Share

Bab 15

Penulis: Daun Jahe
Claire menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya, lalu tersenyum, "Aku tidak mengerti sikap apa yang ingin dilihat Tuan Javier. Kalau Anda menginginkan permintaan maaf, aku bisa mewakilinya minta maaf."

Bukankah pria ini hanya menginginkan permintaan maaf darinya?

Claire membungkuk dengan sopan kepadanya dan berkata, "Maaf, Tuan Javier."

Melihat Claire merendahkan dirinya, Javier malah merasa agak sinis. "Tak kusangka, Nona Claire bisa meminta maaf demi temannya, tetapi malah tega melukai kakaknya sendiri."

Claire berdiri tegak, lalu bertanya, "Apa maksud ucapan Tuan Javier?

Melukai kakaknya sendiri? Maksudnya Kayla?

Javier berjalan mendekati Claire, lalu berkata dengan nada dingin, "Kukira kamu orang yang berani bertanggung jawab atas perbuatanmu sendiri. Sekarang kelihatannya tidak seperti itu."

Sambil berbicara, Javier menoleh dengan acuh tak acuh. "Lupakan saja masalah hari ini."

Melihat kepergian mereka, beban di hati Candice langsung terangkat. Namun, mengingat perkataannya kepada Claire, Candice bertanya dengan keheranan, "Claire, apa maksud ucapan Tuan Javier tadi?"

"Mana kutahu?" Claire berkata sambil tertawan, "Kemungkinan besar karena merasa aku sengaja menentang Kayla, jadi dia ingin membantu pacarnya melampiaskan amarah?"

"Apa? Kayla pacaran dengan Tuan Javier?"

Candice tersentak, lalu berkata, "Mata Tuan Javier itu sudah buta ya? Dari sekian banyak wanita, kenapa dia bisa memilih wanita seperti Kayla?"

Claire memalingkan kepalanya sambil berkata, "Kamu masih bisa menggosip? Sebaiknya kamu pikirkan bagaimana mau menjelaskan pada ayahmu."

Usai bicara, Claire berjalan meninggalkan tempat itu. Candice menyusulnya dengan langkah cepat sambil mengerucutkan bibirnya.

Keesokan harinya.

Claire mengeluarkan sebuah daftar pembelian bahan mentah kepada staf pembelian, lalu berpesan, "Pesan batu mentah sesuai dengan daftarku ini. Kalau sampai ada yang salah, kalian yang bertanggung jawab."

Staf pembelian tersebut melihat sekilas daftarnya, kemudian mengangguk dan berkata, "Baik."

Setelah Claire pergi, staf departemen pembelian mulai menyusun daftar barang yang hendak dibeli. Namun, telepon kantor tiba-tiba berdering.

Dia meletakkan daftar tersebut di atas meja, lalu pergi mengangkat telepon.

Salah satu staf wanita lainnya berdiri di samping mejanya, lalu memotret alamat dan informasi kontak pabrik batu mentah yang ada di daftar tersebut.

Lalu, dia buru-buru kembali ke mejanya dan mengirim foto tersebut kepada Kayla.

Kayla yang sedang duduk di dalam kantornya tersenyum sinis melihat foto yang dikirimkan oleh staf pembelian tersebut.

Berhubung Departemen Pembelian ini di bawah kuasa Claire, kalau begitu jangan salahkan Kayla bertindak sadis.

Telepon di ruangan Kayla tiba-tiba berdering, dia menjawab telepon itu, "Halo?"

"Kayla, kenapa ponselmu selalu nggak aktif?" Imelda tidak bisa menghubungi ponsel Kayla, jadi dia terpaksa menelepon ke kantornya.

Mendengar hal ini, raut wajah Claire menjadi suram. "Ponselku hancur dibuang Claire, justru heran kalau teleponmu bisa tersambung. Besok aku mau ganti ponsel, ada apa Ibu mencariku?"

"Ayahmu mau menyuruh Claire si wanita sialan itu datang ke rumah malam ini. Kamu juga pulang untuk makan malam bersama Tuan Javier. Kalau status kalian sudah resmi, nggak mungkin ayahmu itu akan membiarkan Claire mendapat kesempatan."

Kayla tidak kuasa mengerutkan alisnya ketika berkata, "Ibu, sejak kapan Javier mau pulang untuk makan malam denganku? Bagaimana kalau dia nggak mau?"

Dalam 6 tahun ini, Javier sama sekali tidak pernah berkunjung ke kediaman Keluarga Adhitama untuk makan malam.

"Mau pakai cara apa pun, kamu harus bisa membujuknya. Jangan lupa, sekarang ini ayahmu sangat sayang padamu. Kalau kamu nggak datang, aku dan ayahmu juga nggak bisa membantumu."

Dia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mengumumkan status Nyonya Fernando bagi putrinya. Setelah melihat kedua anak itu terakhir kali, hati Imelda masih merasa gelisah sampai sekarang.

Ucapan ibunya memang cukup masuk akal. Lantaran hubungannya dengan Javier selama beberapa tahun ini, ayahnya memang menjadi sangat sayang padanya.

Kini, Claire telah pulang dengan statusnya sebagai desainer perhiasan internasional yang terkenal. Jika Kayla sampai kehilangan ayahnya sebagai pendukung, Kayla tidak akan berarti apa-apa di hadapan Claire.

Claire duduk di kantornya untuk mengecek data para staf lama, tatapannya tertuju pada Paman Fendra.

Dia ingat bahwa Paman Fendra awalnya adalah asisten ibunya. Setelah ibunya meninggal, Paman Fendra yang mengelola Vienna dan mempertahankan penjualannya agar selalu menjadi yang tertinggi di ibu kota.

Namun, setelah Paman Fendra mengundurkan diri, penjualan Perusahaan Vienna terus menurun.

Tiba-tiba, ponsel Claire bergetar.

Claire melirik sekilas layar ponsel, ternyata ayahnya yang telah putus kontak selama bertahun-tahun ini meneleponnya.

Claire merenung sejenak.

Kembali ke Keluarga Adhitama terasa begitu asing baginya. Ketika menapakkan kakinya ke dalam vila, bibi asuhnya yang pertama kali mengenalinya, "Nona?"

Imelda sedang duduk di sofa sambil minum teh. Melihat kedatangan Claire, dia meletakkan kembali gelasnya, lalu berdiri dan berkata, "Wah, Claire sudah pulang ya?"

Claire kembali teringat dengan tamparan di wajah Jessie ketika melihat Imelda. Wajahnya kini juga tampak suram.

Imelda berutang sebuah tamparan padanya, suatu saat Claire pasti akan membalasnya.

Sambil tersenyum, Imelda berjalan menghampirinya. "Begitu tahu kamu sudah kembali, ayahmu langsung menyuruhmu pulang untuk makan malam. Ekspresi macam apa itu? Nggak baik kalau sampai terlihat oleh ayahmu."

Claire tertawa sinis ketika berkata, "Kenapa aku merasa perjamuan makan malam ini adalah perangkap yang sengaja diatur untukku?"

Dia tidak pernah menghubungi ayahnya sejak kembali ke negara ini. Jadi, entah Kayla atau Imelda yang memberi tahu ayahnya.

Setelah 6 tahun tidak pernah menghubunginya, hari ini malah tiba-tiba menyuruhnya pulang untuk makan malam. Yang paling membuat Claire kecewa adalah ayahnya bahkan tidak menanyakan kabarnya.

"Dasar kamu ini. Menyuruhmu pulang untuk makan malam malah dibilang perangkap."

"Jangan membuatku jijik, aku lebih terbiasa mendengarmu memanggilku wanita sialan. Kedengarannya lebih 'familier'." Claire sengaja menekankan kata "familier", seolah-olah sengaja ingin memprovokasinya.

Sebelum Imelda sempat memakinya, dari lantai atas tiba-tiba terdengar sebuah suara yang bariton, "Claire, sudah 6 tahun nggak bertemu, kamu masih nggak pernah berubah ya. Perhatikan nada bicaramu dengan ibumu."

Claire tertawa sejenak, lalu berkata, "Ibuku sudah meninggal. Saat upacara kremasi juga Ayah ada di sana, 'kan?"

"Apa saja yang kamu pelajari dari luar negeri selama 6 tahun ini? Beginikah caranya kamu bicara dengan orang tua?

Rendy hampir saja mati kesal dibuatnya. Awalnya, Rendy masih merasa sedikit bersalah karena mengusir Claire dari rumah saat itu. Namun, tak disangka ternyata Claire masih saja tidak tahu bertobat.

Imelda berjalan ke hadapan Rendy dan membujuknya, "Sayang, jangan marah lagi sama Claire. Lagi pula, aku cuma ibu tirinya. Aku bisa memaklumi Claire nggak mau menerimaku selama bertahun-tahun ini."

"Bagiku, kamu bahkan nggak pantas sebagai ibu tiri."

"Claire!" bentak Rendy dengan kesal. "Hari ini aku memanggilmu pulang untuk makan malam, bukan untuk berdebat. Kalau kamu nggak senang, keluar saja!"

Claire menatap wajah ayahnya yang murka. Enam tahun lalu, ketika mengusirnya dari rumah, Rendy juga tampak kejam seperti hari ini. Dia lebih memilih untuk percaya dengan semua ucapan Kayla dan Imelda.

Sementara itu, Claire dianggap suka berbuat onar dan tidak menghormati orang yang lebih tua.

Claire berkata dengan tersenyum, "Aku memang tidak ingin menetap lebih lama lagi."

Begitu berpaling dan hendak pergi, di depan pintu, tampak Kayla yang sedang berjalan masuk sambil menggandeng lengan Javier.

Ketika melihat Javier, Imelda dan Rendy langsung buru-buru menyambutnya. Amarah Rendy juga langsung sirna, dia tampak seperti orang yang berbeda dengan sebelumnya.

"Tuan Javier, tidak disangka Anda ikut datang juga."

"Ya," balas Javier sembari mengangguk. Tatapannya malah tertuju pada Claire, lalu dia berkata dengan nada datar, "Keluarga Adhitama ramai sekali ya."

Rendy melirik Claire sekilas, lalu berkata dengan canggung, "Hm, ini putriku yang paling kecil, Claire."

"Oh, aku juga baru tahu, ternyata Zora sang desainer perhiasan internasional yang terkenal ini adalah putri Keluarga Adhitama."

Rendy tersenyum malu-malu dan berkata, "Iya, dia ... mewarisi bakat ibunya."

Claire berdiri dengan tangan yang terlipat di samping. Bagaikan orang asing, Claire melihat mereka saling bertukar sapa. Dia tidak bisa menahan tawa melihat segala pujian dan penghormatan yang diberikan kepada Javier.

"Aku tidak akan mengganggu kalian makan malam."

Ketika baru saja hendak pergi, Kayla tiba-tiba menghampirinya dengan senyuman. "Claire, jarang-jarang kamu pulang, ayo makan malam saja dulu."

Imelda juga ikut menyahut bagaikan seorang ibu yang ramah, "Benar, Claire. Jangan bertengkar lagi dengan ayahmu."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Setiap rencana jahat akan ada karma suatu saat
goodnovel comment avatar
Susi
Kpn kejahatan ini terbongkar
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 16

    Claire kehabisan kata-kata melihat mereka bersusah payah mengundangnya pulang untuk makan malam. Selain itu, mereka juga mengundang Javier dan bersikeras menyuruh Claire untuk makan malam di sana.Claire justru ingin melihat apa yang ingin dilakukan oleh ibu dan anak ini.Dia mendongak dan tersenyum tipis sambil berkata, "Baiklah, kalau begitu aku ikut makan."Kayla dan Imelda tidak menyangka bahwa Claire akan menyetujuinya. Namun, hal ini justru sesuai dengan rencana mereka.Sepanjang makan malam, Claire hanya menunduk dan menyantap makanannya. Mungkin karena ada Javier yang hadir, Rendy dan Imelda juga tampak agak pendiam.Javier tidak banyak makan. Awalnya ketika Kayla menyuruhnya untuk menemani makan malam di kediaman Keluarga Adhitama, Javier sebenarnya ingin menolak. Namun, Kayla mengungkit tentang Claire.Lantaran Kayla mengatakan bahwa Claire yang mengundangnya, Javier ingin melihat apa yang ingin dilakukan oleh Claire."Claire, bagaimana kehidupanmu di luar negeri selama ini?"

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 17

    "Tuan Javier, maksudnya sengaja apaan? Bukankah aku berbaik hati menjodohkanmu dengan Kayla?" Sambil berbicara, Claire berusaha melepaskan tangannya.Javier menariknya kembali dengan kuat, membuat Claire hampir saja menabrak dada Javier.Pria itu mendengus, lalu berkata, "Ini tujuannya kamu menyuruh Kayla mengundangku makan di Keluarga Adhitama?"Claire tertegun dan merasa heran. Dia menatap Javier dengan geli, "Aku menyuruh Kayla mengundangmu ke Keluarga Adhitama? Hebat sekali aku?"Tatapan Javier tampak dingin ketika berkata, "Claire, kamu tidak berhak ikut campur dalam hubunganku dan Kayla. Apa pun tujuanmu, jangan sok pintar.""Javier, biar kutegaskan sekali lagi. Aku nggak menyuruh Kayla untuk mengundangmu. Meski aku nggak tahu apa yang dibilang Kayla padamu, aku sama sekali nggak ada hubungannya dengan hal ini."Claire menepis tangannya, lalu berkata dengan serius, "Aku juga nggak peduli dengan hubungan kalian. Beri tahu wanita itu, jangan lemparkan semua kesalahan padaku. Aku bu

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 18

    Claire menatapnya dengan kedua tangan yang disilangkan di depan dadanya. "Kenapa kamu nggak tanya pacarmu saja? Untuk apa kamu tanya padaku?"Menggelikan sekali, seolah-olah Claire ingin merebut pacarnya saja!Kayla kesal hingga wajahnya memucat. "Claire, kamu nggak akan bisa sombong terlalu lama, tunggu saja!"Setelah mengancamnya, Kayla langsung berbalik dan pergi.Melihat kepergian Kayla, Claire tersenyum dan membatin, 'Masih belum tentu siapa yang akan menang nantinya.'Di ruangan kantor.Claire duduk di depan komputer sedang memeriksa sesuatu. Tiba-tiba, seorang staf masuk ke ruangannya dengan tergesa-gesa dan berkata, "Nona Zora, gawat!"Melihat kepanikan staf itu, Claire malah mendongak dengan tenang dan bertanya, "Ada apa?""Ada beberapa pelanggan yang membeli perhiasan di toko kita dan menyadari bahwa semuanya adalah barang palsu. Sekarang mereka datang ke perusahaan untuk membuat perhitungan. Staf bagian pembelian bilang, semua bahan mentah dibeli sesuai dengan daftar yang An

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 19

    Claire menatap Kayla sekilas, lalu meletakkan kembali gelang mutiara itu. Kemudian, dia berkata sambil menyunggingkan senyuman, "Bukan aku yang memesan barang palsu, jadi aku nggak akan menanggung kesalahannya."Kayla mendekatinya dan menarik tangan Claire. "Claire, sebaiknya kamu jujur saja. Bagaimanapun, Perusahaan Vienna ini adalah jerih payah ayahmu. Nggak mungkin kamu akan menghancurkannya, 'kan?""Yang kukatakan tadi semua jujur." Claire menarik kembali tangannya dengan ekspresi datar, lalu mengambil gelang mutiara itu ke hadapan wanita paruh baya tersebut. "Nyonya, aku mengerti perasaan kalian. Setelah menghabiskan begitu banyak uang, malah mendapatkan barang palsu, wajar saja marah.""Tapi, kalian tenang saja. Aku nggak akan membiarkan nama Vienna tercoreng karena masalah barang palsu ini. Setelah kebenarannya terbukti, aku jamin akan mengembalikan uang kalian, sekaligus memberikan kalian perhiasan yang asli."Wanita itu tertegun sejenak. Bukan hanya uangnya yang bisa kembali,

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 20

    Mendengar ucapan Javier, Claire juga tidak ingin berkata apa-apa lagi. Dia hanya melambaikan tangan sambil berkata, "Terserah Anda saja, Anda yang jadi pemegang sahamnya."Selanjutnya, dia berjalan ke hadapan beberapa pelanggan itu dengan wajah tersenyum. "Nyonya-nyonya sekalian, silakan ikuti saya ke ruang VIP untuk negosiasi."Beberapa pelanggan itu mengangguk, lalu mengikuti Claire ke ruang VIP.Kayla mendengar Javier yang membelanya, diam-diam merasa senang. Dia tahu bahwa Javier tetap berpihak padanya dalam hati."Javier, aku juga nggak tahu kenapa hal seperti ini bisa terjadi. Aku akan lebih berhati-hati kelak," ujar Kayla meminta maaf.Javier hanya meliriknya sekilas, lalu membalas dengan acuh tak acuh, "Kamu nggak mengerti tentang hal ini. Lain kali, jangan sembarangan ikut campur, kalau ada masalah biar Claire saja yang mengatasinya."Setelah itu, Javier dan Roger beranjak dari tempat itu.Kayla menundukkan pandangannya, tangannya mengepal erat hingga kukunya menancap pada tel

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 21

    Di dalam mobil.Javier termenung menatap luar jendela mobil, seolah-olah masih teringat dengan perkataan Claire. Bahkan saat Roger memanggilnya beberapa kali pun, dia tidak mendengarnya."Tuan Javier," panggil Roger dengan volume suara yang lebih keras.Javier baru tersadar dan mengerutkan dahinya. "Ada apa?"Roger menyerahkan ponselnya sambil memberi tahu, "Ada telepon dari Tuan Steven."Javier mengambil ponselnya dan menjawab telepon tersebut, "Ayah."Di Kediaman Fernando."Anak sialan, kamu punya anak di luar sana ya?"Steven sedang duduk di paviliun halaman sambil menikmati teh. Di layar tablet di mejanya, terlihat foto dua orang anak kecil yang mirip dengan Javier.Javier terdiam, lalu menjawab, "Nggak ada.""Nggak ada? Lalu, bagaimana dengan kedua anak yang dikontrak oleh Agensi Majestik ini? Wajah mereka sama persis denganmu."Steven meletakkan gelasnya dengan keras di atas meja. "Aku mau bertemu dengan kedua anak ini.""Ayah, aku nggak pernah berhubungan dengan wanita mana pun.

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 22

    Jessie menoleh melihatnya. "Kami juga pernah melihat seorang paman yang sangat mirip dengan kami, lho!""Oh?" Ketika Steven baru saja hendak bertanya, tiba-tiba terdengar suara seorang pengawal dari luar halaman, "Tuan Javier."Javier berjalan masuk ke paviliun dan melihat kedua anak di samping Steven, dia berkata, "Ayah, kenapa Ayah membawa anak-anak ini kemari sesuka hati?""Kenapa nggak boleh? Aku lihat kedua anak ini mirip denganmu, jadi aku mengundang mereka untuk bertamu. Memangnya kenapa?"Steven mengelus kepala Jessie, lalu mengambil sebuah kue untuk mereka berdua. "Ini kue paling enak di desa kami, coba kalian cicipi.""Terima kasih, Kakek ...."Setelah keduanya mengambil kue itu, Jessie buru-buru melahapnya.Javier merasa tidak berdaya, dia tidak menyangka ayahnya akan membawa kedua anak ini setelah melihat foto mereka."Kalian tunggu di sini dulu ya, Kakek akan kembali sebentar lagi."Selesai berkata demikian, Steven berdiri dan berkata kepada Javier, "Ikuti aku."Melihat me

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 23

    "Bukan begitu, Ibu bilang, kita harus belajar sedikit banyak tentang barang-barang nenek moyang. Ibuku juga sangat menyukai barang antik," kata Jessie.Jika tidak, ibunya juga tidak akan bisa mendesain perhiasan antik bermodel timur ketika berada di Negara Sahara.Steven tertawa mendengar ucapannya. "Aku ingin sekali menemui ibu kalian."Jessie diam-diam merasa bangga. Akhirnya, kakek ini mulai tertarik dengan ibunya!Javier melirik Jody yang berdiri di samping, lalu mengelus pipinya. Jody menoleh dan menatapnya dengan tatapan yang tidak bersahabat. Tatapannya ini malah mengingatkannya pada seseorang."Terakhir kali aku bertemu denganmu, di sudut matamu ini ada tahi lalat."Jody memegang sudut matanya, lalu menggembungkan pipinya dan berkata, "Aku gambar sendiri tahi lalatnya.""Kakek kalah!" seru Jessie sambil tertawa terbahak-bahak.Dia tidak tahu bahwa Steven memang sengaja mengalah padanya. Melihat anak kecil ini bahagia, entah mengapa, Steven juga merasa bahagia.Mungkin karena su

Bab terbaru

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2769

    “Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2768

    Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2767

    Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2766

    Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2765

    Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2764

    Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2763

    Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2762

    Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2761

    Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status