia keluar dari gerbang, dia melihat mobil Reno terparkir di ujung sana sedikit jauh dari jalan besar. Resta berjalan untuk menghampiri. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Ellena menghentikan langkahnya karena melihat Reno dan Salma sedang berdiri berhadap-hadapan di sana.Mereka terlihat akrab, pad
Pagi berikutnya, Ellena terkejut saat mendapati dirinya sedang berada di ranjang besar dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.“Dimana ini?” Dia segera duduk di ranjang itu dengan selimut menggulung tubuhnya. Beberapa saat lamanya gadis itu kebingungan, lalu terdengar suara air mengalir dari kamar mandi. Dia langsung teringat dengan semua yang terjadi tadi malam. Wajahnya menjadi pucat.Tiba-tiba, dia mendengar suara air di dalam kamar mandi berhenti. Pikirannya langsung ikut berhenti dan dia segera melompat dari ranjang, lalu dengan cepat mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai serta langsung mengenakannya. Setelah itu dia berbalik badan dan perlahan pergi dari kamar itu.Ellena berjalan keluar dari hotel. Begitu dia keluar dari gerbang, dia langsung berlari ke arah jalan. Setelah lama berlari, dia kelelahan dan mencari tempat untuk beristirahat.Dia belok ke arah taman, bersandar dibawah pohon yang ada disana dan termenung. Dia mengingat semuanya dengan jelas sekarang.Dia mene