Pria baik? Hanzero tertawa, seakan baru saja mendengar sesuatu yang menarik. Dia meletakkan dokumen di tangannya lalu berdiri dan berjalan perlahan ke arah Ellena kemudian dia berhenti tepat di hadapan wanita itu.
Ellena menjadi gugup, jarak antara mereka kini sangatlah dekat hingga dia bisa menghirup aroma dari tubuh Hanzero dan hal ini membuat pria itu terlihat semakin menawan di matanya. Setelah mereka saling berpandangan wajah Ellena memerah, dia pun melangkah mundur sambil menggigit bibirnya. “Tuan Hanzero, aku,” “Nona, aku ini seorang pengusaha.” Kata Hanzero sambil memandang Ellena dan sedikit mengangkat bibir tipisnya. “Dalam perhitungan bisnis karena Nona Ellena yang membutuhkan bantuanku, kira-kira keuntungan apa yang bisa Nona berikan padaku?” Ellena terdiam beberapa detik untuk berpikir, lalu menjawab. “Tuan Hanzero, aku tidak tahu apa yang anda inginkan. Aku juga tidak mempunyai apa-apa, tapi kalau anda ingin aku membayar, aku pasti akan mengusahakan, entah meskipun itu cukup dalam waktu berapa lama untuk aku mengumpulkan uangnya. Sungguh, aku membutuhkan bantuanmu sesegera mungkin.” Hanzero memandang wajah Ellena yang lembut dan cantik. Dia masih benar-benar mengingat wajah ini malam itu. Secara langsung Hanzero sepertinya sangat menyukai wanita ini bahkan dalam sekejap. Dia merasa kalau dia sudah benar-benar jatuh cinta pada gadis ini. Dia menenangkan jantungnya yang tiba-tiba berdebar tak karuan. Kemudian dia mengatakan kata demi kata dengan sedikit penekanan. “Tapi aku tidak membutuhkan uang. Menurutmu, kalau aku menginginkan seorang istri, apa kamu bersedia memenuhinya?” “Apa?” pekik Ellena sambil mendongak kaget. Hanzero tampak tenang dan berkata santai. “Tidak ada yang gratis di dunia ini. Nona Ellena, aku bisa memenuhi permintaanmu untuk mengoperasi adikmu, tapi kamu harus menikah denganku terlebih dahulu.” Kali ini Ellena yakin jika dia tidak salah mendengar, dia semakin terkejut. Dia tidak pernah mengira jika permintaan Hanzero adalah untuk menikah dengannya. Ini terlalu konyol untuknya. Dia tidak dapat mempercayainya. “Tuan Hanzero, apa kamu serius?” Hanzero mengangkat alisnya dan berkata, “Kamu pikir aku sedang bercanda?” "Tapi kenapa?" Hanzero bukanlah orang yang kekurangan harta ataupun tidak menarik dari segi penampilan. Tidak bisakah dia menemukan seseorang untuk dijadikan istrinya? Dia malah meminta wanita yang baru pertama kali bertemu dengannya untuk menikah dengannya? Atau, jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyikan dari Hanzero ini? Tanpa sadar, Ellena menatap Hanzero. Setelah menebak apa yang ada di pikiran Ellena, Hanzero melihat ke arah gadis itu. Dia mengerutkan kening dan raut wajahnya menjadi suram. Lalu, dia meraih dan menarik tangan Ellena. "Ah!!!" Kepala Ellena menyentuh dada Hanzero yang hangat dan kuat hingga terbenam di dekapan pria itu. Rasanya seperti ada yang mengganjal saat kepalanya menyentuh dada itu. Saat ia ingin memegang sesuatu yang mengganjal itu, hidungnya memerah. Dia belum bereaksi apapun ketika tangannya segera ditarik oleh Hanzero. Terdengar suara rendah Hanzero yang seksi dari atas kepala Ellena. "Nona Ellena, kamu tidak perlu khawatir kalau menikah denganku. Kamu sekarang bisa mempertimbangkan apa aku normal atau tidak." Ellena sampai tersipu malu hingga kini seluruh wajahnya memerah. Dia perlahan melepaskan tangan Hanzero dan mendorong pria itu menjauh. "Tuan Hanzero. Tolong jaga dirimu sendiri!” Ellena tidak menyangka jika pria yang tampak dingin ini bisa keterlaluan seperti ini. Saat Hanzero melihat wajah gadis itu memerah, tatapannya justru semakin mendalam. Wajah Ellena sepertinya sangat mudah memerah, sama seperti tadi malam. Saat Ellena menangis dan memohon belas kasihan padanya, kulitnya yang putih berubah menjadi merah muda. Hanzero berubah menjadi lebih panas saat dia teringat akan apa yang terjadi semalam. Saat mata Ellena bertemu dengan Hanzero, jantungnya berdetak semakin cepat. Dia pun mulai gelisah. Mata Hanzero tampak penuh dengan keinginan dan sifat posesif yang jelas, seolah-olah dia sudah berada di tangan pria itu. Bahkan, dia juga merasa bahwa Hanzero telah mengetahui segalanya, termasuk mengetahui bahwa ia akan datang hari ini. "Tuan Hanzero," Panggil Ellena. la menggigit bibirnya dan terdiam sesaat, lalu menatap Hanzero dan berkata, "Anda bisa meminta apa saja dariku, kecuali untuk menikahi Anda.." Tanpa menunggu Ellena menyelesaikan perkataannya, Hanzero segera memotongnya dengan suara yang dingin. "Kalau kita tidak punya apa-apa untuk dibicarakan lagi. Kamu bisa pergi." Ellena mengepalkan tangannya dan hanya berdiri terdiam. Hanzero juga tidak mengusirnya. Kini keduanya pun sama-sama terdiam. Setelah beberapa saat, Ellena mengambil napas panjang. Suaranya bergetar saat ia berkata, “Apa jika aku menikah denganmu, kamu akan melakukan operasi untuk adikku?" Mata Hanzero menyipit, "Jadi Kamu sudah setuju?" tanyanya, hampir tidak bisa menutupi kegirangannya. Ellena tersenyum pahit dan balik bertanya, "Bukankah itu yang kamu minta? Selama anda bisa menyembuhkannya, aku bersedia menikah denganmu." Melihat Ellena tersenyum pahit dan tak berdaya, Hanzero mengerutkan kening, dan wajahnya terlihat tidak senang. Dia berjalan ke arah Ellena, lalu mengangkat kedua tangannya dan perlahan menekan bahu Ellena yang lemah. Mata hitamnya yang pekat menunjukkan kesungguhan yang dalam saat ia mengucapkan kata demi kata dari sebuah janji yang penuh kepastian. "Menikahlah denganku. Aku berjanji, kamu tidak akan menyesal. Aku akan berusaha memberikan semua cinta yang kamu inginkan. Mulai saat ini kita akan berbagi penderitaan dan kebahagiaan bersama." --- Setelah tiba di biro urusan sipil, Akta nikah mereka diurus dengan sangat cepat. Sementara masih banyak orang yang mengantri di luar. Hanzero sengaja menggunakan layanan khusus hingga tidak sampai setengah jam, akta nikah mereka sudah selesai dicetak. Şetelah mereka keluar dari ruangan. Ellena melihat buku merah kecil di tangannya dengan kebingungan. Semua ini seperti mimpi baginya. Benarkah aku... sudah menikah? Ellena rasanya masih tidak percaya. Dia berharap sampai jutaan kali kalau semua ini hanyalah mimpi. Sampai mereka masuk kedalam mobil, Ellena masih seperti dalam mimpi. Di sampingnya, Hanzero yang sudah berstatus sebagai suaminya pun menoleh dan meliriknya. “Ellena, jangan terlihat seperti menderita begitu. Kamu menikahi seorang pria yang tepat. Suamimu ini akan memberikan semua kehormatannya untukmu. Kamu tidak akan menderita,” kata Hanzero.Meskipun pernikahan ini tampaknya memang sengaja diatur oleh Hanzero, dia tetap bingung saat memandang Ellena yang murung. Hatinya jadi merasa tidak nyaman.Ellena menoleh ke arah Hanzero saat mendengar pria itu berbicara dengannya. Wajah pria itu juga tampak sangat tampan dari samping. Matanya - setengah menyipit dan dua kancing di bagian leher kemeja hitamnya yang bermerk terbuka hingga memperlihatkan tulang lehernya yang seksi. Jakunnya membuatnya terlihat seksi dan nafasnya semakin mendalam.Ellena harus mengakui jika Hanzero memang terlihat sangat menawan dan juga sangat kaya.Dia mulanya mengira Hanzero adalah nama dari anggota keluarga Brahmana saja, tapi ternyata dia adalah pewaris tunggal Perusahaan Grup Brahmana, kini menjabat sebagai presiden perusahaan itu.Keluarga Sanjaya yang dianggap sebagai keluarga yang terkenal, tetapi sepuluh dari keluarga Sanjaya tetap tidak akan sebanding dengan satu keluarga Brahmana. Sebenarnya jika dipikir-pikir , pihak yang mengambil keuntung
Kelvin hanya menjadi salah satu aspek pertimbangan Ellena. Di sisi lain, dia merasa pernikahannya dengan pria ini pasti tidak akan bertahan lama. Mungkin Hanzero hanya tiba-tiba terpikir untuk menikahinya sekarang dan setelah beberapa saat, pria itu akan merasa bosan lalu menceraikannya.Ellena tidak peduli jika orang lain tahu bahwa dia sudah menikah atau belum. Tapi, Kelvin adalah satu-satunya orang yang dia pedulikan. Gadis ini sudah tidak bisa menyembunyikan pikirannya karena Hanzero tiba-tiba bisa menebak apa yang sedang ia pikirkan.Wajah tampan Hanzero berubah suram dan sosok pria itu memancarkan aura dingin. "Jadi maksudmu, kamu ingin merahasiakan pernikahan kita?"Hanzero tidak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya. ‘Wanita-wanita lain yang menginginkanku pasti ingin mendeklarasikan hubungan mereka denganku kepada dunia. Tapi, wanita di depanku ini... Dia malah sangat takut jika orang lain tahu soal hubungan kami. Apa dia hanya berpura-pura atau dia masih ingat mantan tu
Kelvin diam-diam melirik Hanzero dan tiba-tiba memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Ia merasa bahwa Hanzero tidak begitu baik.Pria yang mengaku sebagai kakak iparnya ini jelas tidak sama dengan Reno. Dia jauh lebih tampan daripada Reno. Auranya bahkan jauh lebih kuat dan tak terkalahkan hingga tidak akan pernah bisa ditandingi oleh Reno. Jika tidak ada perbandingan, kondisi Reno juga sebenarnya sudah sangat baik. Tetapi, jika dibandingkan dengan pria ini, perbedaannya begitu kentara, seperti langit dan bumi. Satu adalah tuan muda di keluarga biasa, sedangkan satunya lagi adalah pria dengan kekuatan yang berasal dari keluarga kekaisaran. Sama sekali tidak ada bandingannya.‘Kak Ellena memiliki dua pria! Aku rasa perbuatan seperti itu sangat tidak bermoral, seperti menipu. Tapi, Kak Ellena adalah kakak kandungku. Jika Kakak benar-benar melakukan hal seperti itu, apa yang harus aku lakukan?’ pikir Kelvin.Saat Kelvin sedang berpikir dan tidak tahu harus memaafkan Ellena a
"Ya.""Kapan?""Baru hari ini. Kami datang ke kantor urusan sipil, sebelum datang kesini melihatmu."Awalnya, Ellena ingin menyembunyikan pernikahan mereka dari adiknya. Namun karena Hanzero tidak berniat menyembunyikannya, dia tidak akan menyembunyikannya lagi.Kelvin langsung tersedak oleh air liurnya sendiri; dia merasa jika ini semua sangat luar biasa dan seperti mimpi.Bukan hanya Ellena yang sakit, saat mendengar penjelasan kakaknya, Kelvin mengepalkan tangannya. “Tunggu aku sembuh dan dewasa. Aku akan membalas semua perlakuan mereka pada kita. Pada ayah juga.”Ellena tersenyum pahit, “Jangan begitu, ayah adalah satu-satunya orang tua yang kita punya.” Dia hanya berusaha menenangkan hati adiknya. Padahal dia sendiri juga merasa kecewa pada sang ayah."Kakak, sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apa kalian melakukan pernikahan kilat?" tanya Kelvin, dia sedikit khawatir jika pengkhianatan Reno lah yang membuat kakaknya mencari pria secara acak untuk segera dinikahi.Tapi, Kakak Ipa
“Hah?" Sopir mendadak tersedak karena mendengar pertanyaan Ellena. Karena ketahuan, dia menjawab dengan agak gugup, "Jangan salah paham, Nyonya. Saya tidak punya maksud lain. Saya hanya, hanya ingin tahu...""Ingin tahu?" ulang Ellena, sambil mengerutkan kening dengan ragu."Ya, saya ingin tahu," jawab sopir itu. Dia melirik ke kaca spion lagi, lalu berkata, "Sebelum Nyonya, tidak ada wanita lain di sekitar Tuan Hanzero. Bahkan, Tuan Hanzero tidak pernah memiliki hubungan asmara dengan lawan jenis. Sudah tak terhitung berapa banyak wanita yang Nyonya Besar perkenalkan, tapi Tuan Hanzero tidak mempedulikan satupun dari mereka. Inilah alasan Tuan Besar dan Nyonya Besar merasa sangat cemas.”"Tidak mungkin! Kamu bilang, dia tidak pernah berpacaran sekalipun?" tanya Ellena dengan terkejut.Pria tampan dan kaya seperti Hanzero pasti akan sangat menarik bagi lawan jenis sejak pandangan pertama. Bagaimana mungkin dia tidak pernah berpacaran?Sopir itu memandang Ellena dari kaca spion dengan
Salma tampaknya baru saja mencoba rok dan berdiri di depan cermin ruang ganti. Lalu, ia berbalik dan mendongak sambil tersenyum kepada pria di sebelahnya."Ya, kelihatan bagus," jawab Reno. Wajah tampan pria itu terlihat lembut dan suaranya juga terdengar sangat lembut. Dia mengulurkan tangannya, kemudian mengelus kepala wanitanya dan berkata, "Sayangku, kamu terlihat cantik memakai baju apapun."Panggilan 'Sayang' Reno kepada Salma membuat para pemilik toko di sekitar mereka iri. Salah satu pegawai toko memuji dan berkata, "Ya, Nona Salma memang sangat cantik.”Para pegawai memang mengenal Salma karena dia sudah sering berbelanja kemari.“Anda sangat cantik dan penampilannya sangat menawan. Sangat pantas memakai pakaian apapun. Tuan Reno juga pria yang luar biasa. Nona Salma dan Tuan Reno sangat cocok dan serasi.”Senyuman di wajah Salma tampak semakin merekah. Dia menatap Reno dengan manis dan berkata, "Lihat. Mereka sangat pandai berbicara. Aku malu kalau sampai nggak beli rok ini.
Ketika mata Ellena menatap beberapa pegawai toko dengan dingin, mereka semua tertunduk dan merasa sedikit ketakutan. Mereka tidak menyangka jika Ellena yang hanya wanita miskin bisa berani bertingkah begitu sombong. "Hahaha..." salah satu pegawai toko tertawa mengejek, "Memfitnah? Kami tidak memfitnahmu. Jangan berani datang ke toko barang bermerek jika tidak mempunyai uang. Kalau kamu tidak berniat mencuri, untuk apa lagi kamu datang ke sini?" "Benar. Jelas-jelas kamu adalah seorang pencuri dan berani mengancam kami. Kamu bicara seakan kamu adalah orang yang sangat baik, dan bahkan meminta kami untuk membayar. Siapa kamu?" "Oh... Kami sangat takut! Dia menanyakan bayarannya!" "Kakak," seru Salma. Dia tersenyum manis dan berkata dengan lembut. "Kalau kamu ada masalah, kamu bisa memberitahuku dan Reno. Kami akan membantumu.” Perkataan Salma seolah menginformasikan apa yang dikatakan beberapa pegawai toko barusan, seakan dia juga menganggap Ellena datang ke toko untuk menguntit
Hanzero tadi memang sudah berkata, sebelum menikahinya, "Ellena, menikahlah denganku. Kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan. Aku akan mengurus segalanya untukmu. Mulai sekarang, kita akan berbagi, apapun itu.” Mengingat itu, kehangatan mengalir dengan lembut di hati Ellena. Selama bertahun-tahun, dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri sampai harus memaksakan dirinya untuk menjadi mandiri dan kuat. Dia hanya memiliki dirinya sendiri, tapi sekarang... Tiba-tiba ada seseorang yang mengatakan padanya jika dia bisa bergantung padanya. Tidak peduli apa yang terjadi, orang itu akan selalu ada untuknya. Terlepas dari momen ini, Hanzero mengucapkan kata-kata ini dengan itikad baik. Ellena merasa bersyukur dan kini matanya terlihat agak basah. Dia menarik napas panjang dan menjawab dengan lembut, "Baiklah..." Setelah Ellena selesai menelepon Hanzero, pejabat tinggi pemilik gedung datang dan kali ini dia kembali masuk ke toko tadi. Rupanya Salma sudah selesai memilih baju
Ellena sudah melihat keterampilan pengawal Hanzero waktu itu. Seorang pengawal Hanzero pasti bisa menghadapi tiga atau empat orang biasa. Sementara itu, Hanzero tidak menanyakan apa yang terjadi dan langsung menyetujui permintaannya, "Oke, aku akan mengatur seseorang untuk pergi ke sana sekarang juga. Sayang, kamu yakin kamu aman sekarang? Perlukah aku pergi ke sana juga?"Hati Ellena terasa hangat dan manis saat dia mendengar keprihatinan dan kekhawatiran dalam kata-kata Hanzero. Bahkan, rasa yang mencekik di dalam hatinya sudah banyak menghilang. Sudut bibirnya terangkat dengan ringan dan dia menjawab, "Aku sangat aman. Jangan khawatir, kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu. Jangan pedulikan aku. Aku bisa menangani hal itu sendiri."Hanzero terdiam beberapa saat, lalu berkata lagi, "Oke, tapi jangan coba-coba yang macam-macam. Kalau kamu tidak bisa menyelesaikannya, panggil saja aku. Aku pasti akan membantumu menyelesaikannya. Sayang, kamu tidak lagi sendiri. Kamu sekarang memiliki aku,
Tentu saja Ellena juga tahu bahwa jika Hanzero menjadi orang di belakangnya, semua masalah yang dikhawatirkannya tidak akan menjadi masalah lagi. Tidak ada orang yang berani menyinggung keberadaannya. Keluarga Brahmana. Hanzero jelas memiliki kemampuan mutlak untuk melindunginya secara komprehensif.Saat Ellena memikirkannya lebih dalam, ponselnya berdering lagi. Dia mengambil ponselnya dan melihat jika itu adalah panggilan dari keluarga Lewis. Ekspresi wajahnya langsung sedikit berubah.Dia mengerutkan keningnya dan menjawab telepon, "Halo.""Nona Ellena," Bibi Tari memanggil dengan suara yang seperti sedang menangis, "Kamu harus segera pulang ke sini."Hati Ellena langsung melonjak, "Apa yang terjadi?""Hari ini... Hari ini, Nona Salma bilang kalau pencahayaan di kamar Nyonya begitu bagus, dekat dengan taman kecil, dan udaranya juga sangat bagus. Dia ingin pindah ke kamar Nyonya.""Apa?!" pekik Ellena. Ekspresinya seketika berubah dan wajahnya tenggelam, "Dia ingin pindah ke kamar i
Ellena menutup telepon. Yunita yang mengikutinya bertanya, "Ellena, apa yang menelepon barusan adalah Star Entertainment?”"Mm-hm."Ellena menunduk dan menatap nomor asing di layar ponselnya. Benaknya dipenuhi banyak pikiran. Panggilan telepon dari Star Entertainment ini rasanya agak aneh. Meskipun pihak sana mengatakan jika seorang teman memperkenalkannya pada mereka, Ellena masih merasa ada beberapa hal yang tidak masuk akal.Masalahnya, bukankah ini hanya peran pengganti? Tidak perlu perwakilan Star Entertainment untuk meneleponnya secara langsung. Seharusnya orang yang memperkenalkannya pada mereka yang menghubunginya.Paling pentingnya lagi, Ellena belum pernah mengambil pekerjaan peran pengganti sebelumnya. Sejak awal, dia sudah mengatakan pada rumah produksi yang terus bekerja sama dengannya itu jika dia tidak akan mengambil tawaran peran pengganti. Karenanya, pihak rumah produksi itu tidak akan menawarkannya sebagai peran pengganti karena dia tidak memiliki permintaan seperti
"Iya, kita tidak bisa menyinggung perasaan mereka," Ami mendengus dingin dan mencibir, "Kudengar Vira dan yang lainnya masih terjebak di kantor polisi. Jelas-jelas itu bukan masalah besar dan seharusnya mereka sudah lama dibebaskan. Ternyata ada juga ya, orang yang benar-benar kejam dan ingin menghukum mereka sampai mati. Dijebloskan di tempat seperti itu dan tinggal di sana selama sehari saja bisa membuat mereka putus asa. Apalagi jika mereka berlama-lama di sana, pasti mereka bisa depresi.""Oh, siapa yang bisa disalahkan? Itu karena tidak ada orang besar di belakang Vira, seperti mereka."Ellena tidak merespons apa pun, tetapi Yunita tidak dapat berdiam diri saja mendengar celaan mereka. Dia pun menyahut dengan nada yang tak kalah mencibir, "Bagus kalau kalian paham. Kalau kalian prihatin pada Vira dan menganggap kondisinya menyedihkan, kalian bisa ikut masuk ke sana untuk menemaninya. Dia pasti akan sangat tersentuh dengan kebaikan kalian.”"Yunita! Kamu lagi, kamu lagi!" Ami meng
"Iya," Ellena mengangguk. Dia mengambil kursi untuk duduk dengan santai, mengambil sepasang sendok dan garpu, dan menyerahkannya pada Yunita."Duduk dan makanlah yang banyak, mana yang kamu suka."Bagaimanapun, mereka berdua tidak akan bisa menghabiskan sarapan di atas meja ini. Dia harus memberitahu Hanzero nanti agar tidak terlalu boros lain kali. Makanan untuk sarapan ini sangat mahal! Jika tidak dihabiskan, hanya bisa dibuang... Jika membuang begitu banyak makanan mahal seperti itu, aku akan merasa sangat bersalah! batin Ellena.Yunita mengambil kursi di sebelah Ellena dan duduk. Dia mengambil pangsit dan mencoba segigit. Di dalam pangsit itu ada kuah sup yang lezat. Rasanya benar-benar sangat lezat. "Benar saja, yang mahal itu memang berbeda. Ini adalah pangsit terenak dari semua pangsit yang pernah aku makan!"Ellena mengambil sebuah pangsit lagi dan meletakkannya di mangkuk Yunita, "Kalau begitu, makan lebih banyak."Yunita benar-benar sibuk menikmati makanan sekarang dan tidak
Ellena sangat ketakutan sampai tidak berani bergerak lagi. Di atas kepalanya, dia dapat merasakan napas Hanzero awalnya agak pendek. Setelah satu menit, napas pria itu perlahan menjadi tenang. Ciuman lembut dan ringan perlahan mendarat di dahi Ellena. Hanzero mengencangkan rengkuhan lengannya, mencium aroma harum dari rambut gadis itu, dan menutup matanya dengan puas, "Sayang, tidurlah." Ritme napas Ellena membuat seluruh tubuh Hanzero benar-benar rileks. Sebelumnya, setiap dia akan tidur, dia selalu merasa sangat mudah tersinggung, cemas, dan tidak sabar. Setiap saraf di otaknya menjadi kencang. Usaha Hanzero untuk tidur setiap malam ibarat berkelahi dengan dirinya yang lain dalam tubuhnya. Terlepas dari dia menang atau kalah, dia akhirnya akan selalu terseret ke dunia yang gelap itu. Di dunia itu tidak ada cahaya sama sekali dan hanya kegelapan tak berujung yang terlihat. Setiap kali dia bangun dan kembali ke dunia nyata setelah keluar dari dunia gelap itu, dia merasa sanga
Ellena meraih selimutnya. Dia ragu-ragu selama beberapa detik sebelum kemudian bertanya dengan lembut, "Tidur di lantai tidak nyaman, ya? Kamu tidak terbiasa, kan?"Pria itu tidak segera menjawabnya. Setelah terdiam beberapa saat, dia berkata, "Ya, aku tidak terbiasa.”Ellena tertegun. Seperti yang sudah diduga... Tidak terbiasa.Ellena meraih selimut di tangan lagi, menggigit sudut bibirnya, dan bertanya lagi, "Apa ini pertama kalinya kamu tidur di lantai?""Hm."Meskipun Ellena sudah menduga jika ini memang benar pertama kalinya Hanzero tidur di lantai, perasaan sedih kembali memenuhi hatinya lagi ketika dia mendengar jawaban pria itu."Sebenarnya, aku bisa tidur di sofa."Hanzero pasti tidak pantas untuk tidur di sofa kecil di ruang tamu itu. Tetapi, cukup bagi Ellena untuk tidur di sana.Dia tidur di sofa sedangkan Hanzero bisa tidur di tempat tidur. Hal ini bisa diselesaikan dengan sempurna. Tapi, Hanzero harus berbagi kamar, dan juga berbagi ranjang, dengannya. Hal ini yang tida
Intan semakin mengerutkan keningnya saat mendengar suara konyol ini dan berkata dengan marah, "Rindu apa? Tidak ada waktu untuk merindukanmu! Aku sedang tidak ingin membicarakan ini denganmu sekarang. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu dan kamu harus menjawab jujur...""Apa ini sangat serius?" Khale masih tertawa, "Masalah apa?"Intan menggigit bibirnya dengan erat.Setelah ia ragu-ragu selama beberapa detik, dia akhirnya bertanya. "Kamu tahu tentang pernikahan Hanzero?""Kamu menanyakan masalah ini?" Khale sepertinya terkejut dan nada bicaranya menjadi sedikit lebih serius, "Apa dia memberitahumu?""Iya," Intan menutup matanya. Ketika dia membuka matanya, jejak ketidakjelasan muncul di matanya. "Meskipun dia mengatakannya sendiri, aku masih tidak percaya itu benar. Kamu juga tahu bagaimana sikapnya terhadap wanita. Kenapa dia bisa tiba-tiba sudah menikah? Dia tidak mungkin begitu sembarangan soal pernikahannya sendiri, kan?”Setelah mendengarkan Intan, Khale terdiam beberapa saat dan
"Jadi kamu akhirnya menikah dengannya karena hal ini?""Ya, tapi tidak semuanya seperti itu.""Hanz, pernikahan bukanlah permainan. Kamu tidak seharusnya begitu sembarangan dan langsung...""Sudahlah," potong Hanzero. Bujukan wanita itu membuat alisnya menunjukkan ketidaksabaran dan nadanya menjadi lebih dingin, "Ini urusanku sendiri dan aku tahu harus berbuat apa. Apa masih ada urusan lain?"Ellena membawa pengering rambut dan berjalan ke sisi Hanzero. Baru saja dia mencolokkan pengering rambut, tiba-tiba dia ditarik ke pelukan Hanzero lagi. Kini Ellena duduk di pangkuan Hanzero dan lengan kuat pria itu melingkari pinggangnya. Hanzero lalu berkata kepada wanita di ujung telepon, "Besok pagi ada rapat penting. Aku akan meminta Khale dan Kimmy menjemputmu."Wanita itu mengeluh dengan tidak puas, "Rapat apa yang begitu penting? Lebih penting dariku?"“Huft. Kalau istrimu kembali ke tanah air, kamu juga tidak akan menjemputnya?”Istri? Hanzero menundukkan kepalanya, lalu menatap gadis mu