"Tidak mungkin," jawab Reno sambil menunduk, "Ellena bukan orang yang serakah. Dia tidak akan melakukan hal seperti itu."“Tapi,” Salma masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba Reno menatapnya dan memotong perkataannya, "Salma, Ellena dan aku sudah saling mengenal selama sepuluh tahun. Aku sangat mengenalnya. Dia tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Karena telah bersama selama bertahun-tahun dan dia tidak pernah bertanya padaku soal apa yang dapat dia dapatkan. Aku memberinya hadiah yang mahal, tetapi dia malah mengembalikan lebih banyak lagi."Salma merasa jika mata Reno menunjukan kerinduan ketika dia berbicara tentang Ellena. Dia langsung terbakar cemburu.‘Setelah mengatakan bahwa dia mencintaiku, tapi matanya masih menunjukkan perasaan tidak rela setiap membicarakan Kak Ellena. Lalu apa maksud dari perkataannya barusan? Kak Ellena meminta Reno untuk membelanjakan dirinya dan tidak rela menghabiskan uang Reno, jadi maksudnya Ellena bukan wanita sombong yang mata du
Kemudian Ellena pergi ke tempat parkir bawah tanah dan lampu sebuah mobil Bentley hitam berkedip. Begitu dia melewati mobil itu, pintunya terbuka dan menampakkan seorang pria yang duduk agak malas di dalam mobil sambil memegang laptop tipis di tangannya. Matanya yang dalam dan dingin melihat layar laptop, lalu melihat ke atas dan menatap Ellena langsung.Mata Ellena dan mata Hanzero saling bertatapan. Mata Hanzero sedalam kolam dan bayangan Ellena seperti cermin di matanya yang gelap. Lampu di dalam mobil menyala karena tempat parkir bawah tanah itu agak redup dan Hanzero duduk di bawah cahaya lampu itu.Wajahnya yang tampan diterpa cahaya lembut hingga garis-garis di wajahnya tampak sangat lembut, bahkan matanya tampak melunak. Ellena tiba-tiba terdiam dan jantungnya berdebar kencang.Dia dan Hanzero saling menatap selama beberapa detik, lalu Hanzero menoleh ke belakang. "Kenapa diam saja? Ayo masuk.”"...Oh." Ellena menarik napas dalam-dalam, dia menyentuh pipinya yang sedikit panas
Jari-jari Hanzero menggenggam rahang Ellena dengan lembut. Saat Hanzero semakin mendekat, aroma tubuhnya menembus hidung Ellena dan Ellena mendengar panggilan 'Ellena’ yang sangat lembut di telinganya.Bisikan pria itu seperti sedang menggodanya hingga membuat jantungnya ikut bergetar. Wajahnya kembali memanas dan sekarang dia tidak ingat lagi jika dia sedang marah.Ellena mengangkat wajahnya dan matanya menatap cahaya yang dalam dari mata Hanzero. Wajah itu terlalu tampan dan menawan dengan tatapan mata yang semakin menggodanya. "Aku... Aku nggak marah," kata Ellena dengan sedikit gugup. Ketika Hanzero mendekatinya, dia tiba-tiba merasa agak sulit bernafas."Benarkah?" Hanzero mendekati Ellena dua sentimeter lagi hingga nafas hangat yang dihembuskannya menerpa bibir perempuan itu. Jari-jarinya menekan rahang Ellena dan mengelusnya dengan lembut. "Kalau begitu, cium aku.”Ellena melotot karena terkejut, sementara Hanzero menatap bibir merah mudanya yang sedikit terbuka. Mata Hanzero
Meskipun aktris itu sangat seksi dan tidak mengenakan sehelai benang pun, dia tidak berhasil mendekati Hanzero dan pengawalnya justru membawanya keluar dari kamar hotel Hanzero. Sejak saat itu, aktris itu dicekal.Insiden itu membuat banyak wanita yang ingin mendekatinya terkejut dan menjadi takut untuk mendekati Hanzero. Dari insiden itu juga, semua orang tahu jika Hanzero adalah seseorang yang bisa dilihat dari kejauhan tapi tidak bisa disentuh. Tidak ada lagi wanita yang berani mendekatinya.Namun, jika manajer restoran tidak salah lihat, tadi Hanzero lah yang barusan mengambil inisiatif dan sebaliknya, Nyonya Hanzero malah ingin menghindarinya. Ciuman itu membuat wajah Nyonya Hanzero memerah dan hal ini sungguh membuat orang-orang yang melihatnya merasa heran sekaligus takjub.Ternyata, Tuan Hanzero menyukai wanita yang polos seperti ini. Tak heran jika aktris seksi itu gagal merayunya, pikir manajer restoran.Wajah Ellena yang memerah masih belum reda, sampai mereka berdua duduk
Ellena tertegun beberapa saat, dan wajahnya begitu merah. Wajahnya terasa begitu panas. “Hanzero, kamu... Kamu jangan bercanda seperti ini denganku.""Itu bukan bercanda, aku serius," jawab Hanzero, dia menatap langsung ke mata Ellena dan matanya menunjukkan keinginan yang tersembunyi. "Ellena, aku mencintaimu.""Kamu..." Ellena bertatapan dengan mata Hanzero yang panas dan menunjukkan keinginan yang dalam. Hatinya gelisah, dan rasanya dia ingin melarikan diri. Dia pun berdiri dengan cemas dan berkata, "Aku pergi ke kamar mandi sebentar."Setelah selesai berbicara, Ellena langsung bangun dan berjalan cepat. Jika tidak malu, dia rasanya ingin berlari saja.Sampai di kamar mandi, dia membilas wajahnya dengan air dingin berkali-kali sampai wajahnya tidak begitu panas lagi.Jantungnya yang tadi terus berdetak kencang perlahan mulai menjadi lebih tenang. Tetapi, begitu dia teringat kata-kata yang baru saja dikatakan Hanzero, jantungnya kembali berdetak dengan cepat.“Ellena, aku mencintaim
Ketika memikirkan hal ini, Salma semakin merasa kesal, dan matanya semakin menunjukkan kecemburuan. "Aku beritahu kamu, Ellena. Aku nggak hanya akan merebut pasanganmu, tapi aku juga akan merebut semua yang kamu punya! Bukannya kamu tidak suka akting? Jangan pernah berpikir kamu punya kesempatan untuk terkenal di dunia suatu hari nanti!"Ellena hanya mengangkat sedikit sudut bibirnya saat melihat kepanikan Salma dan tak banyak ekspresi terlihat di wajah dinginnya. "Salma, apa kamu benar-benar mengira kalau kamu bisa menutupi semua ini? Kamu yakin bisa mengurus semuanya?"Salma begitu sombong, padahal dia hanya bisa mengandalkan Reno seorang. Jika dia harus bertarung di belakang panggung, mungkin dia akan takut.Tiba-tiba suara Hanzero terngiang di telinganya. Dia teringat akan janji pria itu, seketika hatinya merasa tenang. Dia sadar jika tidak mengenal Hanzero dengan baik, tapi dia tahu jika pria itu bukan orang yang sembarang berjanji pada orang lain.Jika Ellena memiliki janji dari
Wajah Ellena memerah. "Nggak... Nggak," dia cepat-cepat menyangkal. "Aku cuma tanya, mana mungkin aku cemburu hanya melihat kamu bicara dengan orang lain?" ujarnya.Lagian, Ellena tahu diri jika mereka hanya menikah karena suatu alasan dan tidak saling mencintai. Bisa dibilang, mereka hanya pasangan suami istri di atas kertas saja, dia tidak memenuhi syarat untuk cemburu.Saat dia dan Hanzero mengurus pernikahan mereka, dia tahu jelas siapa identitasnya dan dia tidak mungkin melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan."Ya, tapi kamu boleh cemburu padaku kok," kata Hanzero. Matanya yang dalam tertuju pada Ellena dan tatapannya menjadi begitu serius. "Ellena, kita sekarang sudah menikah dan sudah menjadi pasangan suami istri. Kamu istriku. Kalau kamu merasa aku terlalu dekat dengan wanita lain, kamu punya hak untuk cemburu dan melarangku.”Ellena mengangkat wajahnya. Ketika dia menatap mata Hanzero yang begitu gelap, jantungnya berdetak lebih cepat dan dia hanya bisa bergumam dalam h
"Nggak." Salma menggelengkan kepalanya dengan cemas. Matanya berbinar saat ia memikirkan sosok yang tinggi dan luar biasa itu, namun ia berbohong dengan licik. "Dari tampak punggungnya, pria itu tampaknya sudah tua. Pria itu mengenakan pakaian yang cukup stylish dan terlihat seperti orang yang punya banyak uang."Setelah Reno mendengar perkataan Salma, matanya tampak semakin penuh amarah. "Ellena lebih suka pergi dengan orang tua daripada meminta bantuan? Apa Ellena begitu membenciku?" Tanyanya."Reno, bukannya kamu tahu kepribadian Kakak?" Salma menambahkan, "Kakak selalu sombong. Sulit baginya untuk memohon pada orang lain meskipun Dia sedang sekarat. Selain itu, dia sangat membenci kita sampai dia nggak bisa meminta bantuan pada kita. Bahkan, kalau kamu punya perasaan seperti itu, kakak juga belum tentu menerimanya." Selesai berbicara, Salma menghela napas dengan lembut dan terlihat sangat khawatir. "Aku benar-benar nggak tega melihat kakak menghancurkan dirinya sendiri seperti ini
Reni tidak kalah ketakutan dan terjatuh ke lantai. Wajahnya juga berubah menjadi pucat. Mereka semua masih pelajar. Meskipun mereka agak sombong dan mendominasi, mana mereka bisa melihat adegan kekerasan seperti itu? Sekarang mereka sudah sangat ketakutan setengah mati setelah menyaksikan kedua kaki David dipatahkan hingga pingsan. Mereka menangis, dan seluruh tubuh mereka gemetar.Pengawal itu berjalan ke arah Ellena dan membungkukkan badan dengan sikap yang sangat hormat, lalu bertanya, "Nona Ellena, apa mereka berdua ini teman sekelas Nona? Nona Ellena ingin kami melakukan apa terhadap mereka berdua?""Ellena, kami salah. Tolong maafkan kami.""Ellena, karena kita tinggal di asrama yang sama, semoga kamu bisa memaafkan kami kali ini."Vira dan Reni gemetar hebat karena takut membayangkan kaki mereka akan dipatahkan. Mereka berdua memohon belas kasihan pada Ellena dan terus menangis hingga air mata dan ingus mereka bercucuran. Saat ini mereka berdua tampak begitu malu dan tertekan.
Vira dan Reni juga menoleh saat mendengar gerakan itu. Mereka semua mendadak tertegun ketika mereka melihat sekelompok pria berotot, tinggi, kekar, dan berseragam hitam berjalan ke arah mereka. Ada sekitar sepuluh pria berotot dengan tinggi di atas 185 cm. Dilihat dari fisik mereka, sepertinya semua sangat terlatih dan kuat. Para pria berseragam itu jelas tidak sebanding dengan sekelompok berandalan dari pihak mereka.Sementara beberapa orang masih belum menyadari kenapa sekelompok pria berseragam hitam ini muncul di sini, mereka mendengar salah satu dari pria itu berkata dengan suara berat, "Tuan kita sudah memerintahkan untuk jangan sampai melepaskan satu pun dari mereka."Setelah pria itu berkata begitu, sekelompok pria berseragam hitam bergegas mendekat. Para berandalan kecil yang akan menangkap Ellena adalah orang pertama yang mereka tangkap. Tak lama kemudian, terdengar beberapa teriakan yang menyedihkan dengan suara patah tulang yang samar-samar. Dalam sekejap mata, beberapa
Ekspresi wajah David menjadi tidak enak dipandang. Dia baru saja ditolak di depan umum. Matanya menggelap, kemudian dia berbicara lagi dengan suara yang dua kali lipat lebih dingin, "Kamu tahu perusahaan Raharja?"Ellena tersenyum dingin dan merentangkan tangannya. "Aku nggak tahu. Apa ada yang salah? Apa nama itu sangat terkenal? Tapi aku belum pernah dengar."David merasa marah karena kali ini dia dibantah lagi. Para pemuda generasi kedua keluarga kaya biasanya hanya ingin bersenang-senang dan akan menggunakan berbagai cara.Mengejar wanita juga merupakan hal yang mudah bagi mereka. Ini adalah pertama kalinya seorang wanita berani mempermalukannya dengan menolaknya lagi dan lagi."Gadis bodoh! Kamu kuberi kesempatan, tetapi kamu malah nggak tahu malu. Aku bertanya sekali lagi, kamu mau pergi denganku atau nggak?"Vira dan Reni yang mulanya kesal karena David menyukai Ellena, kini mulai merasa senang. Mereka bersorak dalam hati saat melihat Ellena malah benar-benar menjadi nggak tahu
Ketika pandangan Vira bertemu dengan kedua mata dingin Ellena, dia nggak dapat menahan rasa takut di hatinya. Secara naluriah, dia ingin melangkah mundur. Tetapi, saat dia memikirkan begitu banyak orang yang memperhatikannya, dia menggertakkan gigi dan mengutuk dengan marah, “Wanita jalang!"Vira kemudian melayangkan tangannya ke arah wajah Ellena. Tapi, mana mungkin Ellena membiarkan Vira menamparnya begitu saja? Sebelum tamparan Vira mendarat di wajahnya, dia menangkap Vira di udara."Ah, sakit! Jalang, lepaskan aku!"Pergelangan tangan Vira dicengkeram dengan erat hingga Vira merintih kesakitan. Dia berusaha keras melepaskan cengkraman tangan Ellena. Namun, kekuatan tangan Ellena sangat besar.Terlebih lagi, Vira adalah seorang yang manja. Ellena hanya menggunakan sedikit kekuatan, tapi wajah Vira sudah sampai memerah karena kesakitan. Vira nggak memperdulikan citranya lagi dan berteriak dengan keras, "Ellena! Lepaskan aku! Aku mau bertarung denganmu!""Oh, oke."Ellena mengangguk
Leo mengingat jika sebentar lagi dia akan menghadapi begitu banyak eksekutif senior. Dia merasa tertekan. Kenapa aku merasa akhir-akhir ini Tuan Hanzero semakin hari semakin berubah? Saat Hanzero mengatakan akan pulang kerja lebih awal, pria itu memang benar pulang lebih awal.Tetapi, Tuan Hanzero barusan pergi begitu saja setelah membuka pertemuan penting yang baru setengah jalan. Jelas-jelas dia tidak pernah seperti ini sebelumnya!Sedangkan di Asrama.Begitu Ellena merapikan tempat tidur, dia mendengar suara keras dari lantai bawah. Sepertinya ada banyak langkah kaki beberapa orang berlari keluar dari kamar masing-masing untuk menonton. Ellena dan Yunita pun juga keluar.Mereka melongokkan kepala ke bawah dan melihat sekelompok pemuda berpakaian yang trendi ingin memasuki asrama perempuan. Bibi penjaga asrama yang sudah berusia lebih dari lima puluh tahun tentu saja bukan lawan pemuda-pemuda itu. Jika bibi penjaga asrama ingin menghentikan mereka, dia pasti tidak akan sanggup mela
Suara itu seperti seutas tali yang menggelitik hati Ellena dengan lembut. Dia merasa tenang. Saat ini Ellena benar-benar merasa beruntung memiliki seseorang yang bisa diandalkan.Dia tampaknya telah menemukan pelabuhannya, sehingga dia tidak perlu lagi khawatir terkena angin dan hujan lagi. Dia belum pernah merasakan kedamaian dan ketenangan hati seperti ini.Setelah menutup telepon, Ellena menyimpan ponselnya dan berjalan menuju kamar tidur. Dia merapikan kembali barang-barangnya yang dilempar oleh Vira ke lantai.Melihat Ellena kembali ke kamar, dua teman sekamar yang lain saling memandang dan bertanya, "Ellena, kamu benar-benar nggak mau bersembunyi untuk sementara waktu?""Ellena, kamu masih punya waktu untuk pergi sekarang," kata Yunita yang masih sangat khawatir.Ellena berjongkok di lantai dan mengembalikan barang-barangnya satu per satu ke tempat tidur. Dia berkata pada Yunita dengan tenang, "Yunita, kapan kamu melihatku menderita?"Yunita memikirkannya. Ellena memang terlihat
Ellena hanya menatap Reni dengan dingin. Saat Reni bergegas mendekatinya, Ellena dengan santai mengulurkan satu kakinya dan menjegal Reni."Ah!" Reni jatuh ke lantai dengan keras, hidungnya membentur lantai hingga hampir mengeluarkan air mata.“Dasar kamu, Ellena! Beraninya kamu melakukan ini sama aku dan Vira! Aku nggak akan melepaskanmu!" Teriaknya dengan penuh amarah.Vira, yang masih merasa pusing setelah jatuh, perlahan menyentuh dahinya yang berdarah. Dia terkejut dan semakin murka. "Ellena, beraninya kamu... Wanita jalang! Apa kamu pikir Reno masih mau melindungi kamu sekarang? Kamu tunggu saja. Aku akan buat kamu malu di kampus!""Kamu tunggu saja, Ellena! Kami akan buat kamu nyesel!" bentak Vira dengan penuh kebencian.Vira dan Reni bangun dari lantai, wajah mereka penuh amarah. Setelah melontarkan sumpah serapah, keduanya buru-buru keluar kamar.Melihat kejadian itu, Yunita langsung panik. "Ellena, bagaimana ini? Vira dan Reni kenal dekat sama kakak senior itu. Dia generasi
"Hm." Ellena mengangguk. "Aku turun ya? Emm, itu... sampai jumpa," ujarnya dengan malu dan ragu. Ellena kemudian hampir membuka pintu dan bersiap untuk keluar."Apa aku sudah mengizinkanmu pergi?"Suara Hanzero terdengar samar-samar dari belakang Ellena. Tapi itu tetap membuat Ellena berhenti dan menoleh lalu bertanya, "Apa ada hal yang lain?"Pria tampan itu mengerutkan kening dan tampak sedikit tidak senang. "Kemarilah sebentar."Ellena ragu-ragu untuk menggerakkan tubuhnya. Begitu dia mendekat, Hanzero menariknya ke dalam pelukannya. Sebelum dia sempat bereaksi, ciuman panas pria itu jatuh ke bibirnya.Ellena seperti hampir pingsan dan membuat Hanzero tersadar lalu segera melepaskannya. Jari Hanzero menempel di bibir Ellena, dan dia berkata, "Maaf. Ini cuma untuk ciuman perpisahan."Ellena hanya bisa menarik napas panjang dan nggak tahu mau bicara apa, lalu dia bergerak untuk turun.Saat dia sudah keluar dari mobil, kakinya masih lemas. Dia menutupi pipinya yang merah, lalu melirik
Beberapa pelayan yang berdiri di ruang makan merasa terkejut dengan adegan ini. Wanita muda itu tampaknya sangat dicintai oleh Tuan mereka. Walaupun dia cantik, dia masih sangat muda. Mereka sungguh tidak menyangka Tuan mereka akan menyukai gadis seusia itu.Tapi, mereka merasa lega. Tuan mereka ternyata benar-benar sembuh dari penyakitnya.Hanzero tidak melepaskan pelukannya. Sebaliknya, dia mengangkat dagu Ellena dan mengelusnya dengan lembut, lalu berkata dengan suara rendah, "Kamu semalam memelukku sampai pagi. Sekarang aku gantian memelukmu kok nggak boleh?”Ellena membuka matanya lebar-lebar. "Aku... Aku tadi malam...""Ya." Hanzero menyentuh pipi Ellena dengan ujung jarinya dan bergumam pelan."Tau nggak, kamu semalam seperti gurita yang nggak mau melepaskan mangsanya. Kamu tidur dengan sangat nyenyak, sementara aku nggak bisa tidur sepanjang malam."Wajah Ellena semakin memerah. Mungkin semalam dia kecapean sampai tertidur di mobil Hanzero dan tidak mengingat apapun lagi setel