Share

Bab 19

Penulis: Daun Jahe
Claire menatap Kayla sekilas, lalu meletakkan kembali gelang mutiara itu. Kemudian, dia berkata sambil menyunggingkan senyuman, "Bukan aku yang memesan barang palsu, jadi aku nggak akan menanggung kesalahannya."

Kayla mendekatinya dan menarik tangan Claire. "Claire, sebaiknya kamu jujur saja. Bagaimanapun, Perusahaan Vienna ini adalah jerih payah ayahmu. Nggak mungkin kamu akan menghancurkannya, 'kan?"

"Yang kukatakan tadi semua jujur." Claire menarik kembali tangannya dengan ekspresi datar, lalu mengambil gelang mutiara itu ke hadapan wanita paruh baya tersebut. "Nyonya, aku mengerti perasaan kalian. Setelah menghabiskan begitu banyak uang, malah mendapatkan barang palsu, wajar saja marah."

"Tapi, kalian tenang saja. Aku nggak akan membiarkan nama Vienna tercoreng karena masalah barang palsu ini. Setelah kebenarannya terbukti, aku jamin akan mengembalikan uang kalian, sekaligus memberikan kalian perhiasan yang asli."

Wanita itu tertegun sejenak. Bukan hanya uangnya yang bisa kembali, dia bahkan bisa mendapat perhiasan asli dengan cuma-cuma. Tentu saja wanita itu bersedia.

"Baiklah, kalau begitu kamu jelaskan dulu kenapa bisa terjadi hal seperti ini. Kami hanya menuntut sebuah penjelasan."

Claire berjalan ke hadapan staf pembelian itu dan berkata, "Saat kuserahkan daftar ini, aku sudah mengingatkan bahwa kalau ada kesalahan, kalian yang harus menanggung semuanya, 'kan?"

Staf pembelian itu langsung terkesiap dan menundukkan kepala. "Tapi, semua barang itu memang dipesan sesuai dengan daftar yang Anda berikan."

"Claire, bagian pembelian hanya membeli barang sesuai dengan daftar yang kamu berikan. Mana bisa menyalahkan mereka kalau terjadi kesalahan?"

"Kalau begitu mau menyalahkanmu?" tanya Claire sambil menatap Kayla.

Kayla terdiam, raut wajahnya berubah drastis.

Javier mengerutkan dahinya sambil menatap Claire dengan dingin. Dia sangat paham bahwa Perusahaan Vienna ini adalah warisan dari ibu Claire. Jadi, Claire tidak mungkin akan mengorbankan reputasi yang telah dibangun oleh ibunya.

Claire mengambil daftar pesanan itu dan menunjukkannya kepada semua orang. "Batu mentah yang tertulis dalam daftar ini adalah berasal dari Gunung Dali. Semua orang yang mengerti tentang perhiasan, pasti tahu bahwa setengah dari perusahaan perhiasan yang ada di ibu kota ini menggunakan batu berlian, giok, dan batu permata lainnya yang dipasok dari Gunung Dali."

Beberapa pelanggan lainnya mengangguk sambil menyahut, "Tambang di Gunung Dali memang bagus. Batu giok yang diambil dari sana bahkan bernilai puluhan miliar."

"Benar, batu mentah dari Gunung Dali nggak mungkin palsu."

Claire mengangkat gelang mutiara itu sambil berkata, "Dilihat sekilas saja sudah ketahuan bahwa mutiara di gelang ini terbuat dari bubuk mutiara dan kristal. Seperti yang diketahui semua orang, kristal sangat tidak berharga di pasaran. Harganya tidak semahal emas, perak, ataupun berlian. Selain itu, kualitasnya juga terbagi menjadi kualitas tinggi dan rendah."

"Harga kristal alami terbaik sekitar beberapa ratus ribu per gram, sementara kristal biasa hanya 100 ribu per gram."

Wanita itu menghitung dengan jarinya, lalu bertanya, "Lalu, kristal yang ada dalam gelang mutiaraku ini berharga tidak?"

"Tentu saja tidak berharga, ini Cuma kristal biasa." Claire tertawa kecil, lalu memandang para staf pembelian tersebut.

"Kalian sudah bekerja selama ini di perusahaan perhiasan, sampai sekarang masih belum paham dengan batu mentah dari Gunung Dali?"

Para staf pembelian itu menunduk dengan wajah muram.

Kayla merasa takut dalam hati, tetapi dia tidak bisa memberi kesempatan pada Claire untuk membalikkan situasi. "Mereka memang membeli dari Gunung Dali, tapi sekarang malah ada barang palsu. Berarti batu mentah dari Gunung Dali itu nggak semuanya barang asli."

Semua orang hanya terdiam menatap Kayla. Kayla merasa bangga dalam hatinya.

Namun, melihat tatapan semua orang tampak aneh, wajah Kayla berubah pucat. Apa dia salah bicara?

Claire tertawa dan berkata, "Direktur Kayla, bagaimanapun, kamu ini kerja di bidang perhiasan. Apa waktu mengambil alih Perusahaan Vienna ini kamu nggak cari tahu dulu tentang Gunung Dali? Jangan menuduh batu mentah Gunung Dali itu palsu hanya karena wawasanmu yang sempit. Ucapanmu ini bukan hanya menyinggung bos Gunung Dali, tapi juga membuat orang-orang di industri ini mentertawakanmu."

Wajah Kayla merona merah karena malu. Apalagi perkataan terakhir Claire membuat orang lain diam-diam mentertawakan Kayla.

"Masalah mutiara palsu ini bukan terletak pada barang pasokan kita. Kalau memang bermasalah, kita bisa menanyakannya langsung pada pihak Gunung Dali. Kalau barang ini bukan dari mereka, berarti ada yang sengaja mengganti vendor dan ingin memfitnahku."

Usai bicara, pandangannya seolah-olah melirik ke arah Kayla dan berkata, "Aku bekerja dalam bidang desain perhiasan di Negara Sahara. Dimulai dari emas, perak, berlian, permata, giok, ataupun batu akik, semuanya sudah pernah kugunakan. Memangnya aku nggak bisa membedakan mana yang asli atau bukan?"

Sambil berbicara, dia melihat semua anggota staf pembelian. "Sepertinya sudah saatnya mengganti semua staf pembelian.

Satu kalimat darinya membuat semua staf pembelian sontak memucat.

Kayla terlihat gelisah, tetapi dia berkata dengan nekat, "Claire, kalau memang ada masalah dengan staf departemen pembelian, kamu juga nggak boleh mengganti mereka begitu saja. Bagaimanapun, mereka hanya mengikuti perintah ...."

"Jadi, maksudmu daftar pesananku ini yang bermasalah?"

"Aku ...."

Claire mencibir, "Seperti yang dilihat semua orang tadi, pesananku tertulis harus dibeli dari Gunung Dali. Kenapa begitu pesanannya sampai di tangan mereka jadi salah?"

"Saat itu sudah kutegaskan, kalau ada kesalahan yang terjadi, semua akan jadi tanggung jawab departemen pembelian. Sebagai pihak manajemen perusahaan, anak buahmu melakukan kesalahan sebesar ini menjual barang palsu kepada pelanggan. Kalau kamu bisa bertanggung jawab, aku nggak akan ikut campur."

Kayla menggigit bibirnya dan menatap Javier dengan kewalahan.

Javier juga merasa kecewa terhadap penanganan Kayla kali ini. Namun, mengingat Kayla memang tidak tahu apa-apa, Javier juga tidak ingin mempermasalahkannya.

"Kalau begitu, pecat saja penanggung jawab departemen pembelian. Lagi pula, ini memang kesalahan mereka."

Mendengar penuturan Javier, Claire tidak tahan untuk menyindir, "Sebagai direktur perusahaan, memangnya dia tidak perlu tanggung jawab?"

Kayla tersentak mendengarnya, apa maksud wanita sialan ini?

Tatapan Javier tampak dingin ketika berkata, "Pengetahuan Kayla dalam industri perhiasan tidak sebanding denganmu. Dia bahkan mungkin tidak mengerti kesalahan seperti ini. Kamu mau dia bertanggung jawab bagaimana?"
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Susi
Pliss javier ...
goodnovel comment avatar
Just Rara
ya sebagai pimpinan ya kayla harus tanggung jawablah,masa semua kesalahan yg diperbuat dilimpahkan kebawahannya semua
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 20

    Mendengar ucapan Javier, Claire juga tidak ingin berkata apa-apa lagi. Dia hanya melambaikan tangan sambil berkata, "Terserah Anda saja, Anda yang jadi pemegang sahamnya."Selanjutnya, dia berjalan ke hadapan beberapa pelanggan itu dengan wajah tersenyum. "Nyonya-nyonya sekalian, silakan ikuti saya ke ruang VIP untuk negosiasi."Beberapa pelanggan itu mengangguk, lalu mengikuti Claire ke ruang VIP.Kayla mendengar Javier yang membelanya, diam-diam merasa senang. Dia tahu bahwa Javier tetap berpihak padanya dalam hati."Javier, aku juga nggak tahu kenapa hal seperti ini bisa terjadi. Aku akan lebih berhati-hati kelak," ujar Kayla meminta maaf.Javier hanya meliriknya sekilas, lalu membalas dengan acuh tak acuh, "Kamu nggak mengerti tentang hal ini. Lain kali, jangan sembarangan ikut campur, kalau ada masalah biar Claire saja yang mengatasinya."Setelah itu, Javier dan Roger beranjak dari tempat itu.Kayla menundukkan pandangannya, tangannya mengepal erat hingga kukunya menancap pada tel

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 21

    Di dalam mobil.Javier termenung menatap luar jendela mobil, seolah-olah masih teringat dengan perkataan Claire. Bahkan saat Roger memanggilnya beberapa kali pun, dia tidak mendengarnya."Tuan Javier," panggil Roger dengan volume suara yang lebih keras.Javier baru tersadar dan mengerutkan dahinya. "Ada apa?"Roger menyerahkan ponselnya sambil memberi tahu, "Ada telepon dari Tuan Steven."Javier mengambil ponselnya dan menjawab telepon tersebut, "Ayah."Di Kediaman Fernando."Anak sialan, kamu punya anak di luar sana ya?"Steven sedang duduk di paviliun halaman sambil menikmati teh. Di layar tablet di mejanya, terlihat foto dua orang anak kecil yang mirip dengan Javier.Javier terdiam, lalu menjawab, "Nggak ada.""Nggak ada? Lalu, bagaimana dengan kedua anak yang dikontrak oleh Agensi Majestik ini? Wajah mereka sama persis denganmu."Steven meletakkan gelasnya dengan keras di atas meja. "Aku mau bertemu dengan kedua anak ini.""Ayah, aku nggak pernah berhubungan dengan wanita mana pun.

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 22

    Jessie menoleh melihatnya. "Kami juga pernah melihat seorang paman yang sangat mirip dengan kami, lho!""Oh?" Ketika Steven baru saja hendak bertanya, tiba-tiba terdengar suara seorang pengawal dari luar halaman, "Tuan Javier."Javier berjalan masuk ke paviliun dan melihat kedua anak di samping Steven, dia berkata, "Ayah, kenapa Ayah membawa anak-anak ini kemari sesuka hati?""Kenapa nggak boleh? Aku lihat kedua anak ini mirip denganmu, jadi aku mengundang mereka untuk bertamu. Memangnya kenapa?"Steven mengelus kepala Jessie, lalu mengambil sebuah kue untuk mereka berdua. "Ini kue paling enak di desa kami, coba kalian cicipi.""Terima kasih, Kakek ...."Setelah keduanya mengambil kue itu, Jessie buru-buru melahapnya.Javier merasa tidak berdaya, dia tidak menyangka ayahnya akan membawa kedua anak ini setelah melihat foto mereka."Kalian tunggu di sini dulu ya, Kakek akan kembali sebentar lagi."Selesai berkata demikian, Steven berdiri dan berkata kepada Javier, "Ikuti aku."Melihat me

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 23

    "Bukan begitu, Ibu bilang, kita harus belajar sedikit banyak tentang barang-barang nenek moyang. Ibuku juga sangat menyukai barang antik," kata Jessie.Jika tidak, ibunya juga tidak akan bisa mendesain perhiasan antik bermodel timur ketika berada di Negara Sahara.Steven tertawa mendengar ucapannya. "Aku ingin sekali menemui ibu kalian."Jessie diam-diam merasa bangga. Akhirnya, kakek ini mulai tertarik dengan ibunya!Javier melirik Jody yang berdiri di samping, lalu mengelus pipinya. Jody menoleh dan menatapnya dengan tatapan yang tidak bersahabat. Tatapannya ini malah mengingatkannya pada seseorang."Terakhir kali aku bertemu denganmu, di sudut matamu ini ada tahi lalat."Jody memegang sudut matanya, lalu menggembungkan pipinya dan berkata, "Aku gambar sendiri tahi lalatnya.""Kakek kalah!" seru Jessie sambil tertawa terbahak-bahak.Dia tidak tahu bahwa Steven memang sengaja mengalah padanya. Melihat anak kecil ini bahagia, entah mengapa, Steven juga merasa bahagia.Mungkin karena su

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 24

    Claire menggigit ujung penanya sambil merenung cukup lama, tetapi dia masih belum mendapat inspirasi apa pun ...."Claire."Melihat Kayla muncul di luar pintunya, Claire meletakkan penanya dan berkata, "Nggak ada orang lain di sini, nggak perlu memanggilku dengan panggilan jijik seperti itu."Kalau biasanya, Kayla pasti sudah mengamuk. Namun, hari ini dia malah berkata dengan tenang, "Hari ini aku datang bukan untuk bertengkar denganmu. Aku tahu kemampuan bisnismu lebih hebat dariku."Kayla meletakkan dokumen di atas mejanya. "Kamu sendiri juga tahu kondisi Vienna sekarang. Kebetulan, ada seorang klien yang menawarkan platform untuk iklan. Boleh nggak, malam ini kamu ikut denganku untuk membahas kontrak ini?"Claire mengambil kontrak itu dan melihatnya. Seketika, dia tersenyum tipis. "Baiklah.""Kalau begitu, aku tunggu kamu mala mini." Ketika Kayla membalikkan badan, tatapannya terlintas cahaya dingin.Claire mengangkat alisnya melihat kontrak yang dibawakan Kayla. Dia ingin tahu, mem

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 25

    Gary tersenyum dan mengangguk. "Iya, setelah aku tahu Nona Claire kembali ke Perusahaan Vienna, aku secara khusus meminta kerja sama dengan kalian."Kayla mencibir, padahal usia Gary sudah hampir 50 tahun, anaknya dengan mantan istrinya juga sudah berusia 18 tahun.Kabarnya, mereka bercerai karena Gary punya banyak wanita simpanan di luar sana.Beberapa tahun lalu, setelah bertemu dengan Claire di pesta ulang tahun Rendy, Gary tidak bisa melupakan wanita itu.Dia bahkan mencari tahu tentang Claire dari Kayla. Oleh karena ini juga, Kayla menaruh obat di minuman Claire 6 tahun lalu untuk memberi kesempatan kepada Gary. Sayangnya, Gary melewatkan kesempatan ini."Demi aku?" Claire tersenyum, lalu berkata, "Aku terkejut mendengat Pak Gary begitu menghargaiku.""Claire, Pak Gary sangat mengagumi bakatmu." Sambil berbicara, Kayla memberikan segelas anggur kepada Gary, "Pak Gary, aku harus bersulang padamu. Terima kasih telah menyediakan platform iklan bagi Vienna dan bersedia membeli saham s

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 26

    Bagaimanapun, Gary tidak akan melepaskan kedua putri Keluarga Adhitama. Paling-paling, setelah Claire balik nanti, Gary akan menikmati keduanya!Setelah memberontak sejenak, efek obat mulai bekerja. Sekujur tubuh Kayla menjadi lemas hingga bersandar padanya.Gary membalikkan badan Kayla sambil berkata, "Ayo, sayangku."....Di toilet.Claire berlutut di depan kloset sambil mengorek tenggorokannya untuk memuntahkan semua jus itu. Setelah itu, dia berdiri dengan perlahan sambil memapah dinding."Sialan, dua-duanya diracuni!"Kelihatannya, Gary bukan hanya menargetkannya, tetapi juga menargetkan Kayla.Hehe, Kayla ingin mencelakakannya, tentu saja Claire tidak akan terkena jebakannya lagi. Biarkan wanita itu mendapat ganjaran atas perbuatannya sendiri!Claire membasuh wajahnya, dia hendak pergi dari tempat ini selagi kesadarannya masih jernih.Dia berjalan ke tepi jalan untuk memanggil taksi. Namun, semua taksi yang lewat sedang membawa pelanggan.Sementara itu, kepalanya mulai semakin pu

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 27

    Javier tidak pernah menyangka bahwa ternyata raut wajah wanita ini tampak begitu lembut ketika terlelap.Dia melihat bekas gigitan di tangan Claire dan bertanya dalam hati, 'Apakah dia sengaja menggunakan cara ini untuk mempertahankan kesadarannya setelah diracuni orang?'Padahal, dia kelihatannya sangat cerdik, tapi masih bisa dimanfaatkan orang?Jika malam ini dia tidak bertemu dengan Javier ataupun tidak berhasil kabur dari sana, bukankah dia sekarang ....Claire tiba-tiba mengernyit, bulut matanya tampak bergetar seakan-akan telah mengalami mimpi buruk."Jangan ...."Mendengar igauannya, Javier mendekat memanggilnya, "Claire?"Dalam mimpinya, Claire melihat pria dari 6 tahun lalu itu menyiksanya, tetapi wajahnya tidak terlihat sama sekali ....Begitu membuka matanya, Claire kaget melihat wajah yang muncul di hadapannya. Sontak, dia menjerit, "Ah!"Plak!"Ada apa, Tuan Javier?" tanya Roger sembari mendorong pintu dan masuk. Namun, ketika melihat ada bekas telapak tangan di wajah Jav

Bab terbaru

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2609

    Yura meneguk alkohol di gelas hingga tidak bersisa. Dia pun menuangkannya lagi hingga penuh.Kedua sahabatnya hendak menari. Mereka menarik Yura. Yura melambaikan tangannya. “Aku nggak mau ikut. Kalian saja.”“Kalau begitu, kamu tunggu kami di sini.”Mereka berdua berlari ke kerumunan. Yura menghabiskan semua alkohol di dalam botol. Kemudian, dia menyuruh pelayan untuk mengantar beberapa botol bir lagi. Dia memabukkan dirinya hendak meredakan rasa sakit di hati.Namun, tidak peduli berapa botol bir dihabiskan Yura, dia masih saja kepikiran dengan sosok Hiro. Hatinya terasa semakin penat lagi.Sepertinya karena minum kebanyakan, Yura berjalan ke toilet dengan terhuyung-huyung. Begitu memasuki bilik, dia langsung berjongkok dan muntah ke dalam kloset. Selesai muntah, dia pun kembali menangis.Yura berusaha menenangkan dirinya di dalam bilik toilet. Setelah keluar dari bilik, riasan di wajahnya sudah berantakan. Dia juga tidak mengindahkannya, langsung berjalan kembali ke tempat duduknya

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2608

    Yura dan dua sahabat lainnya sedang jalan-jalan di mal. Semua barang yang dilihat mereka adalah barang mewah.Saat mereka memasuki sebuah toko mewah dan hendak mencoba pakaian, Yura pun menemukan keberadaan Hiro. Salah seorang teman Yura bertanya, “Eh? Bukannya dia itu Tuan Hiro? Kenapa dia bisa ada di toko busana wanita?”Yura berjalan menghampiri Hiro. “Kenapa kamu bisa ada di sini?”Hiro tertegun sejenak, lalu memalingkan kepalanya. Belum sempat dia menjawab, seorang wanita berjalan keluar ruang ganti. “Kak Hiro, gimana dengan pakaian tadi? Cantik?”Yura melihat ke sisi wanita itu dan dia pun terbengong. Dari segi wajah dan juga tinggi badan, wanita yang berjalan keluar ruang ganti itu sungguh mirip dengan Jessie. Hati Yura bagai ditusuk sesuatu. Namun, dia tidak mengekspresikannya. “Dia ….”Saat Hiro belum menjawab, si wanita langsung merangkul lengan Hiro, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku kekasihnya Kak Hiro. Namaku Jeska Chia.”Jessie? Jeska? Sepertinya Yura memahami sesuatu.

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2607

    Ketika mendengar kabar ayahnya baik-baik saja, Ariel pun merasa tenang. Dia merangkul pundak Dessy, lalu membawanya ke area istirahat. “Kenapa kamu nggak telepon aku? Biar aku pergi menjemputmu?”“Nggak usah repot-repot. Nona pernah beri tahu aku alamatmu. Aku pun mencari sesuai dengan alamat itu. Tapi, aku nggak nyangka ternyata kalian sudah pindah. Untung saja lokasinya nggak jauh.”Setelah berjalan ke area istirahat, kebetulan Devin dan beberapa anggota lainnya berjalan keluar ruangan. Saat seorang anggota melihat Ariel merangkul seorang wanita berjalan ke area istirahat pekerja, dia pun tertegun. “Nona, siapa dia?”“Oh, dia itu sahabatku yang tinggal di Pulau Persia, namanya Dessy. Kami tumbuh besar bersama. Dia tergolong putri ayahku juga.”Dessy mengangguk kepada mereka dengan hormat. “Halo.”Dari luar, Dessy kelihatan lemah lembut, apalagi dia memiliki paras yang indah. Alhasil, para lelaki itu pun merasa agak canggung. “Salam kenal, Nona Dessy.”“Sudah dulu, biar aku jamu teman

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2606

    Ketika melihat Ariel yang terus melayaninya, Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Ada apa denganmu hari ini?”Ariel menggeser mangkuk ke hadapan Jodhiva. “Aku hanya masak makan malam saja. Memangnya kenapa?”Jodhiva pun tersenyum, lalu mencicipi sup masakan Ariel. “Sedikit asin.”“Oh, asin?” Ariel berdiri. “Kalau begitu, aku tambahkan sedikit air lagi.”Jodhiva meraih pergelangan tangan Ariel, lalu menatapnya. “Aku bohong. Memangnya kamu sendiri tidak mencobanya? Tidak asin, kok.”Ariel tidak berbicara.Jodhiva menarik Ariel untuk duduk di atas pangkuannya. Dia mengusap wajah Ariel, lalu berkata, “Kamu tidak usah memaksakan dirimu untuk melakukan hal yang tidak kamu sukai. Istriku tidak mesti bisa masak, kok.”Ariel memeluk Jodhiva, lalu menempelkan wajahnya di leher Jodhiva.Gerakan tangan Jodhiva terkaku sejenak. Dia pun membelai rambut Ariel. “Ada apa?”Suara Ariel sangat kecil. “Kamu yang cariin tempat baru untuk buka balai, ‘kan? Dasar pembohong!”Jodhiva terdiam lagi. Dia tidak me

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2605

    Ariel memang tidak mengancam mereka.Mana mungkin Ariel melakukan hal seperti itu?Yogi juga tidak mengatakan apa-apa lagi.Satu minggu kemudian, balai seni bela resmi pindah ke tempat baru. Selain ruang pribadi Yogi di lantai tiga, lantai satu dan dua sudah disusun dengan rapi. Mereka pun sudah bisa mulai beroperasi.Pada hari ini, Riko dan Hendra membawa anggotanya untuk ikut meramaikan. Mereka juga membawa banyak papan bunga dipajang di depan pintu untuk memberi ucapan selamat atas pembukaan balai mereka. Suasana terasa sangat meriah.Ariel melihat orang-orang yang keluar-masuk untuk memindahkan barang dan juga anggota yang sedang sibuk di dalam ruangan, tiba-tiba dia merasa sangat gembira. Sebab, semuanya terlihat sangat kompak.Tiba-tiba pandangan Ariel tertuju pada mobil yang berhenti di luar sana. Jendela kaca pintu baris belakang diturunkan. Orang yang duduk di dalam mobil adalah Jodhiva.“Kak, mau dipindahkan ke mana?” tanya Hendra. Ariel menoleh untuk melihat peralatan yang c

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2604

    Tidak mungkin! Balai seni bela diri ini adalah jerih payah Bos Yogi!“Bukan mau ditutup.” Yogi menjelaskan dengan perlahan, “Tapi mau pindah.”“Pin … pindah?” Devin merasa kaget.Yogi mengangguk, lalu memalingkan kepalanya untuk melihat mereka. Kali ini, dia tidak bisa tersenyum lagi. “Ganti lingkungan baru.”“Jangan-jangan kita dikomplain sama mereka? Tapi, kita mau pindah ke mana? Kita sudah di sini selama 10 tahun. Lagi pula, apa ada tempat yang lebih bagus dari sini?”Tidak lama kemudian, Devin pun tertampar dengan ucapannya. Mereka tiba di depan pintu gedung baru yang memiliki tiga lantai. Tempat ini lebih luas berkali-kali lipat daripada balai mereka sebelumnya!“Bos, besar sekali!”“Iya, lokasinya juga cukup bagus. Yang paling penting, tempat ini menghadap jalan raya. Lokasinya sangat mencolok dan gampang untuk ditemukan. Begitu keluar dari kereta bawah tanah, langsung bisa melihat balai kita.”Tadinya mereka semua khawatir lokasi balai baru tidak sebagus balai sebelumnya. Siapa

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2603

    Saat Ariel hendak pergi, Yogi menghentikannya, “Sebentar.”Ariel memalingkan kepalanya dengan tersenyum. “Apa kamu setuju untuk pindah?”Yogi meletakkan gelasnya. “Aku hanya ingin bertanya, kenapa kamu ingin membantuku?”Ariel tertegun sejenak, lalu menjawab dengan perlahan, “Mungkin karena aku menganggapmu sebagai temanku.”Yogi merasa syok. “Teman?”“Iya, Yogi, kamu itu temanku. Berhubung aku menganggapmu sebagai temanku, tentu saja aku mesti setia kawan.”Usai berbicara, Ariel meninggalkan ruang kerja.Yogi menunduk dengan tersenyum. Teman … sepertinya hubungan itu lumayan bagus.Di sisi lain, Sulivan dan Emiko melihat gadis berambut merah mengembalikan segepok uang tunai kepada mereka. Mereka berdua saling bertukar pandang. Ekspresi bingung terlukis di atas wajah mereka.“Ambillah! Ke depannya aku nggak akan cari masalah sama kalian lagi. Aku kembalikan uang kepada kalian.” Si Rambut Merah menyerahkan uang ke tangan Emiko. Kemudian, dia mengenakan helm, lalu mengendarai sepeda moto

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2602

    “Emm?”“Kata Devin, tadinya pemilik toko nggak berencana sewa tempat kepada Yogi untuk buka balai seni bela diri. Yogi yang membujuk pemilik toko hingga dia setuju. Tapi, Devin nggak beri tahu aku masalah batas waktu sewa toko mereka.”Ariel berpikir sejenak. “Tadi, pemilik bilang sama aku kalau mereka hanya sewa 15 tahun saja. Sekarang hanya sisa 5 tahun lagi. Bukannya itu berarti nggak peduli balai seni bela dirinya bikin masalah atau nggak, pada akhirnya balai itu juga mesti ditutup?”Jodhiva memutar bola matanya. Dia tidak berbicara sama sekali.Ariel melingkari leher Jodhiva, lalu mendekati wajah si pria. “Tuan tanah itu juga menawarkan aku untuk melihat tempat yang lebih baru dan juga besar. Lokasinya bahkan sangat bagus kalau dibandingkan dengan lokasi balai seni bela diri yang sekarang.”“Menurutmu, meski klinik kecantikan yang sudah menyewa selama enam tahun mengakhiri masa sewanya, seharusnya ada yang akan lanjut menyewa tempat sebagus itu, ‘kan? Tapi tempat itu malah dibiark

  • Kembar Tiga: Ayah Presdir untuk Ibu   Bab 2601

    Usai berbicara, Riko melanjutkan lagi, “Tapi kamu tenang saja. Aku bisa bayar separuh.” Kemudian, Riko melihat ke sisi Hendra. “Kenapa kamu malah diam?”Hendra juga menunjukkan sikap royalnya. “Tenang saja. Aku masih sanggup untuk mengeluarkan uang satu miliar.”Ketika Ariel mendengar mereka berdua sedang membahas soal pembagian porsi pembayaran toko, dia langsung tertawa sembari melipat kedua lengan di depan dada. Saat menoleh, dia melihat mereka berdua. “Nggak disangka, kalian cukup setia kawan juga.”Riko berkata, “Aku sudah menganggapmu sebagai kakakku. Bukannya sudah seharusnya aku bersikap seperti ini?”Ariel menepuk lengannya. “Bagus! Mulai sekarang, kita lupakan apa yang pernah terjadi sebelumnya. Ke depannya ada aku yang akan melindungi kalian berdua.”Riko dan Hendra saling bertukar pandang, lalu berkata dengan serempak, “Baik, Kak!”Di Grup Angkasa.Jodhiva sedang duduk di depan meja kerja sembari membaca dokumen. Pada saat ini, dia menerima sebuah pesan masuk di ponselnya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status