Ellena merasa lebih santai setelah melihat Romi tersenyum padanya. Dia mengangguk dan duduk sambil membalas senyum pria itu. “Presiden, tadi perawat bilang kalau presiden mencariku untuk membicarakan tentang kondisi adikku. Benarkah?” Ellena bertanya dengan agak ragu. “Apa ada perubahan pada kondisi Kelvin?”
Romi mengambil cangkir kopi di atas meja dan menyeruput kopinya sedikit, lalu menjawab, “Ya ada yang berubah sedikit. Ellena tiba-tiba menjadi gugup, “Apa itu?,” “Penyakit adikmu seharusnya dioperasi lebih awal agar hasilnya lebih optimal. Tetapi karena serangan jantungnya kambuh lagi kali ini, dia sebenarnya sudah melewati waktu yang optimal untuk operasi.” Wajah Ellena tiba-tiba berubah dan suaranya bergetar. “Apa artinya Kevin sudah melewati periode operasi terbaiknya? Apa artinya dia tidak akan mungkin bisa menjalani operasi lagi?” “Bukannya dia tidak dapat dioperasi, tapi hasil operasinya akan kurang optimal. Nona Ellena operasi adiknya tidak dapat ditunda lagi.” “Aku tahu,” Ellena mengepalkan tangannya. “Aku akan mencari cara agar dia bisa menjalani operasi secepat mungkin. Tapi, bukankah presiden baru saja bilang kalau, Kelvin dioperasi sekarang hasil operasinya tidak akan begitu baik?” “Itu tergantung pada siapa yang mengoperasi Kelvin.” jawab Romi, dia kemudian berpura-pura menyebut secara tidak sengaja, “Aku kenal seseorang yang sangat ahli dalam melakukan operasi seperti ini. Kalau kamu bisa membuat orang itu melakukannya, harapan untuk adikmu sembuh akan lebih banyak. Tapi,” Mencapai 90%? Batin Ellena. Hatinya langsung penuh harapan dan dia langsung bertanya, “Tapi apa presiden? Apa kamu mengenalnya? Apa dokternya ada di rumah sakit ini?” “Tidak.” Romi menggelengkan kepalanya. “Dia seorang pengusaha yang sudah bertahun-tahun tidak lagi berurusan dengan dunia kedokteran. Karena itulah, aku ragu apa dia mau membantumu.” Secercah harapan yang baru saja muncul di hati Ellena kembali padam. Sudah tidak berkecimpung di dunia kedokteran selama bertahun-tahun? Apa dia masih bisa mengoperasi Kelvin? Tapi walau Ellena hanya memiliki satu persen harapan saja, dia tidak boleh menyerah. Kelvin adalah satu-satunya adik kandungnya yang dimilikinya di dunia ini. Tidak peduli metode apa yang orang itu akan gunakan, dia akan berjuang untuk Kelvin. Setelah termenung sejenak, dia menatap Romi dengan tatapan memohon. Dia merasa gelisah dan gugup saat meminta, “Presiden, apa anda bersedia memberiku kontak pengusaha itu? Aku akan berusaha untuk berbicara dengannya.” Mata Romi langsung berkilat-kilat, tetapi wajahnya tampak malu. Setelah beberapa detik hening, dia mengangguk dan berkata. “Baiklah, aku akan memberi nomor telepon dan alamat pengusaha itu. Tapi, saat bertemu dengannya, jangan bilang padanya kalau aku yang memintamu mencarinya.” Ellena menunjukkan kegembiraan. “Terima kasih, presiden.” Hari itu juga, Ellena menatap gedung tinggi yang menjulang ke langit itu. Kini dia berdiri di luar pintu kaca yang berputar di depan perusahaan Brahmana international. Dia mendadak tidak berani, nyalinya tiba-tiba menciut. Tapi saat teringat tentang Kelvin, dia berusaha mengumpulkan keberanian. Dia menarik nafas panjang dan segera melangkah masuk. Ada dua karyawan wanita yang cantik dengan perawakan menarik di meja resepsionis. Saat Ellena sampai di sana, salah satu dari mereka yang mengenakan riasan di wajahnya dan beberapa perhiasan mewah, membuat wanita itu terlihat semakin cantik dari pandangan pertama. Penampilannya terlihat seperti orang kaya. Saat karyawan itu melihat Ellena yang sangat cantik natural tanpa adanya riasan ataupun perhiasan, dia pun merasa benci. Dia juga melihat pakaian Ellena yang biasa saja dan membuatnya merasa semakin sombong. “Nona, jika anda mencari seseorang, anda harus membuat jadwal terlebih dahulu. Siapa yang ingin anda cari?” tanyanya. “Aku ingin bertemu dengan Hanzero. Apa dia ada di sini?” Saat Ellena menyebutkan nama yang diberikan oleh Romi dengan ragu-ragu, dua karyawan wanita itu sedikit terkejut. Karyawan wanita yang sombong itu terlihat kesal pada Ellena dan menatapnya dengan tajam. “Siapa kamu? Beraninya menyebut nama Tuan Hanzero. Kalau kamu mencari Tuan Hanzero, kamu harus membuat janji terlebih dahulu. Apa kamu sudah ada janji dengan Tuan Hanz?” Ellena bergumam dalam hati. Melihat reaksi dari dua karyawan di meja resepsionis, sepertinya Hanzero yang dia sepertinya orng yang sangat penting, dia pun menjawab dengan jujur, "Belum ada janji.” "Oh." Ketika karyawan wanita itu mendengar kalau Ellena tidak punya janji, dia mencibir dengan acuh tak acuh. "Bukan sembarang orang yang dapat bertemu dengan Tuan Hanzero. Kamu tidak punya janji, tapi masih ingin bertemu dengan Tuan Hanzero? Akhir-akhir ini memang banyak wanita yang sangat sembarangan. Apa kamu pikir, Tuan Hanzero bisa kamu inginkan sesuka hati?" Ellena mengerutkan kening. Lalu dia berusaha menjelaskan dengan sabar, "Sepertinya anda salah paham. Saya tidak…” Sebelum Ellena selesai berbicara, karyawan wanita itu menyela dengan tidak sabar, "Saya tidak tertarik mendengar apa yang anda bicarakan. Singkatnya, Tuan Hanzero tidak akan pernah bertemu dengan anda tanpa janji. Anda bisa pergi sekarang." Ellena awalnya mengira pria yang dicarinya ini hanyalah seorang karyawan biasa, dia tidak menyangka jika untuk bertemu dengan Hanzero ternyata akan sesulit ini. Tapi karena dia sudah datang ke tempat ini, dia tidak akan pergi sebelum bertemu dengan orang yang bernama Hanzero itu. Tanpa mengatakan apapun pada kedua karyawan wanita di meja resepsi dan melihat sekeliling untuk mencari tempat beristirahat. Lalu, dia berjalan ke ruang tunggu untuk duduk dan berencana untuk menunggu sampai Hanzero pulang kerja. Saat kedua karyawan itu melihat Ellena yang tidak berniat pergi, mereka kembali mencibir dan mengejeknya. “Dia sangat berani sampai dia menolak untuk pergi.” "Tuan Hanzero sangat suci dan dia tidak pernah dekat dengan wanita. Bahkan, meskipun wanita itu sangat cantik, Tuan Hanzero tidak akan tertarik pada wanita seperti dia." Saat Leo turun untuk mengurus sesuatu, langkahnya tiba-tiba terhenti di depan meja resepsionis karena seorang karyawan wanita memanggilnya. "Sekretaris Leo, ada seorang wanita miskin datang dan berkata jika dia ingin bertemu dengan Tuan Hanzero. Kami sudah memberitahunya kalau dia tidak akan pernah bertemu dengan Tuan Hanzero jika tidak ada janji, tetapi dia masih menolak untuk pergi. Dia sudah duduk di ruang tunggu selama dua jam dan kami khawatir itu akan mempengaruhi citra perusahaan kita. Haruskah dia diusir?”Karyawan perempuan itu berbicara pada Leo sambil menatap Ellena. Matanya menampakkan kecemburuan. Mungkin karena, meskipun Resta terlihat miskin, tapi memiliki wajah yang sangat cantik."Seseorang mencari Tuan Hanz?" Tanya Leo. Dia melirik ke tempat istirahat di ruang tunggu dengan penasaran. Saat matanya tertuju pada Ellena, dia seketika membeku. Kemudian, matanya tampak terkejut. “Wanita itu? Bukankah itu,.. Nona Ellena yang Tuan minta untuk aku selidiki tadi? Kenapa dia ada di sini?” pikirnya.Karyawan resepsionis itu melihat perubahan ekspresi Leo, dan mengira jika Sekretaris Leo itu juga tidak senang melihat Ellena yang menolak untuk pergi dari sini.Nada bicara karyawan itu terdengar semakin meremehkan. "Saya belum pernah melihat orang yang begitu tak tahu malu seperti wanita itu.”Leo berjalan menuju ruang tunggu sambil mengeluarkan ponselnya dan menelepon. Setelah teleponnya terhubung, ia berkata dengan lembut, "Tuan, Nona Ellena datang ke perusahaan dan mengatakan jika dia se
Pria baik? Hanzero tertawa, seakan baru saja mendengar sesuatu yang menarik. Dia meletakkan dokumen di tangannya lalu berdiri dan berjalan perlahan ke arah Ellena kemudian dia berhenti tepat di hadapan wanita itu.Ellena menjadi gugup, jarak antara mereka kini sangatlah dekat hingga dia bisa menghirup aroma dari tubuh Hanzero dan hal ini membuat pria itu terlihat semakin menawan di matanya.Setelah mereka saling berpandangan wajah Ellena memerah, dia pun melangkah mundur sambil menggigit bibirnya. “Tuan Hanzero, aku,”“Nona, aku ini seorang pengusaha.” Kata Hanzero sambil memandang Ellena dan sedikit mengangkat bibir tipisnya. “Dalam perhitungan bisnis karena Nona Ellena yang membutuhkan bantuanku, kira-kira keuntungan apa yang bisa Nona berikan padaku?”Ellena terdiam beberapa detik untuk berpikir, lalu menjawab. “Tuan Hanzero, aku tidak tahu apa yang anda inginkan. Aku juga tidak mempunyai apa-apa, tapi kalau anda ingin aku membayar, aku pasti akan mengusahakan, entah meskipun itu c
Malam ini, Ellena akan pergi menemani Reno untuk ke pesta pernikahan kerabat keluarga Sanjaya.Meskipun Keluarga Lewis tidak mendapatkan undangan khusus, mungkin karena saat ini perusahaan mereka masih ada di masa penurunan yang kritis, tetapi Ellena tetap harus hadir untuk menemani Reno, calon suaminya dari keluarga Sanjaya.Ellena sudah bersiap, dia kemudian mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi nomor Reno. Tetapi, berulang kali panggilannya tidak diangkat justru tidak lama setelah itu nomor Reno tidak aktif lagi.Dia menunduk, menatap ponselnya. Dia tidak memiliki pikiran buruk apapun dan berinisiatif untuk menunggu Reno di luar gerbang asrama tempat tinggalnya sekarang ini.Begitu dia keluar dari gerbang, dia melihat mobil Reno terparkir di ujung sana sedikit jauh dari jalan besar. Resta berjalan untuk menghampiri. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Ellena menghentikan langkahnya karena melihat Reno dan Salma sedang berdiri berhadap-hadapan di sana.Mereka terlihat akrab, pad
Pagi berikutnya, Ellena terkejut saat mendapati dirinya sedang berada di ranjang besar dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.“Dimana ini?” Dia segera duduk di ranjang itu dengan selimut menggulung tubuhnya. Beberapa saat lamanya gadis itu kebingungan, lalu terdengar suara air mengalir dari kamar mandi. Dia langsung teringat dengan semua yang terjadi tadi malam. Wajahnya menjadi pucat.Tiba-tiba, dia mendengar suara air di dalam kamar mandi berhenti. Pikirannya langsung ikut berhenti dan dia segera melompat dari ranjang, lalu dengan cepat mengambil pakaiannya yang tercecer di lantai serta langsung mengenakannya. Setelah itu dia berbalik badan dan perlahan pergi dari kamar itu.Ellena berjalan keluar dari hotel. Begitu dia keluar dari gerbang, dia langsung berlari ke arah jalan. Setelah lama berlari, dia kelelahan dan mencari tempat untuk beristirahat.Dia belok ke arah taman, bersandar dibawah pohon yang ada disana dan termenung. Dia mengingat semuanya dengan jelas sekarang.Dia mene
Ellena adalah calon istri Reno. Mereka sudah saling kenal selama sepuluh tahun. Tapi Reno lebih memilih untuk percaya pada Salma. Setelah selama sepuluh tahun, Ellena memberikan perasaan penuh kasih sayang.Apa ini cara Reno mempercayainya? Di mata Reno, ternyata dia hanyalah seorang wanita yang kejam. Saat melihatnya tadi, matanya penuh cemoohan dan rasa kecewa.“Reno, apa kamu lupa siapa pacarmu? Apa kamu lupa juga siapa wanita yang sedang kamu peluk itu?”Reno membeku selama beberapa saat. Dia melihat kesedihan di wajah Ellena. Alisnya menegang, ada rasa bersalah di matanya. Tapi dia masih memegang Salma dengan erat.“Maafkan aku. Salma mengandung anakku. Jadi aku harus bertanggung jawab padanya.”“Hah?” Ellena merasa seperti sedang mendengar lelucon. “Kamu harus bertanggung jawab pada Salma? Lalu bagaimana denganku? Apa kamu sudah… punya rencana lain untukku?”Reno menutup bibirnya, dia memandang Salma yang ketakutan di lengannya. Tubuh Salma tidak berhenti bergetar dan peganganny
“Tuan, apa maksudmu, penyakitmu sudah mulai membaik?” Tanya Leo.“Aku juga nggak tahu.” Hanzero terdiam beberapa saat dan menyerngitkan alisnya. “Dia, sepertinya tidak sama dengan wanita yang lain. Tubuhku sama sekali tidak menolaknya dan malah sangat suka saat dia mendekatiku.”Ini belum pernah terjadi sebelumnya!Setelah terdiam, Hanzero kembali berbicara dengan pelan. “Semalam aku tidur cukup tanpa mimpi buruk lagi.”Leo benar-benar terkejut lalu bertanya, “Bagaimana sebenarnya?”Hanzero menggosok alisnya. Suaranya sedikit serak, “Kalau aku tahu, aku nggak akan meneleponmu. Aku juga sedang memikirkannya, apa ini ada hubungannya dengan wanita itu?”Leo segera berkata dengan nada yang cukup serius. “Apa Anda ingin tahu, apa itu ada hubungannya dengan wanita itu? Caranya sangat gampang. Tuan Hanzero bisa mendekati wanita itu sekali lagi. Dengan begitu, Anda akan tahu yang sebenarnya dan apa yang sedang terjadi padamu.”Hanzero lagi-lagi hanya bisa terdiam, sampai Leo kembali berbicara
Kimmy melompat dari lantai seperti orang yang baru saja lolos dari kematian. “Baik Kak, aku akan keluar dari sini. Oke! Terima kasih ya?” Dia segera berbalik dan menyelinap pergi. Dalam sekejap mata sosok Kimmy sudah menghilang tanpa jejak.Leo hanya terdiam melihat semua itu. Kimmy benar-benar tidak bernyali, tapi bagaimana bisa dia berurusan dengan Tuan Hanzero tadi malam?Lalu tadi Kimmy mengatakan jika wanita yang tadi malam datang ke kamar Tuan Hanzero ternyata bukanlah wanita yang mereka siapkan untuknya, tapi orang lain? pikir Leo.Saat dia masih merenungkan pertanyaan ini, dia mendengar suara dingin dan dalam. “Pergi dan periksa segera, apa yang terjadi pada wanita yang muncul di kamarku tadi malam!”“Baik, Tuan Hanz!”---Di rumah sakit, akhirnya Kelvin terbangun. Ellena langsung meraih tangan adiknya. Melihat wajah adiknya yang pucat dia merasa sangat sedih. “Kelvin, apa yang kamu rasakan sekarang? Apa Kakak perlu memanggil dokter untuk memeriksamu lagi?” Tanyanya.“Tidak pe