Jessie menjelaskan, “Kak Hiro sudah kembali.”Tak disangka masalah telah berlalu lama, tapi Jerremy masih saja tidak menyukai Hiro. Waktu itu, Jerremy juga tidak menyukai Jules. Hanya saja, rasa tidak suka Jerremy terhadap Jules hanya sekadar ucapan belaka. Berbeda dengan rasa tidak sukanya terhadap Hiro, yang mana benar-benar dari lubuk hatinya.“Sekarang kamu sudah bersama dengan Jules, jangan sering-sering berhubungan sama dia lagi. Aku sudah membantumu untuk menekan berita itu.” Panggilan diakhiri. Jerremy menekan-nekan tulang hidungnya, lalu memanggil Edwin.Edwin memasuki kantor. “Apa Tuan mencariku?”Jerremy membalas, “Utus beberapa orang untuk memantau Hiro. Jangan sampai dia kesampaian!”Dibandingkan dengan Jules, Jerremy memang lebih tidak menyukai Hiro. Setidaknya Jules selalu mempertimbangkan segala hal demi Jessie. Dia tidak akan melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan Hiro, waktu itu masalah Lisa diskors dari sekolah juga adalah hasil karyanya, term
Seandainya Clara sengaja menjepret anak itu dengan karet, seharusnya juga ada alasannya.Tak disangka, akhirnya Clara bersuara, “Aku nggak suka sama dia.”Dacia tertegun di tempat. Keningnya tampak berkerut. “Hanya gara-gara kamu nggak suka sama dia, kamu malah menjepretnya dengan karet?”Suara Clara semakin keras lagi. “Dia dorong aku duluan!”“Clara!” jerit Dacia dengan emosi. Setelah Dacia merespons, Clara pun sudah berlari keluar kamar.Dacia mengejar ke bawah tangga. “Clara, jangan lari.”Bagian perut Dacia terasa sakit. Dia menghentikan langkahnya di dekat pintu rumah. Pembantu bergegas datang memapahnya. “Nyonya!”Dacia menggertakkan giginya. Keringat dingin mulai bercucuran di wajahnya. “Cepat kejar Clara ….”Saat Jerremy menerima kabar, dia bergegas kembali ke vila. Sejak mendengar kronologis masalah dari pembantu, raut wajah Jerremy kelihatan sangat muram. Ketika Jerremy memasuki kamar, Dacia sedang berbaring di atas ranjang dengan menyandarkan bantal di belakang pinggangnya
Lidya menarik kursi, lalu duduk di atasnya sembari tersenyum sinis. “Kenapa? Sekarang kamu dicampakkan tantemu? Apa kamu diusir dari rumah?”Dengan tidak mudahnya Lidya mencari tahu alamat tempat tinggal Dacia. Tadinya dia sedang berpikir bagaimana cara menghindari Jerremy untuk mencari mereka. Siapa sangka, dia malah ketemu dengan Clara yang berlari keluar rumah.Clara menggeleng dengan ketakutan.Lidya berdiri, kemudian berjalan ke hadapannya dan mencubit dagu si kecil. “Clara, kamu mesti dengar apa kata Nenek. Mana mungkin Nenek tega untuk pukul kamu? Kalau bukan karena Jules, mana mungkin orang tuamu meninggalkanmu?”“Mengenai masalah tantemu, sebelum Nenek bawa kamu ke sini, Nenek juga sudah beri tahu kamu. Kalau dia menikah dengan paman itu, dia tidak akan menginginkanmu lagi. Tapi kamu malah tidak percaya sama omongan Nenek.”Air mata tak berhenti menetes di wajah Clara. Dia berbicara dengan terisak-isak, “Tante … nggak campakkan aku. Dia hanya lagi mengandung saja.”Lidya terbe
Hati Dacia gemetar.Jerremy memeluk Dacia, menyandarkan dagunya di atas kepala Dacia. “Aku tidak ingin ada salah paham di antara kita hanya gara-gara masalah Clara. Aku juga tidak ingin kamu mengira aku hanya peduli dengan anak di dalam perutmu saja, makanya aku memaksamu untuk berpisah dengan Clara.”“Aku tahu kamu sudah membesarkan Clara sejak kecil. Kamu punya tanggung jawab terhadapnya. Jadi, kita bisa putuskan masalah itu setelah anak kita lahir nanti.” Sebenarnya Jerremy tidak ingin memaksa Dacia untuk membuat pilihan. Dia akan memberi Dacia waktu untuk mempertimbangkannya dengan saksama. Selama Clara berada di bawah pengawasan Jerremy dan pembantu, Jerremy juga baru bisa merasa tenang.Jantung Dacia berdebar kencang. Matanya spontan menjadi basah. “Jerry, terima kasih, ya.”Jerremy mengusap air mata di sudut mata Dacia. “Jadi, kamu jangan berpikir kebanyakan. Aku ingin kamu dan anak kita baik-baik saja. Janji sama aku, apa pun yang terjadi, kamu mesti memercayaiku.”Jerremy men
Jessie menggenggam erat ponselnya. “Sudah beberapa hari kamu meninggalkanku. Aku benar-benar merasa khawatir.”“Iya.” Jules berusaha untuk menenangkannya. “Aku janji aku pasti akan kembali. Kamu tunggu aku dengan patuh di rumah.”Jules mengakhiri panggilan. Satu detik kemudian, ada dua orang pria menerobos ke dalam ruangan.Jules membalikkan tubuhnya dengan perlahan. Sesosok cahaya putih melintas ke sisi jendela luar. Dia dapat melihat jelas wajah orang tersebut.Kenly memegang pisau sembari tersenyum menyeringai. “Tuan Muda Jules, lama tidak bertemu.”Angin berembus kencang. Disusul dengan hujan lebat. Ombak pun semakin besar saja.Jules tidak bergerak sama sekali. Dia kelihatan sangat tenang. “Dengar-dengar Tuan Kenly jago dalam bertarung. Sekarang kamu hanya datang seorang diri saja. Sepertinya kamu yakin bisa menghabisiku.”Dalam semua anak buah Tom, Kenly tergolong paling setia terhadap Tom. Dia bahkan berani mati bersama Tom. Sementara, anak buahnya yang lain bahkan tidak bisa di
Jules dapat menebak siasatnya. “Dengar-dengar sewaktu di arena pertarungan, Tuan Kenly tidak suka mengalahkan lawan dalam satu serangan? Kamu merasa tidak seru untuk mengalahkan musuh dengan gampangnya. Kamu lebih suka untuk mempermainkan lawanmu dulu. Setelah mereka merasa capek, kamu baru memanfaatkan kesempatan itu untuk merenggut napas terakhir mereka.”“Semakin aku bersikap tenang, kamu pun merasa semakin tidak seru dengan hasil pertarungan hari ini. Jadi, mana mungkin kamu tega untuk membunuhku dengan cepat?” Kenly langsung berdiri, lalu merobek pakaiannya. Dia menggenggam pedang hendak melakukan penyerangan. “Kamu juga bukan tandinganku!”Jules mencoba bertahan dengan tangan kosong. Dia menghindari ujung pisau dan serangan dari Kenly. Pada saat ini, pria lain mencoba menyerangnya dari belakang. Jules segera menendang meja, menjatuhkannya ke sisi kaki Kenly. Jules membalikkan tubuhnya, meraih pergelangan tangan pria itu, lalu membantingnya ke bawah.Kenly menghancurkan meja itu
Jules menggertakkan giginya, menahan rasa sakit sembari mencengkeram Kenly dengan erat. Dengan gerakan cepat, Jules memutar tangannya, alhasil gagang pisau menggesek kulit dan daging yang berlumuran darah. Namun, Kenly tetap mencengkeramnya erat-erat, tidak berniat untuk melepaskannya. Derrick berteriak, “Selamatkan Tuan Muda!”Kenly tertawa kejam, menarik Jules dan memutarnya hingga punggung mereka saling berhadapan. Peluru yang ditembakkan polisi menembus punggung Kenly. Dia mengerang keras, lalu menyeret Jules yang tidak sempat meloloskan diri itu, bersamanya jatuh ke dalam laut.Derrick berlari ke arah mereka. “Tuan Muda ….”Ombak besar seketika menelan bayangan mereka berdua, menghilang dalam pandangan .…Subuh hari, di Vila Kandara.Saat Jerremy berjalan keluar kamar mandi, ponselnya berdering. Dia melirik sekilas Dacia yang telah tidur terlelap, lalu mengangkat panggilan.Entah apa yang dikatakan orang di ujung telepon, raut wajah Jerremy terlihat muram dalam seketika. “Apa kat
Pihak kepolisian menyewa kapal nelayan untuk mengantar jenazah ke tepi laut. Sekarang ada juga dokter forensik di lokasi untuk memasukkan jenazah ke dalam kantong.Derrick berdesakan di dalam kerumunan. Keningnya tampak berkerut. “Apa mayatnya sudah diidentifikasi?”Kepala polisi memalingkan kepala untuk menatapnya. “Ini jenazah Kenly.”Derrick merasa kaget, lalu pergi membuka ritsleting kantongan jenazah. Wajah pucat dan bengkak terpampang jelas di hadapannya. Pria ini memang adalah Kenly. Kenly telah meninggal.Polisi berdiri, lalu berkata dengan serius, “Hingga saat ini, baru ditemukan jasad Kenly saja. Tapi kami tidak akan menyerah dalam proses pencarian.”Derrick mengangguk, lalu mengirim pesan kepada Jerremy.Jerremy baru saja tiba di perusahaan. Dia pun menerima pesan Derrick yang mengatakan jasad Kenly telah berhasil ditemukan. Hanya saja, Jules masih belum ditemukan hingga saat ini.Jerremy meletakkan ponselnya ke atas meja, lalu duduk bersandar di bangkunya. Dia menekan-nekan