Daun maple yang berguguran dan berserakan di halaman rumah mengingatkan Tania pada masa kecilnya sekitar dua puluh tahun yang lalu. Sudah dua dekade lamanya, siapa sangka ia akan menemukan hal yang sama begitu menginjakkan kaki di Montreal, salah satu kota di Canada yang terletak di provinsi Québec.Tania, Rogen serta Claudia baru saja tiba di sana setelah penerbangan panjang yang melelahkan. Awalnya, Mark, sepupu Tania atau anak Gyara yang merupakan adik perempuan Dypta yang menjemput ke bandara, tapi hingga lebih satu jam mereka menunggu lelaki itu tidak kunjung datang sehingga akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk menggunakan taksi. Alhasil mereka kebingungan karena tidak bisa berbahasa Prancis. Sebagai bekas wilayah jajahan Prancis, tujuh koma dua juta jiwa warga Canada menggunakan bahasa tersebut. Bahkan di Provinsi Québec bahasa Prancis merupakan bahasa ibu.Seorang perempuan tujuh puluhan membukakan pintu untuk mereka. Dia adalah Gista, orang tua perempuan Dypta. Senyum mer
“Gatra ...” Tania bergumam lirih sambil mengelus pipi Gatra. Tangannya merasakan langsung kulit wajah pria itu. Dan ini adalah nyata. Tadinya Tania takut kalau semua hanya mimpi belaka.Gatra tersenyum lagi. Diambilnya tangan Tania yang menempel di pipinya lantas mengecupnya lembut.“Ini bukan mimpi, Ta. Ini nyata. Aku ada di sini.”“Tapi gimana bisa?” tanya Tania tidak mengerti. Bukankah Gatra akan menikah?“Cinta yang membuatku ada di sini,” ucap Gatra puitis sementara tatapannya yang mesra masih bertahan di wajah Tania.Tania terharu mendengarnya. Tapi apa maksudnya ini semua? Apa-apaan Gatra bahas cinta?Tania lalu duduk dan menyandarkan punggungnya ke headboard sementara tangannya berada dalam genggaman Gatra.“Ceritain semuanya, please!” pinta Tania memohon. Sebelum angannya melambung tinggi ia harus tahu apa sebenarnya yang terjadi. Tania tidak ingin kecewa pada akhirnya.“Aku batal menikah dengan Kiera,” uc
Malam semakin menua tapi kebersamaan mereka belum akan berakhir. Setelah putaran terakhir ferris wheel, mereka pun turun.“Dek, Kak Tata nggak pulang ke rumah ya,” kata Gatra pada Rogen.“Mau ke mana, Bang?”“Ikut Abang menginap di hotel.”Rogen garuk-garuk kepala. Bingung tapi juga tidak enak untuk menolak. Masalahnya Tania dan Gatra sudah bercerai.“Tenang aja, Dek, Kak Tata aman kok. Nggak bakal Abang apa-apain,” kata Gatra menjanjikan seakan tahu apa yang sedang dipikirkan Rogen saat ini.“Hehe ...” Rogen tertawa salah tingkah. “Kalo mau diapa-apain juga nggak apa-apa kok, asal tanggung jawab. Eh!”Gatra tertawa. Adik iparnya memang absurd.“Clau, tolong sampaikan ke Oma dan Opa ya, Tata sama aku. Kalian nggak usah khawatir. Tata nggak bakal aku macem-macemin.” Gatra menjanjikan hal yang sama pada Claudia.“Siap, Gat,” jawab gadis itu sambil tersenyum penuh arti pada Tania.Tania juga melengkungkan bibir. Ia tidak tahu rencana Gatra. Tadi sewaktu di dalam gondola Gatra tidak meng
“Gat, kamu kenapa?” tegur Tania melihat raut tegang Gatra.Gatra mengulas senyum sambil menggaruk tengkuknya. “Udah mau tidur?” tanyanya.“Jadi mau apa lagi?” balas Tania.“Nggak mau makan dulu?”Tania mengerutkan dahi sambil menatap Gatra dengan serius. “Tadi kita kan udah makan. Memangnya kamu masih lapar?”“Bukan lapar yang itu sih, tapi lapar yang lain.”“Lapar yang lain?” Tania semakin tidak paham apa yang Gatra maksudkan. Otaknya berpikir keras, mencoba menganalisa.Gatra tertawa melihat reaksi sang mantan istri. ‘Pura-pura polos aja terus, Ta. Hmmm …'“Ya udah, kalo udah ngantuk langsung tidur aja yuk.” Gatra merengkuh Tania agar berbaring bersamanya.Tania menurut. Ia merebahkan badannya di sebelah Gatra. Selama hitungan menit keduanya larut dalam renungan masing-masing.Dengan Tania berada di dekatnya membuat Gatra semakin lemah. Ia khawatir tidak akan bisa menahan diri. Ia takut akan melanggar tekad yang dibangunnya di dalam hati. Sementara keberadaan Tania hampir saja merun
“Ladies and gentlemen, as we start our descent, please make sure your seat backs and tray tables are in their full upright position. Also, make sure your seat belt is securely fastened and all carry-on luggage is stowed underneath the seat in front of you or in the overhead bins. Thank on behalf of the airlines and the entire crew, I’d like to thank you for joining us on this trip. We are looking forward to seeing you on board again in the near future. Thank you and have a nice day!”Gatra mengembuskan napas panjang begitu mendengar pengumuman bahwa pesawat yang membawanya sesaat lagi akan mendarat. Itu artinya ia sudah tiba di Indonesia. Entah mengapa ia merasa berat untuk turun. Namun ia harus melakukannya begitu pesawat mendarat dengan sempurna.Tidak ada sore itu yang menjemput Gatra di bandara. Ia pulang sendiri ke rumahnya dengan menggunakan taksi.Dan begitu tiba di kediamannya Gatra menemukan Lena yang menyambutnya dengan deraian air mata.“Ma …” Gatra memeluk perempuan itu.“
Setiap tengah malam di beberapa hari terakhir sisa liburannya di Canada Tania selalu menelepon Gatra. Termasuk malam ini. Namun sayangnya Gatra tidak menjawab telepon darinya. Tania lantas melihat ke arah jam dinding. Saat ini waktu menunjukkan pukul satu malam. Itu artinya di Indonesia sudah jam dua belas siang.‘Apa Gatra belum bangun ya? Atau lagi kerja?’ pikir Tania di dalam hati.Lantaran telepon darinya tidak kunjung mendapat jawaban pada akhirnya Tania mengirim pesan untuk Gatra.“Gat, kangen nih. Sibuk ya? Kamu lagi banyak pasien ya?” Tania menunggu sampai pesannya terkirim. Hingga beberapa menit kemudian matanya masih bertahan di layar gawai. Namun Gatra belum membaca pesannya alih-alih akan membalas. Tania meletakkan ponselnya dan berharap setelah bangun tidur nanti sudah ada balasan pesan untuknya.“Clau, lo udah tidur? Gue nggak bisa tidur.” Tania mengusap pipi Claudia yang tampak pulas di sebelahnya.Sahabatnya itu tidak merespon. Hanya wajahnya yang melukiskan gurat-gur
“Pokoknya Oma sama Opa wajib datang ke Indonesia kalau Tata nikah nanti,” kata Tania pada Gista dan Devan saat berpamitan. Hari itu Tania, Rogen, serta Claudia akan kembali ke Indonesia.“Oma pasti datang, gimana mungkin Oma nggak datang di hari pernikahan cucu Oma sendiri," jawab Gista menjanjikan.“Opa juga. Opa akan jadi orang paling rugi sedunia kalau sampai nggak datang di hari bersejarah itu,” susul Devan. Dulu saat pernikahan pertama Tania dan Gatra keduanya berhalangan hadir. “Lho, katanya Kak Tata mau nikah di sini,” timpal Rogen menyela percakapan ketiganya.“Tau dari mana kamu?” tatap Tania curiga. Seingat Tania ia dan Gatra hanya membicarakannya berdua tentang rencana pernikahan tersebut.“Pengen tau atau pengen tau banget?” jawab Rogen menggoda Tania sambil nyengir lebar.“Jangan bilang kalo kamu nguping,” ucap Tania lagi sambil mengingat-ingat di mana saja mereka menghabiskan waktu bertiga. Dirinya, Gatra dan Rogen.Rogen tertawa dan tidak mau memberitahu.“Sudah siap
“Nggak pamitan sama Papa dulu” tanya Gatra begitu ingat Tania belum berkata sepatah kata pun pada Dypta.“Oh iya.” Tania memandang ke belakang pada Dypta yang sedang berjalan bersama Rogen. Gatra sukses mengalihkan dunianya, membuat Tania melupakan orang-orang di sekitarnya. “Om, Tata pulang sama Gatra ya?”“Hati-hati, Kak.” Dypta tersenyum sambil mengacungkan jempolnya ke udara.“Claudia mana?” tanya Gatra begitu tidak menemukan sahabat Tania tersebut di sekitar mereka.“Tuh di sana.” Tania menunjuk Claudia yang duduk sendiri menunggu.“Nggak ditawarin pulang bareng kita?”“Nggak usah, biarin aja, aku mau berdua aja sama kamu.”“Dasar sahabat nggak ada akhlak.”Tania tertawa ketika Gatra merengkuhnya. Tania hanya bercanda karena ia tahu Claudia pulang dengan Dimas dan saat ini sedang menunggu sang kekasih.“Ta, aku antar kamu ke mana? Ke rumah Mommy atau apartemen?” tanya Gatra setelah mereka meninggalkan komplek bandara.“Apartemen deh, capek banget,” jawab Tania. Besok ia baru akan