"Bagaimana kalau kita makan di warung tegal om, atau di tenda pinggir jalan saja. Rasanya juga gak kalah nendang dari restoran yang waktu itu kita datangi." ucap Zoya menggebu."Boleh," sahut Danu.Kini keduanya sudah berada di dalam mobil Danu yang melaju membelah jalanan ibukota, keadaan jalan yang cukup lenggang membuat Danu bisa sedikit menambah kecepatan agar mereka lebih cepat tiba di tempat yang Zoya inginkan. Meskipun Danu terlahir dari keluarga serba berkecukupan, namun dia bukan orang pemilih yang harus selalu berada di tempat-tempat elit. Untuk itu mendengar tempat yang direkomendasikan istrinya tanpa berpikir panjang Danu langsung mengiyakan. Karena sebenarnya dia sering melakukan itu dengan Tony.Danu tersenyum mengingat saat dirinya pergi bersama Tony untuk makan di tempat yang hendak dia kunjungi bersama Zoya malam itu. Banyak orang yang beranggapan terbalik tentang dirinya dengan Tony. Penampilan Danu yang nyentrik terkesan jadul, tak jarang banyak orang menganggap ji
"Memangnya kenapa semua pelayan ibu liburkan om?" setelah drama bocil berlalu, Zoya membuka pembicaraan lebih dulu menanyakan perihal kenapa semua pekerja di istana Atmadja diliburkan. Mengingat jika saat itu bukan hati besar, atau ada peringatan apapun sehingga semua harus libur. Sebelumnya Zoya berpikir masa bodoh, namun kejanggalan itu cukup menggelitik hati sehingga mendorong ia untuk bertanya.Kini keduanya sudah duduk lesehan di dalam warung tenda menunggu pesanan datang. Danu tetap pada pesanan pertama, bebek bakar madu. Sementara Zoya memilih nila bakar dan kawan-kawan sebagai menu makan malamnya."Om. Malah senyum-senyum sih, bukanya jawab juga," decak Zoya sebal melihat Danu yang enggan menjawab tapi justru tersenyum tidak jelas."Apa sayang…" mendengar panggilan manis itu keluar begitu ringan dari mulut Danu, Zoya memutar mata malas."Ish, kamu ini jadi istri gak ada manis-manisnya, dipanggil sayang bukannya senang malah begitu reaksi kamu." kini justru Danu lah yang balik m
"Om! Ma-mau apa?" Ziya tergagap begitu mereka memasuki kamar Danu langsung mendekapnya dari belakang."Aku hanya ingin meminta hakku, bukannya kamu sudah selesai?" belum sempat Zoya menjawab, tapi dia sudah merasakan tangan Danu meraba bagian bawah belakang tubuhnya."Kamu bahkan tidak menggunakan benda sialan itu lagi, bukan?" tubuh mungil yang tenggelam dalam dekapan Danu itu memegang, berulang kali Zoya menelan ludah susah payah."Ta-tapi..?""Kamu mau dosa, hm?"Sungguh Zoya sangat takut untuk melakukan kewajibannya yang satu itu, karena sehari setelah pernikahan Vina sahabat tak berakhlaknya itu menunjukkan sebuah video mesum pasangan yang tengah enak-enak, dan sialnya saat Zoya memberanikan diri untuk ikut melihat bertepatan si wanita di dalam video tengah menjerit serta merintih kesakitan. "Memangnya harus ya om?" Reflek Danu melepaskan diri."Maksudmu?" diputarnya tubuh Zoya agar menghadap dirinya."Kamu menyesal menikah denganku?" ditatapnya penuh selidik wajah menunduk istr
Sentuhan-sentuhan lembut Danu berikan agar istrinya bisa lebih rileks tidak terlalu kaku. Sesungguhnya semalam Danu sendiri bingung harus memulainya dari mana, karena melakukan kontak fisik dengan wanita ini baru kali pertama baginya. Namun entah mengapa pagi ini dia seolah mendapat wangsit, sehingga naluri sebagai pria sejati muncul begitu saja.Apakah karena mimpinya semalam?Sebenarnya saat Zoya bangun tidak lama Danu juga ikut terbangun. Pria itu terkejut begitu merasakan juniornya sudah menegang sempurna, dan yang membuat Danu heran ada desiran mendesak ingin segera tertuntaskan."Cih, akhirnya aku harus melakukan hal yang paling aku benci!" sembari mengguyur tubuhnya di bawah shower, Danu terus mengumpat saat tangannya bekerja menjinakkan junior.Tapi setelah beberapa saat berlalu, Zoya yang mengira Danu masih tidur berusaha membangunkannya. 'Haha ini sih namanya pucuk di cinta, dia pun tiba..' tanpa aba-aba Danu langsung menarik tangan Zoya.Kini sepertinya keinginan untuk mew
Nikmat hakiki tengah dirasakan pasangan pengantin baru yang tidak mau berhenti bercocok tanam. Danu dengan bangga menunjukkan kelebihan yang beberapa saat lalu ia maksudkan. Membuktikan jika keperkasaannya tidak kaleng-kaleng. Dan dengan dalih memberi diskon, pria dewasa itu berhasil membuat istri kecilnya menggerutu sepanjang hari."Stop om! Jangan lagi!" cegah Zoya ketika mendapati tatapan mesum suaminya."Ayolah sayang, sekali lagi ya..""Enggak!" tolaknya tegas.Zoya sungguh menyesali kebodohannya yang menantang minta lagi, ia mengira dengan penampilan udik suaminya itu tidak akan sanggup melakukannya lagi. Tapi ternyata? Justru dirinya sendirilah yang di buat kewalahan. "Mumpung masih diskon nih.." senyum menyebalkan disertai kedipan mata tidak lagi Zoya hiraukan, bahkan wanita yang bukan lagi gadis itu menepisnya dengan cepat."Bodo amat!" "Katanya mau nyenengin suami?" Zoya yang tengah menyisir rambut menatap tajam wajah menyebalkan suaminya dari pantulan cermin di depannya. S
"Yang kamu lihat apa!" "Aku tanya karena gak tau, tapi kok om nyolot sih.." bukannya cepat melahap apa yang Danu sodorkan, Zoya malah memundurkan kepalanya."Yang nyolot siapa?""Kalau gak nyolong matanya biasa aja dong!" "Astaga… memang mataku seperti ini, apa aku harus menyuapimu dengan mata tertutup?" desah Danu tidak habis pikir."Setidaknya jangan melotot. Membuat selera makanku hilang saja," gerutu Zoya."Ck. Kamu saja yang baperan. Udah! cepetan buka mulutmu." dengan terpaksa Zoya akhirnya mau membuka mulut, meski menu yang ia makan rasa dan bentuknya terasa asing di lidahnya."Enak?" spontan Zoya menggeleng namun dengan mulut tak berhenti mengunyah."Lalu?" tanya Danu lagi."Ini sebenarnya apa sih om, kok rasanya aneh banget. Seperti daging tapi kok nggak alot?" Zoya masih coba meresapi menu apa yang sebenarnya dia nikmati."Itu namanya medium steak, jenis olahan daging sapi yang aman kita konsumsi." "Pantas saja rasanya aneh.."Danu tidak lagi menanggapi celotehan istrinya,
Pernikahan memang hubungan yang paling intim dari semua ikatan. Menyatukan dua insan yang berbeda, untuk dijadikan mahram agar terhindar dari perbuatan zina dan dosa. Namun tak khayal banyak orang yang berpikir jika pernikahan adalah hal yang tabu untuk dilakukan, sampai akhirnya memilih hidup sendiri tanpa pasangan sampai di ujung pembaringan.Apakah menikah diharuskan, atau tetap sendiri adalah suatu keputusan?Menikah memang hal yang diharuskan dalam suatu agama, juga sebagai bentuk penyempurnaan ibadah. Namun jika individu memilih untuk tetap sendiri, bukankah itu juga keputusan yang harus dihargai oleh individu lain?Zoya terlihat lebih rileks, bahkan ia juga mulai perlahan mengikuti gerakan yang suaminya lakukan walaupun belum bisa mengimbanginya."Terima kasih sudah mau menerima segala keadaanku. Karena sejujurnya aku tidak pernah mempermasalahkan apa yang ada padamu." jujur Danu setelah menjauhkan wajahnya.Untuk sesaat Zoya terkesiap menatap keseriusan di wajah Danu yang berj
"Abaang…." dengan tertatih Zoya melangkah keluar saat teringat sesuatu."Hehe.. Kok kedengarannya aneh ya, manggil abang. Berasa mau beli bakso," celetuknya terkekeh geli mengingat panggilan yang ia sematnya untuk Danu."Ini juga kenapa masih ngilu sih buat jalan. Mana kolamnya masih jauh lagi." meski mulutnya tidak berhenti berceloteh, namun Zoya tetap berjalan sedikit mengangkang menuju halaman samping."Abaaangg!" teriaknya lagi tidak sabaran.Danu yang sudah bersiap menceburkan diri ke kolam seketika menghentikan aksinya, telinga tajamnya menganggap panggilan yang cukup membuat hatinya berbunga."Abang, tunggu dulu!" seru Zoya saat jaraknya sudah semakin dekat.Meski sebenarnya dalam hati Danu bersorak gilang, tapi pria itu tetap berusaha tenang seolah tidak mendengar apapun "Apa..""Om! Eh abang, baby cantik yang di gendong ayah mertua itu siapa?" merasa lelah Zoya memilih duduk di kursi panjang dekat kolam."Memangnya kenapa?" masih bersikap acuh."Aku seperti pernah melihat gela
Ada banyak pertanyaan di benak Lisa setelah mendengar cerita kedua putrinya kemarin, terselip juga harapan jika sosok tak bertanggung jawab yang sempat ia dengar itu, bukanlah orang yang sama dengan yang pernah menghancurkan kebahagiaannya dulu."Ibu disini rupanya?" Mendengar suara bariton Danu, Lisa yang sebelumnya melamun terhenyak dan segera menoleh ke belakang."Iya nak, ada apa?" "Ibu melamun? Apa ada sesuatu yang mengusik pikiran ibu, hm?" Tanya Danu setelah mendekat, dan mengambil alih selang yang masih teraliri air dari tangan ibunya."Tidak, ibu baik-baik saja. Apalagi yang ibu inginkan, jika Allah saja sudah mengebalikan putri ibu, bahkan sekarang ibu punya tiga putri sekaligus," ujar Lisa yang selalu berhasil menutupi kegundahan hatinya di hadapan Danu ataupun yang lain."Tapi kenapa ibu menyiram hanya satu tanaman, sampai airnya menggenang seperti ini," jelas Danu."Oh astaga! Ibu matikan dulu krannya." Melihat sang ibu buru-buru mematikan kran, Danu hanya menggeleng sama
"Kamu kenapa, bosan?" Walaupun tatapannya fokus ke layar laptop, tapi Danu tahu jika istrinya tidak sesemangat tadi ketika berangkat."Kemarin sebelum Abang berpenampilan seperti ini, bagaimana sikap wanita tadi?" "Ayu, maksudmu?""Ish menyebalkan, kenapa kembali menyebutnya Ayu!""Ya.. Karena memang itu namanya, lalu Abang harus memanggilnya apa? Sekretarisku, begitu?" Meski heran dengan sikap aneh Zoya, namun Danu tetap berusaha menyikapi dengan tenang. Zoya hanya diam tidak lagi menanggapi penjelasan suaminya, ia juga tidak paham kenapa hari itu begitu sensitif. Ada apa sebenarnya dengannya, apa mungkin akan kedatangan tamu bulanan yang membuatnya uring-uringan tidak jelas? Zoya simpan sendiri pertanyaan itu dalam hati, sebab apa yang dirasakan hari itu pertama kali ia rasakan.Bersikap acuh dan mengabaikannya mungkin lebih baik, pikirnya."Abang pikir dengan mengajakmu ke kantor akan lebih baik." Danu akhirnya bangkit dan duduk disamping Zoya."Abang kenapa melarangku ikut ke
"Pagi Pak.. Selamat datang Ibu."Zoya tersenyum canggung begitu hendak memasuki ruangan, mereka disambut sapaan lembut seorang wanita cantik."Terima kasih nyonya," balas Zoya tak kalah rama yang justru disertai anggukan kepala, dan itu sukses menarik perhatian Danu."Kenapa memanggilnya nyonya," tegas Danu melirik wanita yang berdiri kaku di balik meja."Haiiss tidak apa-apa.. Abang lihat! Nyonya ini cantik sekali, pakaiannya juga sangat rapi. Jelas dia bukan wanita sembarangan," bisik Zoya di ujung kalimat seraya terus menatap kagum sosok di depannya. Tanpa ia sadari jika tindakannya itu sukses membuat Danu menghela nafas dalam.'Mau heran, tapi ini istriku.' Batin Danu.'Cantik sekali nyonya ini, sesama perempuan saja aku kagum melihat kecantikannya. Apalagi para pria?' Batin Zoya yang masih menikmati keindahan di depannya, sehingga membuat objek merasa tidak nyaman karena mendapat tatapan kagum dari wanita yang jelas-jelas dia tahu apa statusnya."Ma-maaf Ibu Zoya, anda tidak perlu
"Jadi yang menemukan Melly ibu Mala, Zo?""Iya Vin," jawab Zoya lirih begitu nama wanita yang paling ia rindukan kembali disebut."Bukannya Mala mendiang ibumu sayang?" Lisa menyela ketika teringat nama itu tertulis di akta kelahiran Zoya yang dia baca sebelum hari pernikahan putranya dengan gadis itu."Iya bu," jawab Zoya memaksakan diri untuk tersenyum."Ya Allah, ibu berhutang jasa padanya. Beliau orang baik, semoga surga tempatnya.""Amin," ucap mereka serentak.Zoya kembali tersenyum menyadari tangan Danu merangkul pinggangnya dan menarik pelan sehingga tubuh mereka merapat sempurna. "Terima kasih," lirih Zoya walaupun jika ditanya untuk apa, dia sendiri pun tidak tahu. Hanya saja tidak tahu kenapa mulutnya ingin sekali mengucapkan kalimat itu."Abang yang seharusnya berterima kasih padamu juga ibu mertua sayang," bisik Danu tanpa canggung dan malu sedikitpun langsung menempelkan bibir keduanya."Abang ih, malu tau!" Zoya mendengus seraya mendorong pelan dada Danu agar menjauh.
"Kalian dari mana?" tanya Danu yang baru duduk di sofa kembali bangkit begitu melihat Zoya datang diikuti Vina di belakangnya."Dari kolam bang," jawab Zoya begitu sudah berdiri di hadapan Danu."Terima kasih, karena kamu abang bisa berkumpul lagi dengan Chika." sepertinya kali ini Zoya sudah mulai terbiasa saat Danu tiba-tiba memeluknya, hanya saja dia merasa canggung karena disana masih ada Lisa dan yang lain."I-iya bang.""Mel selamat ya, akhirnya kamu bisa bertemu ibu kandungmu." Vina memilih mendekati Melly dan duduk disampingnya."Makasih ya Vin, ini juga berkat kalian berdua." Tepat seperti yang Zoya katakan, Melly pun melakukan hal yang sama dengan Vina, dia langsung memeluk haru Vina yang awalnya enggan melakukannya lebih dulu."Terima kasih.."Hanya kalimat itu yang bisa Melly ucapkan dibalik punggung Vin, ia merasa kebahagiaan yang tengah dirasa saat itu begitu luar biasa sampai rasanya tidak cukup hanya dengan untaian kalimat."Sama-sama Mel," lirih Vina.Sebagai seorang
Mereka langsung berlari tergopoh menuju dapur, khawatir sesuatu terjadi dengan kedua wanita yang sebelumnya masuk ke tempat itu lebih dulu."Ada apa bu!" seru Danu terengah, namun seketika langkahnya membeku begitu melihat Lisa dan Melly tengah bersimpuh di atas lantai dengan tubuh saling berpelukan."Bu.." panggil Danu setelah dirinya berdiri cukup lama."Dia memang adikmu nak," ucap Lisa di sela tangisnya."Dia memang Chika," sambung Lisa semakin mengeratkan dekapannya pada Melly yang juga ikut terisak. Danu, Zoya juga Vina yang berdiri kaku akhirnya bisa bernafas lega. Melihat Danu mendekati keduanya, Zoya memilih pergi membiarkan keluarga itu meluapkan kerinduan mereka.***"Aku ikut bahagia untuk kebahagiaan Melly, tapi sekarang aku bingung harus memanggil dia apa?" Zoya menoleh dan tersenyum begitu melihat Vina ternyata menyusulnya."Mungkin aku akan tetap memanggilnya Mel-Mel, lidahku sudah terbiasa begitu." "Heem, mungkin aku pun sama.""Gak nyangka ya ternyata sahabat k
Danu langsung merengkuh tubuh bergetar Melly, tanpa mengucap sepatah katapun sebelumnya. Karena rasanya bibir pria itu kaku, dan semua yang ingin diucapkan tertahan di tenggorokan."Ini sungguh nyata? Aku bisa bertemu keluargaku," gumam Melly."Iya sayang, ini abangmu yang sudah seperti orang gila karena gagal menemukanmu sampai selama ini. Maafkan abang." ada rasa yang sulit Danu jelaskan, rasa bahagia juga sesal yang membaur menjadi satu."Hiks hiks…." Melly tidak lagi bisa berkata-kata, ia hanya semakin terisak begitu mengingat ternyata keluarga yang ia cari selama ini telah hidup bersamanya selama beberapa bulan terakhir."Zo.. Ini sungguhan?" rupanya tidak hanya Melly yang terkejut, Vina juga sampai melongo mengetahui kebenarannya yang baru saja di ketahui."Iya Vin, Melly atau Chika memang orang yang sama," jelas Zoya ikut terharu melihat momen mengharukan di depannya."Syukurlah.. Aku ikut bahagia untuk ini," lirih Vina. Sebagai seorang sahabat yang sama-sama dibesarkan tan
"Kenapa aku lihatnya beda," lirih Vina"Akupun merasakan hal yang sama," sahut Melly."Abang," gumam Zoya tidak dapat menutupi keterkejutannya melihat sosok yang kini sudah berdiri tegak di hadapannya dengan kedua tangan berada di dalam saku celana."Abang." ulangnya lagi ingin memastikan jika pria yang tersenyum sejuta watt padanya itu benar-benar suaminya."Maaf membuat kalian lama menunggu." Danu dengan penuh percaya diri berdiri di hadapan ketiga gadis yang masih menatap heran dirinya."Beneran itu om Danu, Mel?" Vina kembali berbisik pada Melly yang juga ikut tertegun melihat perubahan pria yang selalu mereka tertawakan karena penampilannya yang cupu dan terkesan jadul. Tapi kini sudah bertransformasi layaknya aktor bollywood, tampan, gagah, dan berkharisma. Kemana perginya penampilan cupu yang selama ini selalu identik dengan pria itu? Bahkan rambut klimis yang dulu Zoya yakini bisa menjatuhkan seekor lalat pun sirna entah kemana. Sebab yang kini mereka lihat rambut undercut deng
Ketiganya sudah siap dengan outfit masing-masing, dengan gaya sederhana mereka, ketiga gadis itu masih tetap menawan tak terkecuali Zoya. Menjadi istri dari pengusaha muda yang terbilang sukses dan sedang berada dipuncak kejayaan tak lantas membuat dirinya ingin merubah penampilan menjadi lebih glamor. Zoya tetap seperti gadis beberapa bulan yang lalu ketika ia masih menjadi buruh cuci dengan kedua sahabatnya, sederhana dan apa adanya. "Zo, sebenarnya ada apa sih? Sepertinya serius sekali, dan lagi semalam om Danu bener-bener aneh. Apa jangan-jangan dia nggak suka aku ikut tinggal di rumahnya ya?" terlihat jelas kekhawatiran di wajah Melly yang duduk bersisian dengan Zoya di kursi belakang. Kini ketiganya sudah berada di dalam taksi menuju kafe, sebenarnya Danu sudah menyiapkan mobil dan juga supir pribadi. Tapi Zoya bersikeras ingin naik taksi, karena merindukan masa-masa kebersamaan mereka seperti dulu."Iya Zo, aku juga merasakan hal yang sama dengan Mel-mel." Vina yang duduk d