"Memangnya kenapa semua pelayan ibu liburkan om?" setelah drama bocil berlalu, Zoya membuka pembicaraan lebih dulu menanyakan perihal kenapa semua pekerja di istana Atmadja diliburkan. Mengingat jika saat itu bukan hati besar, atau ada peringatan apapun sehingga semua harus libur. Sebelumnya Zoya berpikir masa bodoh, namun kejanggalan itu cukup menggelitik hati sehingga mendorong ia untuk bertanya.Kini keduanya sudah duduk lesehan di dalam warung tenda menunggu pesanan datang. Danu tetap pada pesanan pertama, bebek bakar madu. Sementara Zoya memilih nila bakar dan kawan-kawan sebagai menu makan malamnya."Om. Malah senyum-senyum sih, bukanya jawab juga," decak Zoya sebal melihat Danu yang enggan menjawab tapi justru tersenyum tidak jelas."Apa sayang…" mendengar panggilan manis itu keluar begitu ringan dari mulut Danu, Zoya memutar mata malas."Ish, kamu ini jadi istri gak ada manis-manisnya, dipanggil sayang bukannya senang malah begitu reaksi kamu." kini justru Danu lah yang balik m
"Om! Ma-mau apa?" Ziya tergagap begitu mereka memasuki kamar Danu langsung mendekapnya dari belakang."Aku hanya ingin meminta hakku, bukannya kamu sudah selesai?" belum sempat Zoya menjawab, tapi dia sudah merasakan tangan Danu meraba bagian bawah belakang tubuhnya."Kamu bahkan tidak menggunakan benda sialan itu lagi, bukan?" tubuh mungil yang tenggelam dalam dekapan Danu itu memegang, berulang kali Zoya menelan ludah susah payah."Ta-tapi..?""Kamu mau dosa, hm?"Sungguh Zoya sangat takut untuk melakukan kewajibannya yang satu itu, karena sehari setelah pernikahan Vina sahabat tak berakhlaknya itu menunjukkan sebuah video mesum pasangan yang tengah enak-enak, dan sialnya saat Zoya memberanikan diri untuk ikut melihat bertepatan si wanita di dalam video tengah menjerit serta merintih kesakitan. "Memangnya harus ya om?" Reflek Danu melepaskan diri."Maksudmu?" diputarnya tubuh Zoya agar menghadap dirinya."Kamu menyesal menikah denganku?" ditatapnya penuh selidik wajah menunduk istr
Sentuhan-sentuhan lembut Danu berikan agar istrinya bisa lebih rileks tidak terlalu kaku. Sesungguhnya semalam Danu sendiri bingung harus memulainya dari mana, karena melakukan kontak fisik dengan wanita ini baru kali pertama baginya. Namun entah mengapa pagi ini dia seolah mendapat wangsit, sehingga naluri sebagai pria sejati muncul begitu saja.Apakah karena mimpinya semalam?Sebenarnya saat Zoya bangun tidak lama Danu juga ikut terbangun. Pria itu terkejut begitu merasakan juniornya sudah menegang sempurna, dan yang membuat Danu heran ada desiran mendesak ingin segera tertuntaskan."Cih, akhirnya aku harus melakukan hal yang paling aku benci!" sembari mengguyur tubuhnya di bawah shower, Danu terus mengumpat saat tangannya bekerja menjinakkan junior.Tapi setelah beberapa saat berlalu, Zoya yang mengira Danu masih tidur berusaha membangunkannya. 'Haha ini sih namanya pucuk di cinta, dia pun tiba..' tanpa aba-aba Danu langsung menarik tangan Zoya.Kini sepertinya keinginan untuk mew
Nikmat hakiki tengah dirasakan pasangan pengantin baru yang tidak mau berhenti bercocok tanam. Danu dengan bangga menunjukkan kelebihan yang beberapa saat lalu ia maksudkan. Membuktikan jika keperkasaannya tidak kaleng-kaleng. Dan dengan dalih memberi diskon, pria dewasa itu berhasil membuat istri kecilnya menggerutu sepanjang hari."Stop om! Jangan lagi!" cegah Zoya ketika mendapati tatapan mesum suaminya."Ayolah sayang, sekali lagi ya..""Enggak!" tolaknya tegas.Zoya sungguh menyesali kebodohannya yang menantang minta lagi, ia mengira dengan penampilan udik suaminya itu tidak akan sanggup melakukannya lagi. Tapi ternyata? Justru dirinya sendirilah yang di buat kewalahan. "Mumpung masih diskon nih.." senyum menyebalkan disertai kedipan mata tidak lagi Zoya hiraukan, bahkan wanita yang bukan lagi gadis itu menepisnya dengan cepat."Bodo amat!" "Katanya mau nyenengin suami?" Zoya yang tengah menyisir rambut menatap tajam wajah menyebalkan suaminya dari pantulan cermin di depannya. S
"Yang kamu lihat apa!" "Aku tanya karena gak tau, tapi kok om nyolot sih.." bukannya cepat melahap apa yang Danu sodorkan, Zoya malah memundurkan kepalanya."Yang nyolot siapa?""Kalau gak nyolong matanya biasa aja dong!" "Astaga… memang mataku seperti ini, apa aku harus menyuapimu dengan mata tertutup?" desah Danu tidak habis pikir."Setidaknya jangan melotot. Membuat selera makanku hilang saja," gerutu Zoya."Ck. Kamu saja yang baperan. Udah! cepetan buka mulutmu." dengan terpaksa Zoya akhirnya mau membuka mulut, meski menu yang ia makan rasa dan bentuknya terasa asing di lidahnya."Enak?" spontan Zoya menggeleng namun dengan mulut tak berhenti mengunyah."Lalu?" tanya Danu lagi."Ini sebenarnya apa sih om, kok rasanya aneh banget. Seperti daging tapi kok nggak alot?" Zoya masih coba meresapi menu apa yang sebenarnya dia nikmati."Itu namanya medium steak, jenis olahan daging sapi yang aman kita konsumsi." "Pantas saja rasanya aneh.."Danu tidak lagi menanggapi celotehan istrinya,
Pernikahan memang hubungan yang paling intim dari semua ikatan. Menyatukan dua insan yang berbeda, untuk dijadikan mahram agar terhindar dari perbuatan zina dan dosa. Namun tak khayal banyak orang yang berpikir jika pernikahan adalah hal yang tabu untuk dilakukan, sampai akhirnya memilih hidup sendiri tanpa pasangan sampai di ujung pembaringan.Apakah menikah diharuskan, atau tetap sendiri adalah suatu keputusan?Menikah memang hal yang diharuskan dalam suatu agama, juga sebagai bentuk penyempurnaan ibadah. Namun jika individu memilih untuk tetap sendiri, bukankah itu juga keputusan yang harus dihargai oleh individu lain?Zoya terlihat lebih rileks, bahkan ia juga mulai perlahan mengikuti gerakan yang suaminya lakukan walaupun belum bisa mengimbanginya."Terima kasih sudah mau menerima segala keadaanku. Karena sejujurnya aku tidak pernah mempermasalahkan apa yang ada padamu." jujur Danu setelah menjauhkan wajahnya.Untuk sesaat Zoya terkesiap menatap keseriusan di wajah Danu yang berj
"Abaang…." dengan tertatih Zoya melangkah keluar saat teringat sesuatu."Hehe.. Kok kedengarannya aneh ya, manggil abang. Berasa mau beli bakso," celetuknya terkekeh geli mengingat panggilan yang ia sematnya untuk Danu."Ini juga kenapa masih ngilu sih buat jalan. Mana kolamnya masih jauh lagi." meski mulutnya tidak berhenti berceloteh, namun Zoya tetap berjalan sedikit mengangkang menuju halaman samping."Abaaangg!" teriaknya lagi tidak sabaran.Danu yang sudah bersiap menceburkan diri ke kolam seketika menghentikan aksinya, telinga tajamnya menganggap panggilan yang cukup membuat hatinya berbunga."Abang, tunggu dulu!" seru Zoya saat jaraknya sudah semakin dekat.Meski sebenarnya dalam hati Danu bersorak gilang, tapi pria itu tetap berusaha tenang seolah tidak mendengar apapun "Apa..""Om! Eh abang, baby cantik yang di gendong ayah mertua itu siapa?" merasa lelah Zoya memilih duduk di kursi panjang dekat kolam."Memangnya kenapa?" masih bersikap acuh."Aku seperti pernah melihat gela
Zoya bangkit mendekati Danu yang masih berdiri menatapnya."Aku akan membantu abang mencari Chika. Walaupun ini terdengar sedikit menggelikan sih. Memiliki adik ipar yang usianya lebih tua dua tahun dariku," kelakar Zoya yang coba mencairkan suasana."Dan mungkin dia juga akan terkejut saat tahu memiliki kakak ipar sepertimu,""Benar, karena cuma aku gadis bernyali baja yang berani meminta kakaknya menjadi kekasih di tempat umum," sambung Zoya penuh percaya diri."Aku akui keberaniamu nona..""Tidak ingin memberiku diskon?" goda Zoya seraya mengedipkan sebelah mata."Masih sanggup?" tantang Danu."Ck, bukan diskon yang itu." kini Zoya mulai mengetahui kelebihan lain suaminya, yaitu lebih peka. Apalagi jika berhubungan dengan hal yang berbau kemesuman."Lalu kamu ingin diskon yang seperti apa?""Ajari aku berenang ya," pinta Zoya mengedipkan mata baby eyes."Bukan perkara sulit, tapi dengan satu syarat.." senyum smirk Danu tunjukkan, saat tiba-tiba ide gila melintas di benaknya.Meliha