“Hah?" Sopir mendadak tersedak karena mendengar pertanyaan Ellena. Karena ketahuan, dia menjawab dengan agak gugup, "Jangan salah paham, Nyonya. Saya tidak punya maksud lain. Saya hanya, hanya ingin tahu...""Ingin tahu?" ulang Ellena, sambil mengerutkan kening dengan ragu."Ya, saya ingin tahu," jawab sopir itu. Dia melirik ke kaca spion lagi, lalu berkata, "Sebelum Nyonya, tidak ada wanita lain di sekitar Tuan Hanzero. Bahkan, Tuan Hanzero tidak pernah memiliki hubungan asmara dengan lawan jenis. Sudah tak terhitung berapa banyak wanita yang Nyonya Besar perkenalkan, tapi Tuan Hanzero tidak mempedulikan satupun dari mereka. Inilah alasan Tuan Besar dan Nyonya Besar merasa sangat cemas.”"Tidak mungkin! Kamu bilang, dia tidak pernah berpacaran sekalipun?" tanya Ellena dengan terkejut.Pria tampan dan kaya seperti Hanzero pasti akan sangat menarik bagi lawan jenis sejak pandangan pertama. Bagaimana mungkin dia tidak pernah berpacaran?Sopir itu memandang Ellena dari kaca spion dengan
Salma tampaknya baru saja mencoba rok dan berdiri di depan cermin ruang ganti. Lalu, ia berbalik dan mendongak sambil tersenyum kepada pria di sebelahnya."Ya, kelihatan bagus," jawab Reno. Wajah tampan pria itu terlihat lembut dan suaranya juga terdengar sangat lembut. Dia mengulurkan tangannya, kemudian mengelus kepala wanitanya dan berkata, "Sayangku, kamu terlihat cantik memakai baju apapun."Panggilan 'Sayang' Reno kepada Salma membuat para pemilik toko di sekitar mereka iri. Salah satu pegawai toko memuji dan berkata, "Ya, Nona Salma memang sangat cantik.”Para pegawai memang mengenal Salma karena dia sudah sering berbelanja kemari.“Anda sangat cantik dan penampilannya sangat menawan. Sangat pantas memakai pakaian apapun. Tuan Reno juga pria yang luar biasa. Nona Salma dan Tuan Reno sangat cocok dan serasi.”Senyuman di wajah Salma tampak semakin merekah. Dia menatap Reno dengan manis dan berkata, "Lihat. Mereka sangat pandai berbicara. Aku malu kalau sampai nggak beli rok ini.
Ketika mata Ellena menatap beberapa pegawai toko dengan dingin, mereka semua tertunduk dan merasa sedikit ketakutan. Mereka tidak menyangka jika Ellena yang hanya wanita miskin bisa berani bertingkah begitu sombong. "Hahaha..." salah satu pegawai toko tertawa mengejek, "Memfitnah? Kami tidak memfitnahmu. Jangan berani datang ke toko barang bermerek jika tidak mempunyai uang. Kalau kamu tidak berniat mencuri, untuk apa lagi kamu datang ke sini?" "Benar. Jelas-jelas kamu adalah seorang pencuri dan berani mengancam kami. Kamu bicara seakan kamu adalah orang yang sangat baik, dan bahkan meminta kami untuk membayar. Siapa kamu?" "Oh... Kami sangat takut! Dia menanyakan bayarannya!" "Kakak," seru Salma. Dia tersenyum manis dan berkata dengan lembut. "Kalau kamu ada masalah, kamu bisa memberitahuku dan Reno. Kami akan membantumu.” Perkataan Salma seolah menginformasikan apa yang dikatakan beberapa pegawai toko barusan, seakan dia juga menganggap Ellena datang ke toko untuk menguntit
Hanzero tadi memang sudah berkata, sebelum menikahinya, "Ellena, menikahlah denganku. Kamu dapat melakukan apapun yang kamu inginkan. Aku akan mengurus segalanya untukmu. Mulai sekarang, kita akan berbagi, apapun itu.” Mengingat itu, kehangatan mengalir dengan lembut di hati Ellena. Selama bertahun-tahun, dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri sampai harus memaksakan dirinya untuk menjadi mandiri dan kuat. Dia hanya memiliki dirinya sendiri, tapi sekarang... Tiba-tiba ada seseorang yang mengatakan padanya jika dia bisa bergantung padanya. Tidak peduli apa yang terjadi, orang itu akan selalu ada untuknya. Terlepas dari momen ini, Hanzero mengucapkan kata-kata ini dengan itikad baik. Ellena merasa bersyukur dan kini matanya terlihat agak basah. Dia menarik napas panjang dan menjawab dengan lembut, "Baiklah..." Setelah Ellena selesai menelepon Hanzero, pejabat tinggi pemilik gedung datang dan kali ini dia kembali masuk ke toko tadi. Rupanya Salma sudah selesai memilih baju
"Cukup!" Reno yang sedari tadi terdiam tiba-tiba keluar dengan wajah tenang namun sedikit marah. Reno berkata, "Nona Ellena bukan orang sepеrti itu, aku реrcaya padanya. Kalian jangan membuat keributan lagi." Setelah berbicara begitu, Reno mengerutkan kening dan menatap Ellena dengan sedikit keprihatinan di matanya, dan berkata, "Ellena, jika kamu ingin membeli pakaian, kamu biša memberitahuku. Aku akan-"Ellena berbalik badan sebelum Reno bisa menyelesaikan kata-katanya. Dia bahkan tidak pernah menatap Reno dari awal sampai akhir, "Tuan Wendi, urus mereka dan lakukan apa yang harus dilakukan kepada mereka," kata Ellena.Dia menggunakan nada marah dan tekanan di depan Tuan Wendi dan kembali berkata dengan dingin, "Jika nanti mall merekrut pegawai yang memandang rendah seseorang seperti ini lagi, HRD-nya juga harus diganti.""Ya, benar. Ajaran Nona Ellena itu benar. Ini memang kesalahan HRD. Saya harus memberi ajaran tegas kepada mereka. Nona Ellena harap tenang. Saya akan segera meme
Pegawai toko meratap dan memohon agar Salma membantu mereka.Melihat Ellena yang berbalik badan untuk segera pergi, Salma tertegun. Tatapannya penuh keterkejutan, dan dia meremas lengan Reno. "Reno, bagaimana ini bisa terjadi?” Salma tidak membayangkan jika situasi bisa menjadi seperti ini.Awalnya, Salma hanya ingin menunjukkan keunggulannya di depan Ellena serta mengambil kesempatan tadi untuk menekan dan mempermalukannya. Tapi, sekarang Ellena-lah yang menjadi pusat perhatian, dan dia tidak bisa menerima keadaan yang berbalik seperti itu.Wajahnya seketika menjadi masam. Bagaimana mungkin bos di mall ini begitu baik pada kakaknya? Bahkan, bos itu memecat beberapa pegawai toko untuknya. Berdasarkan apa? Kenapa Ellena tiba-tiba memiliki kekuasaan sebesar itu?Reno tak kalah terkejut dengan Salma. Dia melihat Ellena yang berjalan di depan pintu toko dan memikirkan segala kemungkinan yang ada, lalu wajahnya seketika menjadi muram.Sementara itu, beberapa pegawai toko menangis dan memoh
"Tidak mungkin," jawab Reno sambil menunduk, "Ellena bukan orang yang serakah. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu."“Tapi,” Salma masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba Reno menatapnya dan memotong perkataannya, "Salma, Ellena dan aku sudah saling mengenal selama sepuluh tahun. Aku sangat mengenalnya. Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Karena telah bersama selama bertahun-tahun dan dia tidak pernah bertanya padaku soal apa yang dapat dia dapatkan. Aku memberinya hadiah yang mahal, tetapi dia malah mengembalikan lebih banyak lagi."Salma merasa jika mata Reno menunjukan kerinduan ketika dia berbicara tentang Ellena. Dia langsung terbakar cemburu.‘Setelah mengatakan bahwa dia mencintaiku, tapi matanya masih menunjukkan perasaan tidak rela setiap membicarakan Kak Ellena. Lalu apa maksud dari perkataannya barusan? Kak Ellena meminta Reno untuk membelanjakan dirinya dan tidak rela menghabiskan uang Reno, jadi maksudnya Ellena bukan wanita sombong yang mata du
Kemudian Ellena pergi ke tempat parkir bawah tanah dan lampu sebuah mobil Bentley hitam berkedip. Begitu dia melewati mobil itu, pintunya terbuka dan menampakkan seorang pria yang duduk agak malas di dalam mobil sambil memegang laptop tipis di tangannya. Matanya yang dalam dan dingin melihat layar laptop, lalu melihat ke atas dan menatap Ellena langsung.Mata Ellena dan mata Hanzero saling bertatapan. Mata Hanzero sedalam kolam dan bayangan Ellena seperti cermin di matanya yang gelap. Lampu di dalam mobil menyala karena tempat parkir bawah tanah itu agak redup dan Hanzero duduk di bawah cahaya lampu itu.Wajahnya yang tampan diterpa cahaya lembut hingga garis-garis di wajahnya tampak sangat lembut, bahkan matanya tampak melunak. Ellena tiba-tiba terdiam dan jantungnya berdebar kencang.Dia dan Hanzero saling menatap selama beberapa detik, lalu Hanzero menoleh ke belakang. "Kenapa diam saja? Ayo masuk.”"...Oh." Ellena menarik napas dalam-dalam, dia menyentuh pipinya yang sedikit panas
Reni tidak kalah ketakutan dan terjatuh ke lantai. Wajahnya juga berubah menjadi pucat. Mereka semua masih pelajar. Meskipun mereka agak sombong dan mendominasi, mana mereka bisa melihat adegan kekerasan seperti itu? Sekarang mereka sudah sangat ketakutan setengah mati setelah menyaksikan kedua kaki David dipatahkan hingga pingsan. Mereka menangis, dan seluruh tubuh mereka gemetar.Pengawal itu berjalan ke arah Ellena dan membungkukkan badan dengan sikap yang sangat hormat, lalu bertanya, "Nona Ellena, apa mereka berdua ini teman sekelas Nona? Nona Ellena ingin kami melakukan apa terhadap mereka berdua?""Ellena, kami salah. Tolong maafkan kami.""Ellena, karena kita tinggal di asrama yang sama, semoga kamu bisa memaafkan kami kali ini."Vira dan Reni gemetar hebat karena takut membayangkan kaki mereka akan dipatahkan. Mereka berdua memohon belas kasihan pada Ellena dan terus menangis hingga air mata dan ingus mereka bercucuran. Saat ini mereka berdua tampak begitu malu dan tertekan.
Vira dan Reni juga menoleh saat mendengar gerakan itu. Mereka semua mendadak tertegun ketika mereka melihat sekelompok pria berotot, tinggi, kekar, dan berseragam hitam berjalan ke arah mereka. Ada sekitar sepuluh pria berotot dengan tinggi di atas 185 cm. Dilihat dari fisik mereka, sepertinya semua sangat terlatih dan kuat. Para pria berseragam itu jelas tidak sebanding dengan sekelompok berandalan dari pihak mereka.Sementara beberapa orang masih belum menyadari kenapa sekelompok pria berseragam hitam ini muncul di sini, mereka mendengar salah satu dari pria itu berkata dengan suara berat, "Tuan kita sudah memerintahkan untuk jangan sampai melepaskan satu pun dari mereka."Setelah pria itu berkata begitu, sekelompok pria berseragam hitam bergegas mendekat. Para berandalan kecil yang akan menangkap Ellena adalah orang pertama yang mereka tangkap. Tak lama kemudian, terdengar beberapa teriakan yang menyedihkan dengan suara patah tulang yang samar-samar. Dalam sekejap mata, beberapa
Ekspresi wajah David menjadi tidak enak dipandang. Dia baru saja ditolak di depan umum. Matanya menggelap, kemudian dia berbicara lagi dengan suara yang dua kali lipat lebih dingin, "Kamu tahu perusahaan Raharja?"Ellena tersenyum dingin dan merentangkan tangannya. "Aku nggak tahu. Apa ada yang salah? Apa nama itu sangat terkenal? Tapi aku belum pernah dengar."David merasa marah karena kali ini dia dibantah lagi. Para pemuda generasi kedua keluarga kaya biasanya hanya ingin bersenang-senang dan akan menggunakan berbagai cara.Mengejar wanita juga merupakan hal yang mudah bagi mereka. Ini adalah pertama kalinya seorang wanita berani mempermalukannya dengan menolaknya lagi dan lagi."Gadis bodoh! Kamu kuberi kesempatan, tetapi kamu malah nggak tahu malu. Aku bertanya sekali lagi, kamu mau pergi denganku atau nggak?"Vira dan Reni yang mulanya kesal karena David menyukai Ellena, kini mulai merasa senang. Mereka bersorak dalam hati saat melihat Ellena malah benar-benar menjadi nggak tahu
Ketika pandangan Vira bertemu dengan kedua mata dingin Ellena, dia nggak dapat menahan rasa takut di hatinya. Secara naluriah, dia ingin melangkah mundur. Tetapi, saat dia memikirkan begitu banyak orang yang memperhatikannya, dia menggertakkan gigi dan mengutuk dengan marah, “Wanita jalang!"Vira kemudian melayangkan tangannya ke arah wajah Ellena. Tapi, mana mungkin Ellena membiarkan Vira menamparnya begitu saja? Sebelum tamparan Vira mendarat di wajahnya, dia menangkap Vira di udara."Ah, sakit! Jalang, lepaskan aku!"Pergelangan tangan Vira dicengkeram dengan erat hingga Vira merintih kesakitan. Dia berusaha keras melepaskan cengkraman tangan Ellena. Namun, kekuatan tangan Ellena sangat besar.Terlebih lagi, Vira adalah seorang yang manja. Ellena hanya menggunakan sedikit kekuatan, tapi wajah Vira sudah sampai memerah karena kesakitan. Vira nggak memperdulikan citranya lagi dan berteriak dengan keras, "Ellena! Lepaskan aku! Aku mau bertarung denganmu!""Oh, oke."Ellena mengangguk
Leo mengingat jika sebentar lagi dia akan menghadapi begitu banyak eksekutif senior. Dia merasa tertekan. Kenapa aku merasa akhir-akhir ini Tuan Hanzero semakin hari semakin berubah? Saat Hanzero mengatakan akan pulang kerja lebih awal, pria itu memang benar pulang lebih awal.Tetapi, Tuan Hanzero barusan pergi begitu saja setelah membuka pertemuan penting yang baru setengah jalan. Jelas-jelas dia tidak pernah seperti ini sebelumnya!Sedangkan di Asrama.Begitu Ellena merapikan tempat tidur, dia mendengar suara keras dari lantai bawah. Sepertinya ada banyak langkah kaki beberapa orang berlari keluar dari kamar masing-masing untuk menonton. Ellena dan Yunita pun juga keluar.Mereka melongokkan kepala ke bawah dan melihat sekelompok pemuda berpakaian yang trendi ingin memasuki asrama perempuan. Bibi penjaga asrama yang sudah berusia lebih dari lima puluh tahun tentu saja bukan lawan pemuda-pemuda itu. Jika bibi penjaga asrama ingin menghentikan mereka, dia pasti tidak akan sanggup mela
Suara itu seperti seutas tali yang menggelitik hati Ellena dengan lembut. Dia merasa tenang. Saat ini Ellena benar-benar merasa beruntung memiliki seseorang yang bisa diandalkan.Dia tampaknya telah menemukan pelabuhannya, sehingga dia tidak perlu lagi khawatir terkena angin dan hujan lagi. Dia belum pernah merasakan kedamaian dan ketenangan hati seperti ini.Setelah menutup telepon, Ellena menyimpan ponselnya dan berjalan menuju kamar tidur. Dia merapikan kembali barang-barangnya yang dilempar oleh Vira ke lantai.Melihat Ellena kembali ke kamar, dua teman sekamar yang lain saling memandang dan bertanya, "Ellena, kamu benar-benar nggak mau bersembunyi untuk sementara waktu?""Ellena, kamu masih punya waktu untuk pergi sekarang," kata Yunita yang masih sangat khawatir.Ellena berjongkok di lantai dan mengembalikan barang-barangnya satu per satu ke tempat tidur. Dia berkata pada Yunita dengan tenang, "Yunita, kapan kamu melihatku menderita?"Yunita memikirkannya. Ellena memang terlihat
Ellena hanya menatap Reni dengan dingin. Saat Reni bergegas mendekatinya, Ellena dengan santai mengulurkan satu kakinya dan menjegal Reni."Ah!" Reni jatuh ke lantai dengan keras, hidungnya membentur lantai hingga hampir mengeluarkan air mata.“Dasar kamu, Ellena! Beraninya kamu melakukan ini sama aku dan Vira! Aku nggak akan melepaskanmu!" Teriaknya dengan penuh amarah.Vira, yang masih merasa pusing setelah jatuh, perlahan menyentuh dahinya yang berdarah. Dia terkejut dan semakin murka. "Ellena, beraninya kamu... Wanita jalang! Apa kamu pikir Reno masih mau melindungi kamu sekarang? Kamu tunggu saja. Aku akan buat kamu malu di kampus!""Kamu tunggu saja, Ellena! Kami akan buat kamu nyesel!" bentak Vira dengan penuh kebencian.Vira dan Reni bangun dari lantai, wajah mereka penuh amarah. Setelah melontarkan sumpah serapah, keduanya buru-buru keluar kamar.Melihat kejadian itu, Yunita langsung panik. "Ellena, bagaimana ini? Vira dan Reni kenal dekat sama kakak senior itu. Dia generasi
"Hm." Ellena mengangguk. "Aku turun ya? Emm, itu... sampai jumpa," ujarnya dengan malu dan ragu. Ellena kemudian hampir membuka pintu dan bersiap untuk keluar."Apa aku sudah mengizinkanmu pergi?"Suara Hanzero terdengar samar-samar dari belakang Ellena. Tapi itu tetap membuat Ellena berhenti dan menoleh lalu bertanya, "Apa ada hal yang lain?"Pria tampan itu mengerutkan kening dan tampak sedikit tidak senang. "Kemarilah sebentar."Ellena ragu-ragu untuk menggerakkan tubuhnya. Begitu dia mendekat, Hanzero menariknya ke dalam pelukannya. Sebelum dia sempat bereaksi, ciuman panas pria itu jatuh ke bibirnya.Ellena seperti hampir pingsan dan membuat Hanzero tersadar lalu segera melepaskannya. Jari Hanzero menempel di bibir Ellena, dan dia berkata, "Maaf. Ini cuma untuk ciuman perpisahan."Ellena hanya bisa menarik napas panjang dan nggak tahu mau bicara apa, lalu dia bergerak untuk turun.Saat dia sudah keluar dari mobil, kakinya masih lemas. Dia menutupi pipinya yang merah, lalu melirik
Beberapa pelayan yang berdiri di ruang makan merasa terkejut dengan adegan ini. Wanita muda itu tampaknya sangat dicintai oleh Tuan mereka. Walaupun dia cantik, dia masih sangat muda. Mereka sungguh tidak menyangka Tuan mereka akan menyukai gadis seusia itu.Tapi, mereka merasa lega. Tuan mereka ternyata benar-benar sembuh dari penyakitnya.Hanzero tidak melepaskan pelukannya. Sebaliknya, dia mengangkat dagu Ellena dan mengelusnya dengan lembut, lalu berkata dengan suara rendah, "Kamu semalam memelukku sampai pagi. Sekarang aku gantian memelukmu kok nggak boleh?”Ellena membuka matanya lebar-lebar. "Aku... Aku tadi malam...""Ya." Hanzero menyentuh pipi Ellena dengan ujung jarinya dan bergumam pelan."Tau nggak, kamu semalam seperti gurita yang nggak mau melepaskan mangsanya. Kamu tidur dengan sangat nyenyak, sementara aku nggak bisa tidur sepanjang malam."Wajah Ellena semakin memerah. Mungkin semalam dia kecapean sampai tertidur di mobil Hanzero dan tidak mengingat apapun lagi setel