Pernikahan memang hubungan yang paling intim dari semua ikatan. Menyatukan dua insan yang berbeda, untuk dijadikan mahram agar terhindar dari perbuatan zina dan dosa. Namun tak khayal banyak orang yang berpikir jika pernikahan adalah hal yang tabu untuk dilakukan, sampai akhirnya memilih hidup sendiri tanpa pasangan sampai di ujung pembaringan.Apakah menikah diharuskan, atau tetap sendiri adalah suatu keputusan?Menikah memang hal yang diharuskan dalam suatu agama, juga sebagai bentuk penyempurnaan ibadah. Namun jika individu memilih untuk tetap sendiri, bukankah itu juga keputusan yang harus dihargai oleh individu lain?Zoya terlihat lebih rileks, bahkan ia juga mulai perlahan mengikuti gerakan yang suaminya lakukan walaupun belum bisa mengimbanginya."Terima kasih sudah mau menerima segala keadaanku. Karena sejujurnya aku tidak pernah mempermasalahkan apa yang ada padamu." jujur Danu setelah menjauhkan wajahnya.Untuk sesaat Zoya terkesiap menatap keseriusan di wajah Danu yang berj
"Abaang…." dengan tertatih Zoya melangkah keluar saat teringat sesuatu."Hehe.. Kok kedengarannya aneh ya, manggil abang. Berasa mau beli bakso," celetuknya terkekeh geli mengingat panggilan yang ia sematnya untuk Danu."Ini juga kenapa masih ngilu sih buat jalan. Mana kolamnya masih jauh lagi." meski mulutnya tidak berhenti berceloteh, namun Zoya tetap berjalan sedikit mengangkang menuju halaman samping."Abaaangg!" teriaknya lagi tidak sabaran.Danu yang sudah bersiap menceburkan diri ke kolam seketika menghentikan aksinya, telinga tajamnya menganggap panggilan yang cukup membuat hatinya berbunga."Abang, tunggu dulu!" seru Zoya saat jaraknya sudah semakin dekat.Meski sebenarnya dalam hati Danu bersorak gilang, tapi pria itu tetap berusaha tenang seolah tidak mendengar apapun "Apa..""Om! Eh abang, baby cantik yang di gendong ayah mertua itu siapa?" merasa lelah Zoya memilih duduk di kursi panjang dekat kolam."Memangnya kenapa?" masih bersikap acuh."Aku seperti pernah melihat gela
Zoya bangkit mendekati Danu yang masih berdiri menatapnya."Aku akan membantu abang mencari Chika. Walaupun ini terdengar sedikit menggelikan sih. Memiliki adik ipar yang usianya lebih tua dua tahun dariku," kelakar Zoya yang coba mencairkan suasana."Dan mungkin dia juga akan terkejut saat tahu memiliki kakak ipar sepertimu,""Benar, karena cuma aku gadis bernyali baja yang berani meminta kakaknya menjadi kekasih di tempat umum," sambung Zoya penuh percaya diri."Aku akui keberaniamu nona..""Tidak ingin memberiku diskon?" goda Zoya seraya mengedipkan sebelah mata."Masih sanggup?" tantang Danu."Ck, bukan diskon yang itu." kini Zoya mulai mengetahui kelebihan lain suaminya, yaitu lebih peka. Apalagi jika berhubungan dengan hal yang berbau kemesuman."Lalu kamu ingin diskon yang seperti apa?""Ajari aku berenang ya," pinta Zoya mengedipkan mata baby eyes."Bukan perkara sulit, tapi dengan satu syarat.." senyum smirk Danu tunjukkan, saat tiba-tiba ide gila melintas di benaknya.Meliha
Zoya terperangah saat tahu ternyata suaminya itu mengajaknya makan di sebuah restoran mewah. Namun ada sesuatu yang membuat gadis itu bingung, tidak ada pengunjung lain selain mereka berdua, dan kenapa banyak sekali lilin di tempat seterang itu. Pikirnya heran.Rupanya bukan hanya Zoya yang terkejut, Danu pun tak kalah terkejutnya mengetahui tempat yang Tony rekomendasikan tidak sesuai keinginan."Silahkan tuan.." keduanya yang masih mematung di pintu tersentak saat seorang pelayan menghampiri."Yakin mau makan di tempat ini?" Zoya mendongak meminta persetujuan Danu yang masih menatap lurus kedepan."Terserah kamu saja..""Tempat yang aneh. Tapi aku sudah sangat lapar bang, kalau mau cari tempat lain." keluh Zoya seraya memegang perutnya yang sudah keroncongan."Ya sudah," jawab Danu acuh seraya masuk lebih dulu.Jika pada umumnya setiap pasangan yang baru memulai hubungan akan mencari tempat romantis sebagai privasi mereka untuk merayakan ataupun mengutarakan isi hati. Namun berbeda d
Suara hentakan kaki berbalut pantofel mengiringi langkah tegap seorang pria memasuki lobby perusahaan Atmadja group, sebuah perusahaan di bidang industri yang sudah berkembang dan memiliki beberapa anak cadang di berbagai daerah. Namun walaupun demikian tidak banyak yang tahu pasti siapa pemimpin sebenarnya perusahaan besar itu setelah lengserkan sang presdir terdahulu, Bimo Atmadja atas kejadian naas dua puluh dua tahun silam.Berita kecelakaan petinggi perusahaan yang sedang berada di puncak kejayaan kala itu berhasil menggegerkan publik, juga jagat maya. Sehingga spekulasi persaingan bisnis disebut-sebut menjadi penyebab kecelakaan yang dipenuhi kejanggalan. Akan tetapi sampai waktu bergulir tidak ada kejelasan akan kasus itu, dan bagaimana pengusutan atas kejadiaan naas yang menewaskan pengusaha muda Bimo Atmadja tidak pernah diketahui pasti hingga saat ini. Karena dari pihak keluarga melalui juru bicara hanya menegaskan keluarga masih syok, tidak bisa memberi keterangan apapun. Sa
"Zo.." seru Danu seraya masuk kedalam rumah."Iya om," Zoya yang tengah duduk di ruang santai bersama Lisa langsung menoleh ke asal suara."Sayang.. Tumben pulang cepat," sahut Lisa mendapati putranya berjalan sedikit tergesa."Loh! ibu kapan pulang?" Danu pura-pura terkejut padahal dia sudah mengetahui rencana Lisa beserta rombongan akan kembali hari itu, dan keadaan rumah akan kembali normal seperti sedia kala. "Iya sayang.. Ibu baru saja sampai," jawab Lisa seraya menahan senyum. Batinnya terkekeh geli ternyata putranya kini pandai bersandiwara, "Apa kalian mau pergi?" lanjut Lisa setelah menyadari ternyata sang menantu juga sudah rapi."Iya bu, Zo sama om Danu mau berkunjung ke panti.." "Sayang kalian ini sudah menikah loh, gunakan panggilan yang baik ya nak, kamu juga sayang. Jangan panggil nama ke istrimu, kesannya tidak enak didengar." Zoya tersenyum seraya mengangguk menanggapi ucapan ibu mertuanya, sementara Danu hanya diam tanpa ekspresi apapun."Ya sudah kalau mau pergi, h
Bu Siti tersenyum mendapati siapa tamu yang sudah menunggunya, "Sudah lama menunggu?" ujarnya disertai senyum ramah."Belum bu," jawab Zoya yang langsung bangun dan memeluk ibu Siti."Kamu terlihat lebih berisi sekarang Zo," ucap ibu Siti setelah melepas pelukan mereka."Itu karena sekarang Zo tidak punya kesibukan lain, selain makan dan tidur bu." sontak saja keduanya terkekeh menanggapi ucapan Zoya."Ayo uduk Zo," ucap ibu Siti membawa Zoya untuk duduk kembali."Bagaimana kabarnya nak Danu?" bu Siti beralih pada Danu yang juga tersenyum ke arahnya."Alhamdulillah sehat bu, bagaimna ibu sendiri..""Seperti yang nak Danu lihat, ibu masih terlihat sehat," jawab ibu Siti masih menampilkan tersenyum terbaiknya, sehingga kerutan-kerutan di wajah yang mulai menua itu terlihat jelas.Danu juga ikut tersenyum hangat, walaupun dia bisa melihat lewat mata lelah ibu Siti ada banyak beban yang coba wanita paruh baya itu tutupi."Maaf pak, ini barang-barangnya di letakkan dimana?" ketiganya sonta
"Terima kasih.." Danu tiba-tiba memeluk Zoya yang baru saja keluar dari mobil. "Heh! Abang kenapa?" Zoya yang terkejut hanya bisa pasrah saat tubuhnya tenggelam dalam rengkuhan Danu."Terima kasih.." Danu masih mengucap kalimat yang sama hingga berulang kali dengan suara yang tidak begitu jelas di telinga Zoya."Abang ini kenapa sih, sakit?""Jangan bergerak, biarkan seperti ini dulu sebentar saja.." Danu semakin mengeratkan dekapannya saat merasa Zoya ingin melepaskan diri, semakin mendekap erat dan meletakkan dagu di atas kepala Zoya."Baiklah.." Akhirnya Zoya ikut melingkarkan tangan dipinggang Danu memberi waktu suaminya menikmati aroma sampo yang masih menguar dari rambutnya.'Padahal kita pakai sampo yang sama.' batin Zoya."Kalau saja abang bisa menemukannya lebih cepat, mungkin dia tidak akan mengalami semua penderitaan itu seorang diri," lirih Danu yang nyaris seperti bisikan.'Oo jadi itu alasannya, bukan karena dia suka dengan rambutku.' Batin Zoya tertawa malu dalam hati.