Share

Tiga Barang Bukti

Laki-laki itu memandang Audry. Netranya menyorot begitu lekat, seakan ingin mengukur kedalaman mata perempuan itu.

“Pak, hanya Bapak yang bisa membantu saya. Bapak adalah harapan terakhir saya.” Audry memohon sekali lagi dengan mata berkaca-kaca.

Namun rupanya air mata Audry tidak menggoyahkan hati laki-laki itu. Dia sama sekali tidak merasa tergugah.

“Sebelumnya tolong maafkan saya, Bu Audry, saya memang pengacara, namun saya juga harus memegang teguh kode etik profesi saya. Saya tidak mungkin membela orang yang jelas-jelas bersalah.”

Apa yang baru saja didengarnya membuat kekecewaan Audry menjadi berlipat-lipat. Harapannya kandas detik itu juga.

“Saya setuju dengan pendapat Bapak, tapi Bapak belum mencoba untuk membela saya, Bapak belum melakukan apa-apa, jadi bagaimana mungkin Bapak langsung memvonis saya dengan mutlak?”

”Saya mengerti perasaan Ibu, saya ikut prihatin. Tapi, Bu, tanpa bermaksud menyinggung saya ingin mengatakan, saya adalah praktisi hukum sementara Ibu adalah orang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status