Seandainya Clara sengaja menjepret anak itu dengan karet, seharusnya juga ada alasannya.Tak disangka, akhirnya Clara bersuara, “Aku nggak suka sama dia.”Dacia tertegun di tempat. Keningnya tampak berkerut. “Hanya gara-gara kamu nggak suka sama dia, kamu malah menjepretnya dengan karet?”Suara Clara semakin keras lagi. “Dia dorong aku duluan!”“Clara!” jerit Dacia dengan emosi. Setelah Dacia merespons, Clara pun sudah berlari keluar kamar.Dacia mengejar ke bawah tangga. “Clara, jangan lari.”Bagian perut Dacia terasa sakit. Dia menghentikan langkahnya di dekat pintu rumah. Pembantu bergegas datang memapahnya. “Nyonya!”Dacia menggertakkan giginya. Keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya. “Cepat kejar Clara ….”Saat Jerremy menerima kabar, dia bergegas kembali ke vila. Sejak mendengar kronologis masalah dari pembantu, raut wajah Jerremy kelihatan sangat muram. Ketika Jerremy memasuki kamar, Dacia sedang berbaring di atas ranjang dengan menyandarkan bantal di belakang pinggangnya
Lidya menarik kursi, lalu duduk di atasnya sembari tersenyum sinis. “Kenapa? Sekarang kamu dicampakkan tantemu? Apa kamu diusir dari rumah?”Dengan tidak mudahnya Lidya mencari tahu alamat tempat tinggal Dacia. Tadinya dia sedang berpikir bagaimana cara menghindari Jerremy untuk mencari mereka. Siapa sangka, dia malah ketemu dengan Clara yang berlari keluar rumah.Clara menggeleng dengan ketakutan.Lidya berdiri, kemudian berjalan ke hadapannya dan mencubit dagu si kecil. “Clara, kamu mesti dengar apa kata Nenek. Mana mungkin Nenek tega untuk pukul kamu? Kalau bukan karena Jules, mana mungkin orang tuamu meninggalkanmu?”“Mengenai masalah tantemu, sebelum Nenek bawa kamu ke sini, Nenek juga sudah beri tahu kamu. Kalau dia menikah dengan paman itu, dia tidak akan menginginkanmu lagi. Tapi kamu malah tidak percaya sama omongan Nenek.”Air mata tak berhenti menetes di wajah Clara. Dia berbicara dengan terisak-isak, “Tante … nggak campakkan aku. Dia hanya lagi mengandung saja.”Lidya terbe
Hati Dacia gemetar.Jerremy memeluk Dacia, menyandarkan dagunya di atas kepala Dacia. “Aku tidak ingin ada salah paham di antara kita hanya gara-gara masalah Clara. Aku juga tidak ingin kamu mengira aku hanya peduli dengan anak di dalam perutmu saja, makanya aku memaksamu untuk berpisah dengan Clara.”“Aku tahu kamu sudah membesarkan Clara sejak kecil. Kamu punya tanggung jawab terhadapnya. Jadi, kita bisa putuskan masalah itu setelah anak kita lahir nanti.” Sebenarnya Jerremy tidak ingin memaksa Dacia untuk membuat pilihan. Dia akan memberi Dacia waktu untuk mempertimbangkannya dengan saksama. Selama Clara berada di bawah pengawasan Jerremy dan pembantu, Jerremy juga baru bisa merasa tenang.Jantung Dacia berdebar kencang. Matanya spontan menjadi basah. “Jerry, terima kasih, ya.”Jerremy mengusap air mata di sudut mata Dacia. “Jadi, kamu jangan berpikir kebanyakan. Aku ingin kamu dan anak kita baik-baik saja. Janji sama aku, apa pun yang terjadi, kamu mesti memercayaiku.”Jerremy men
Jessie menggenggam erat ponselnya. “Sudah beberapa hari kamu meninggalkanku. Aku benar-benar merasa khawatir.”“Iya.” Jules berusaha untuk menenangkannya. “Aku janji aku pasti akan kembali. Kamu tunggu aku dengan patuh di rumah.”Jules mengakhiri panggilan. Satu detik kemudian, ada dua orang pria menerobos ke dalam ruangan.Jules membalikkan tubuhnya dengan perlahan. Sesosok cahaya putih melintas ke sisi jendela luar. Dia dapat melihat jelas wajah orang tersebut.Kenly memegang pisau sembari tersenyum menyeringai. “Tuan Muda Jules, lama tidak bertemu.”Angin berembus kencang. Disusul dengan hujan lebat. Ombak pun semakin besar saja.Jules tidak bergerak sama sekali. Dia kelihatan sangat tenang. “Dengar-dengar Tuan Kenly jago dalam bertarung. Sekarang kamu hanya datang seorang diri saja. Sepertinya kamu yakin bisa menghabisiku.”Dalam semua anak buah Tom, Kenly tergolong paling setia terhadap Tom. Dia bahkan berani mati bersama Tom. Sementara, anak buahnya yang lain bahkan tidak bisa di
Jules dapat menebak siasatnya. “Dengar-dengar sewaktu di arena pertarungan, Tuan Kenly tidak suka mengalahkan lawan dalam satu serangan? Kamu merasa tidak seru untuk mengalahkan musuh dengan gampangnya. Kamu lebih suka untuk mempermainkan lawanmu dulu. Setelah mereka merasa capek, kamu baru memanfaatkan kesempatan itu untuk merenggut napas terakhir mereka.”“Semakin aku bersikap tenang, kamu pun merasa semakin tidak seru dengan hasil pertarungan hari ini. Jadi, mana mungkin kamu tega untuk membunuhku dengan cepat?” Kenly langsung berdiri, lalu merobek pakaiannya. Dia menggenggam pedang hendak melakukan penyerangan. “Kamu juga bukan tandinganku!”Jules mencoba bertahan dengan tangan kosong. Dia menghindari ujung pisau dan serangan dari Kenly. Pada saat ini, pria lain mencoba menyerangnya dari belakang. Jules segera menendang meja, menjatuhkannya ke sisi kaki Kenly. Jules membalikkan tubuhnya, meraih pergelangan tangan pria itu, lalu membantingnya ke bawah.Kenly menghancurkan meja itu
Jules menggertakkan giginya, menahan rasa sakit sembari mencengkeram Kenly dengan erat. Dengan gerakan cepat, Jules memutar tangannya, alhasil gagang pisau menggesek kulit dan daging yang berlumuran darah. Namun, Kenly tetap mencengkeramnya erat-erat, tidak berniat untuk melepaskannya. Derrick berteriak, “Selamatkan Tuan Muda!”Kenly tertawa kejam, menarik Jules dan memutarnya hingga punggung mereka saling berhadapan. Peluru yang ditembakkan polisi menembus punggung Kenly. Dia mengerang keras, lalu menyeret Jules yang tidak sempat meloloskan diri itu, bersamanya jatuh ke dalam laut.Derrick berlari ke arah mereka. “Tuan Muda ….”Ombak besar seketika menelan bayangan mereka berdua, menghilang dalam pandangan .…Subuh hari, di Vila Kandara.Saat Jerremy berjalan keluar kamar mandi, ponselnya berdering. Dia melirik sekilas Dacia yang telah tidur terlelap, lalu mengangkat panggilan.Entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon, raut wajah Jerremy terlihat muram dalam seketika. “Apa kat
Pihak kepolisian menyewa kapal nelayan untuk mengantar jenazah ke tepi laut. Sekarang ada juga dokter forensik di lokasi untuk memasukkan jenazah ke dalam kantong.Derrick berdesakan di dalam kerumunan. Keningnya tampak berkerut. “Apa mayatnya sudah diidentifikasi?”Kepala polisi memalingkan kepala untuk menatapnya. “Ini jenazah Kenly.”Derrick merasa kaget, lalu pergi membuka ritsleting kantongan jenazah. Wajah pucat dan bengkak terpampang jelas di hadapannya. Pria ini memang adalah Kenly. Kenly telah meninggal.Polisi berdiri, lalu berkata dengan serius, “Hingga saat ini, baru ditemukan jasad Kenly saja. Tapi kami tidak akan menyerah dalam proses pencarian.”Derrick mengangguk, lalu mengirim pesan kepada Jerremy.Jerremy baru saja tiba di perusahaan. Dia pun menerima pesan Derrick yang mengatakan jasad Kenly telah berhasil ditemukan. Hanya saja, Jules masih belum ditemukan hingga saat ini.Jerremy meletakkan ponselnya ke atas meja, lalu duduk bersandar di bangkunya. Dia menekan-nekan
Dacia menggertakkan giginya. “Ibu, Clara nggak bersalah. Nggak seharusnya kamu memperlakukannya seperti itu!”“Tidak bersalah?” Lidya tersenyum dingin. Dia menjentikkan batang rokoknya, lalu berkata, “Padahal wanita jalang itu sudah melahirkan anak dengan mengorbankan nyawanya, anak ini malah tidak mewarisi kepintaran ayahnya. Semua ini salah siapa coba?”Dacia merasa sangat emosi. “Kamu sudah membuat ayahnya meninggal. Apa sekarang kamu ingin memaksa anaknya untuk mati?”“Plak!” Lidya melayangkan tamparan.Dacia memiringkan wajahnya. Raut wajahnya kelihatan sangat galak saat ini.“Tutup mulut busukmu!” Wajah Lidya juga kelihatan sangat galak. “Charles bisa meninggal juga karena Jules!”Dacia mengangkat kepalanya. Dia tidak memedulikan wajah bengkaknya dan tersenyum. “Kamu sudah terjerumus. Kamu sudah gila! Kamu selalu mengatakan Jules telah membunuh Charles. Sebenarnya kamu hanya ingin menggunakan alasan itu untuk menghibur dirimu sendiri saja!”“Lancang!” Lidya menjambak rambut Dacia
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me