Share

Bab 6. Menemui Hanzero

Ellena merasa lebih santai setelah melihat Romi tersenyum padanya. Dia mengangguk dan duduk sambil membalas senyum pria itu. “Presiden, tadi perawat bilang kalau presiden mencariku untuk membicarakan tentang kondisi adikku. Benarkah?” Ellena bertanya dengan agak ragu. “Apa ada perubahan pada kondisi Kelvin?”

Romi mengambil cangkir kopi di atas meja dan menyeruput kopinya sedikit, lalu menjawab, “Ya ada yang berubah sedikit.

Ellena tiba-tiba menjadi gugup, “Apa itu?,”

“Penyakit adikmu seharusnya dioperasi lebih awal agar hasilnya lebih optimal. Tetapi karena serangan jantungnya kambuh lagi kali ini, dia sebenarnya sudah melewati waktu yang optimal untuk operasi.”

Wajah Ellena tiba-tiba berubah dan suaranya bergetar. “Apa artinya Kevin sudah melewati periode operasi terbaiknya? Apa artinya dia tidak akan mungkin bisa menjalani operasi lagi?”

“Bukannya dia tidak dapat dioperasi, tapi hasil operasinya akan kurang optimal. Nona Ellena operasi adiknya tidak dapat ditunda lagi.”

“Aku tahu,” Ellena mengepalkan tangannya.

“Aku akan mencari cara agar dia bisa menjalani operasi secepat mungkin. Tapi, bukankah presiden baru saja bilang kalau, Kelvin dioperasi sekarang hasil operasinya tidak akan begitu baik?”

“Itu tergantung pada siapa yang mengoperasi Kelvin.” jawab Romi, dia kemudian berpura-pura menyebut secara tidak sengaja, “Aku kenal seseorang yang sangat ahli dalam melakukan operasi seperti ini. Kalau kamu bisa membuat orang itu melakukannya, harapan untuk adikmu sembuh akan lebih banyak. Tapi,”

Mencapai 90%? Batin Ellena. Hatinya langsung penuh harapan dan dia langsung bertanya, “Tapi apa presiden? Apa kamu mengenalnya? Apa dokternya ada di rumah sakit ini?”

“Tidak.” Romi menggelengkan kepalanya.

“Dia seorang pengusaha yang sudah bertahun-tahun tidak lagi berurusan dengan dunia kedokteran. Karena itulah, aku ragu apa dia mau membantumu.”

Secercah harapan yang baru saja muncul di hati Ellena kembali padam. Sudah tidak berkecimpung di dunia kedokteran selama bertahun-tahun? Apa dia masih bisa mengoperasi Kelvin?

Tapi walau Ellena hanya memiliki satu persen harapan saja, dia tidak boleh menyerah. Kelvin adalah satu-satunya adik kandungnya yang dimilikinya di dunia ini. Tidak peduli metode apa yang orang itu akan gunakan, dia akan berjuang untuk Kelvin.

Setelah termenung sejenak, dia menatap Romi dengan tatapan memohon. Dia merasa gelisah dan gugup saat meminta, “Presiden, apa anda bersedia memberiku kontak pengusaha itu? Aku akan berusaha untuk berbicara dengannya.”

Mata Romi langsung berkilat-kilat, tetapi wajahnya tampak malu. Setelah beberapa detik hening, dia mengangguk dan berkata. “Baiklah, aku akan memberi nomor telepon dan alamat pengusaha itu. Tapi, saat bertemu dengannya, jangan bilang padanya kalau aku yang memintamu mencarinya.”

Ellena menunjukkan kegembiraan. “Terima kasih, presiden.”

Hari itu juga, Ellena menatap gedung tinggi yang menjulang ke langit itu. Kini dia berdiri di luar pintu kaca yang berputar di depan perusahaan Brahmana international. Dia mendadak tidak berani, nyalinya tiba-tiba menciut. Tapi saat teringat tentang Kelvin, dia berusaha mengumpulkan keberanian. Dia menarik nafas panjang dan segera melangkah masuk.

Ada dua karyawan wanita yang cantik dengan perawakan menarik di meja resepsionis. Saat Ellena sampai di sana, salah satu dari mereka yang mengenakan riasan di wajahnya dan beberapa perhiasan mewah, membuat wanita itu terlihat semakin cantik dari pandangan pertama.

Penampilannya terlihat seperti orang kaya.

Saat karyawan itu melihat Ellena yang sangat cantik natural tanpa adanya riasan ataupun perhiasan, dia pun merasa benci. Dia juga melihat pakaian Ellena yang biasa saja dan membuatnya merasa semakin sombong.

“Nona, jika anda mencari seseorang, anda harus membuat jadwal terlebih dahulu. Siapa yang ingin anda cari?” tanyanya.

“Aku ingin bertemu dengan Hanzero. Apa dia ada di sini?”

Saat Ellena menyebutkan nama yang diberikan oleh Romi dengan ragu-ragu, dua karyawan wanita itu sedikit terkejut.

Karyawan wanita yang sombong itu terlihat kesal pada Ellena dan menatapnya dengan tajam. “Siapa kamu? Beraninya menyebut nama Tuan Hanzero. Kalau kamu mencari Tuan Hanzero, kamu harus membuat janji terlebih dahulu. Apa kamu sudah ada janji dengan Tuan Hanz?”

Ellena bergumam dalam hati. Melihat reaksi dari dua karyawan di meja resepsionis, sepertinya Hanzero yang dia sepertinya orng yang sangat penting, dia pun menjawab dengan jujur, "Belum ada janji.”

"Oh." Ketika karyawan wanita itu mendengar kalau Ellena tidak punya janji, dia mencibir dengan acuh tak acuh. "Bukan sembarang orang yang dapat bertemu dengan Tuan Hanzero. Kamu tidak punya janji, tapi masih ingin bertemu dengan Tuan Hanzero? Akhir-akhir ini memang banyak wanita yang sangat sembarangan. Apa kamu pikir, Tuan Hanzero bisa kamu inginkan sesuka hati?"

Ellena mengerutkan kening. Lalu dia berusaha menjelaskan dengan sabar, "Sepertinya anda salah paham. Saya tidak…”

Sebelum Ellena selesai berbicara, karyawan wanita itu menyela dengan tidak sabar, "Saya tidak tertarik mendengar apa yang anda bicarakan. Singkatnya, Tuan Hanzero tidak akan pernah bertemu dengan anda tanpa janji. Anda bisa pergi sekarang."

Ellena awalnya mengira pria yang dicarinya ini hanyalah seorang karyawan biasa, dia tidak menyangka jika untuk bertemu dengan Hanzero ternyata akan sesulit ini.

Tapi karena dia sudah datang ke tempat ini, dia tidak akan pergi sebelum bertemu dengan orang yang bernama Hanzero itu. Tanpa mengatakan apapun pada kedua karyawan wanita di meja resepsi dan melihat sekeliling untuk mencari tempat beristirahat.

Lalu, dia berjalan ke ruang tunggu untuk duduk dan berencana untuk menunggu sampai Hanzero pulang kerja.

Saat kedua karyawan itu melihat Ellena yang tidak berniat pergi, mereka kembali mencibir dan mengejeknya.

“Dia sangat berani sampai dia menolak untuk pergi.”

"Tuan Hanzero sangat suci dan dia tidak pernah dekat dengan wanita. Bahkan, meskipun wanita itu sangat cantik, Tuan Hanzero tidak akan tertarik pada wanita seperti dia."

Saat Leo turun untuk mengurus sesuatu, langkahnya tiba-tiba terhenti di depan meja resepsionis karena seorang karyawan wanita memanggilnya.

"Sekretaris Leo, ada seorang wanita miskin datang dan berkata jika dia ingin bertemu dengan Tuan Hanzero. Kami sudah memberitahunya kalau dia tidak akan pernah bertemu dengan Tuan Hanzero jika tidak ada janji, tetapi dia masih menolak untuk pergi. Dia sudah duduk di ruang tunggu selama dua jam dan kami khawatir itu akan mempengaruhi citra perusahaan kita. Haruskah dia diusir?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status