Beranda / CEO / Kesalahan Semalam: Manisnya Suami Triliuner! / Bab 8. Kamu Harus Menikah Denganku Terlebih Dahulu

Share

Bab 8. Kamu Harus Menikah Denganku Terlebih Dahulu

Pria baik? Hanzero tertawa, seakan baru saja mendengar sesuatu yang menarik. Dia meletakkan dokumen di tangannya lalu berdiri dan berjalan perlahan ke arah Ellena kemudian dia berhenti tepat di hadapan wanita itu.

Ellena menjadi gugup, jarak antara mereka kini sangatlah dekat hingga dia bisa menghirup aroma dari tubuh Hanzero dan hal ini membuat pria itu terlihat semakin menawan di matanya.

Setelah mereka saling berpandangan wajah Ellena memerah, dia pun melangkah mundur sambil menggigit bibirnya. “Tuan Hanzero, aku,”

“Nona, aku ini seorang pengusaha.” Kata Hanzero sambil memandang Ellena dan sedikit mengangkat bibir tipisnya. “Dalam perhitungan bisnis karena Nona Ellena yang membutuhkan bantuanku, kira-kira keuntungan apa yang bisa Nona berikan padaku?”

Ellena terdiam beberapa detik untuk berpikir, lalu menjawab. “Tuan Hanzero, aku tidak tahu apa yang anda inginkan. Aku juga tidak mempunyai apa-apa, tapi kalau anda ingin aku membayar, aku pasti akan mengusahakan, entah meskipun itu cukup dalam waktu berapa lama untuk aku mengumpulkan uangnya. Sungguh, aku membutuhkan bantuanmu sesegera mungkin.”

Hanzero memandang wajah Ellena yang lembut dan cantik. Dia masih benar-benar mengingat wajah ini malam itu. Secara langsung Hanzero sepertinya sangat menyukai wanita ini bahkan dalam sekejap.

Dia merasa kalau dia sudah benar-benar jatuh cinta pada gadis ini. Dia menenangkan jantungnya yang tiba-tiba berdebar tak karuan. Kemudian dia mengatakan kata demi kata dengan sedikit penekanan.

“Tapi aku tidak membutuhkan uang. Menurutmu, kalau aku menginginkan seorang istri, apa kamu bersedia memenuhinya?”

“Apa?” pekik Ellena sambil mendongak kaget.

Hanzero tampak tenang dan berkata santai. “Tidak ada yang gratis di dunia ini. Nona Ellena, aku bisa memenuhi permintaanmu untuk mengoperasi adikmu, tapi kamu harus menikah denganku terlebih dahulu.”

Kali ini Ellena yakin jika dia tidak salah mendengar, dia semakin terkejut. Dia tidak pernah mengira jika permintaan Hanzero adalah untuk menikah dengannya.

Ini terlalu konyol untuknya. Dia tidak dapat mempercayainya. “Tuan Hanzero, apa kamu serius?”

Hanzero mengangkat alisnya dan berkata, “Kamu pikir aku sedang bercanda?”

"Tapi kenapa?"

Hanzero bukanlah orang yang kekurangan harta ataupun tidak menarik dari segi penampilan. Tidak bisakah dia menemukan seseorang untuk dijadikan istrinya? Dia malah meminta wanita yang baru pertama kali bertemu dengannya untuk menikah dengannya?

Atau, jangan-jangan ada sesuatu yang disembunyikan dari Hanzero ini? Tanpa sadar, Ellena menatap Hanzero.

Setelah menebak apa yang ada di pikiran Ellena, Hanzero melihat ke arah gadis itu. Dia mengerutkan kening dan raut wajahnya menjadi suram.

Lalu, dia meraih dan menarik tangan Ellena.

"Ah!!!"

Kepala Ellena menyentuh dada Hanzero yang hangat dan kuat hingga terbenam di dekapan pria itu. Rasanya seperti ada yang mengganjal saat kepalanya menyentuh dada itu.

Saat ia ingin memegang sesuatu yang mengganjal itu, hidungnya memerah. Dia belum bereaksi apapun ketika tangannya segera ditarik oleh Hanzero.

Terdengar suara rendah Hanzero yang seksi dari atas kepala Ellena. "Nona Ellena, kamu tidak perlu khawatir kalau menikah denganku. Kamu sekarang bisa mempertimbangkan apa aku normal atau tidak."

Ellena sampai tersipu malu hingga kini seluruh wajahnya memerah. Dia perlahan melepaskan tangan Hanzero dan mendorong pria itu menjauh. "Tuan Hanzero. Tolong jaga dirimu sendiri!”

Ellena tidak menyangka jika pria yang tampak dingin ini bisa keterlaluan seperti ini.

Saat Hanzero melihat wajah gadis itu memerah, tatapannya justru semakin mendalam. Wajah Ellena sepertinya sangat mudah memerah, sama seperti tadi malam.

Saat Ellena menangis dan memohon belas kasihan padanya, kulitnya yang putih berubah menjadi merah muda. Hanzero berubah menjadi lebih panas saat dia teringat akan apa yang terjadi semalam.

Saat mata Ellena bertemu dengan Hanzero, jantungnya berdetak semakin cepat. Dia pun mulai gelisah.

Mata Hanzero tampak penuh dengan keinginan dan sifat posesif yang jelas, seolah-olah dia sudah berada di tangan pria itu. Bahkan, dia juga merasa bahwa Hanzero telah mengetahui segalanya, termasuk mengetahui bahwa ia akan datang hari ini.

"Tuan Hanzero," Panggil Ellena. la menggigit bibirnya dan terdiam sesaat, lalu menatap Hanzero dan berkata, "Anda bisa meminta apa saja dariku, kecuali untuk menikahi Anda.."

Tanpa menunggu Ellena menyelesaikan perkataannya, Hanzero segera memotongnya dengan suara yang dingin. "Kalau kita tidak punya apa-apa untuk dibicarakan lagi. Kamu bisa pergi."

Ellena mengepalkan tangannya dan hanya berdiri terdiam. Hanzero juga tidak mengusirnya.

Kini keduanya pun sama-sama terdiam. Setelah beberapa saat, Ellena mengambil napas panjang. Suaranya bergetar saat ia berkata, “Apa jika aku menikah denganmu, kamu akan melakukan operasi untuk adikku?"

Mata Hanzero menyipit, "Jadi Kamu sudah setuju?" tanyanya, hampir tidak bisa menutupi kegirangannya.

Ellena tersenyum pahit dan balik bertanya, "Bukankah itu yang kamu minta? Selama anda bisa menyembuhkannya, aku bersedia menikah denganmu."

Melihat Ellena tersenyum pahit dan tak berdaya, Hanzero mengerutkan kening, dan wajahnya terlihat tidak senang. Dia berjalan ke arah Ellena, lalu mengangkat kedua tangannya dan perlahan menekan bahu Ellena yang lemah.

Mata hitamnya yang pekat menunjukkan kesungguhan yang dalam saat ia mengucapkan kata demi kata dari sebuah janji yang penuh kepastian. "Menikahlah denganku. Aku berjanji, kamu tidak akan menyesal. Aku akan berusaha memberikan semua cinta yang kamu inginkan. Mulai saat ini kita akan berbagi penderitaan dan kebahagiaan bersama."

---

Setelah tiba di biro urusan sipil, Akta nikah mereka diurus dengan sangat cepat. Sementara masih banyak orang yang mengantri di luar.

Hanzero sengaja menggunakan layanan khusus hingga tidak sampai setengah jam, akta nikah mereka sudah selesai dicetak. Şetelah mereka keluar dari ruangan.

Ellena melihat buku merah kecil di tangannya dengan kebingungan. Semua ini seperti mimpi baginya.

Benarkah aku... sudah menikah?

Ellena rasanya masih tidak percaya. Dia berharap sampai jutaan kali kalau semua ini hanyalah mimpi.

Sampai mereka masuk kedalam mobil, Ellena masih seperti dalam mimpi. Di sampingnya, Hanzero yang sudah berstatus sebagai suaminya pun menoleh dan meliriknya.

“Ellena, jangan terlihat seperti menderita begitu. Kamu menikahi seorang pria yang tepat. Suamimu ini akan memberikan semua kehormatannya untukmu. Kamu tidak akan menderita,” kata Hanzero.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status