Bagaimana Claire bisa memiliki sketsa yang sama seperti yang diberikan Franklin? Bahkan, tanggal pembuatan sketsa itu bahkan lebih dulu daripada tanggal sketsa diberikan Franklin?“Kayla, sebenarnya apa yang terjadi?” Imelda mulai merasa gugup.Kayla mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Franklin. Namun, ponsel Franklin dalam keadaan tidak aktif. Kali ini, Kayla pun merasa syok!Kemudian, Kayla segera mengunggah klarifikasi mendorong semua kesalahan ke diri Franklin. Dia juga menyebutkan bahwa Franklin adalah desainer perhiasan Perusahaan Himalaya.Tak sampai hitungan jam, Perusahaan Himalaya juga melakukan pernyataan di Facebook.[ @PerusahaanHimalaya: Perusahaan kami tidak memiliki desainer yang bernama Franklin dan tidak pernah bekerja sama dengan Perusahaan Vienna. Semoga Perusahaan Vienna bisa menyelidiki latar belakang desainer terlebih dahulu sebelum menandatangani kontrak kerja sama. Sekian dan terima kasih. ]Dengan pernyataan yang diunggah Perusahaan Himalaya, Kayla kembal
Tatapan Javier tertuju pada layar komputer. Kebetulan tampak rekaman Rendy sedang meminta maaf. Javier pun mengerutkan keningnya, lalu memijat pundak Claire dengan pelan. Seandainya gambaran ini dilihat oleh orang lain, sepertinya semua orang akan terbengong melongo.Tuan Muda Javier yang berstatus agung itu malah memijat pundak seorang wanita?Tiba-tiba Javier bersuara, “Bagaimana kalau aku temani kamu untuk pulang ke Kediaman Adhitama?”“Maaf, ya, Keluarga Adhitama nggak menyambutku. Kalau kamu ingin ke rumah, kamu cari Kayla sana …. Uhm!”Sakit sekali! Kenapa si berengsek ini kasar sekali!Javier mencondongkan tubuhnya mendekatkan wajahnya ke samping telinga Kayla. “Aku tahu kamu lagi cemburu. Tenang saja, aku tidak pernah mengajak Kayla untuk pulang ke rumahnya. Jadi, kamu masih menang!”“Hehe, sebelumnya siapa yang malam-malam meninggalkanku di tengah jalan?”Javier menggigit erat bibirnya, lalu memutar kursi Claire. Kedua tangannya memegang pundak Claire. “Gimana kalau kamu tingg
Tatapan Liliana terlihat sangat tajam.Sementara, raut wajah Kayla telah memucat. “Tante, aku tahu aku nggak bisa dibandingkan dengan Ibu. Tante juga tahu sendiri ibuku meninggal di saat aku masih kecil, aku ….”“Sudahlah.” Terlihat rasa tidak sabar dari ekspresi Liliana. “Kelak kamu cukup tahu batasan saja. Jangan sampai mempermalukan nama ibumu! Kakekmu pasti tidak suka melihat sikapmu yang pengecut seperti ini. Wanita dari Keluarga Gufree itu sangatlah tegas, tidak seperti kamu ini.”“Benar apa kata Tante.” Kayla diam-diam mengepal kedua tangannya.Sialan! Jika bukan karena kedudukan dan status Keluarga Gufree, apa perlu Kayla menerima semua hinaan ini?“Kalau tidak ada urusan lagi, kamu pulang sana. Aku sudah capek, mau istirahat.”Liliana pun berdiri, lalu menaiki tangga.Kayla meninggalkan Kediaman Kenata dengan wajah murung. Sikap Liliana terhadapnya membuat dirinya merasa tidak tenang. Bahkan, Liliana juga mulai mencurigainya.Tidak, Kayla tidak boleh tinggal diam. Dengan tidak
Raut wajah Gabriana terlihat sangat canggung. Dia hanya bisa berkata, “Namanya juga Nenek sudah tua. Mata Nenek rabun.”Gabriana juga bingung kenapa cucu murahannya ini bisa membawa Javier ke rumah? Bukankah Kayla yang memiliki hubungan baik dengan Javier?Berbeda dengan Gabriana dan Imelda, Lucy malah terus melirik Javier. Lelaki ini sungguh tampan. Sepertinya dia lebih tampan berkali-kali lipat daripada lelaki-lelaki yang pernah ditemuinya.“Claire.”Rendy yang sedang menuruni tangga melihat gambaran ini, dia pun merasa kaget. Dia mengira Claire tidak akan bersedia untuk pulang lagi ….“Aku bawa Tuan Javier untuk makan di rumah. Nggak boleh, ya?”Ketika Claire melihat ayahnya, dia sungguh kaget lantaran ayahnya terlihat sangat lesu. Bahkan, rambutnya juga mulai beruban.Belum sempat Rendy menjawab, Gabriana langsung melangkah maju. “Tentu saja boleh. Kami Keluarga Adhitama malah merasa terhormat bisa mengundang Tuan Javier untuk makan bersama kami.”Selesai berbicara, Gabriana menyur
“Tuan Javier, apa hubunganmu dengan Claire?” tanya Gabriana.Javier membalas dengan tatapan tenang, “Claire adalah calon istriku. Apa ada masalah?”Calon istri?Gabriana sungguh terkejut! Tak disangka wanita yang bisa mendapatkan hati Javier adalah cucu murahannya, si Claire?“Claire, kamu bahkan telah bertunangan dengan Tuan Javier. Kenapa kamu tidak beri tahu kami?”“Aku nggak ingin merepotkan kalian.” Claire mendengus dingin. Jika bukan karena status Javier, apa mungkin Gabriana akan bersikap selembut ini?“Jadi, kapan kamu ingin menikah denganku?” Pertanyaan Javier ini membuat Claire hampir tersedak. Dia memalingkan kepalanya untuk melihat Javier. Pertanyaan apa itu? Bukankah Claire sedang bersandiwara?“Claire, kamu juga tidak muda lagi, sudah waktunya untuk menikah. Apalagi Tuan Javier begitu menyukaimu, tunggu apa lagi?”Seandainya wanita murahan ini menikah dengan Tuan Javier, dengan latar belakang keluarganya, mahar pernikahan Claire pasti akan sangat banyak. Nantinya, Gabrian
Selesai makan, Gabriana mengajak Claire dan Javier untuk bermalam di rumah. Awalnya Claire ingin menolak, tetapi Javier malah menyetujuinya.Melihat Javier bersedia untuk tinggal di rumah, tentu saja Gabriana merasa gembira. “Tuan, kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa beri tahu kami. Anggap saja rumah ini sebagai rumahmu sendiri.”Javier tidak menggubrisnya. Gabriana terpaksa tersenyum untuk menyingkirkan rasa canggungnya.Awalnya Claire ingin mengatakan sesuatu, tapi Javier malah melihatnya. “Aku ingin melihat kamar yang kamu tempati dulu.”Kamar yang dulu?Claire pun terkejut. Dia sudah meninggalkan Kediaman Adhitama selama enam tahun. Sejak saat itu, dia pun tidak pernah tinggal di rumah.Rendy pun berkata dengan perlahan, “Kamar Claire masih ada di tempat dulu. Sekarang aku akan suruh pelayan untuk membersihkannya.”Beberapa saat kemudian, Claire pergi ke kamar yang ditempatinya dulu. Dekorasi di dalam kamar memang sama seperti dulu. Barang-barangnya juga tidak dipindahkan. Hanya sa
“Javier nggak bawa baju tidur. Aku datang untuk pinjam sama Ayah ….”Rendy pun tersenyum. “Beberapa hari lalu, Ayah baru beli satu, masih belum pernah dipakai. Ayah ambilkan buat kamu.”Kemudian, Rendy menyerahkan baju tidur tersebut kepada Claire. Saat Claire hendak berjalan pergi, Rendy pun keluar untuk memanggilnya, “Claire.”Claire menoleh. “Ada apa?”“Ayah bersalah sama kamu.”“Emm, nggak apa-apa.” Claire menunduk tidak melihat ekspresi Rendy, lalu kembali ke kamarnya.Hati Rendy terasa sangat penat. Meskipun dia tahu putrinya masih tidak bersedia untuk memaafkannya, dia sudah cukup puas karena Claire masih bersedia memanggilnya “Ayah”.Saat Claire kembali ke kamarnya, dia melihat ada seorang wanita sedang berdiri di depan pintu. Orang itu tak lain adalah Lucy.Lucy tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada Javier. Dia terlihat sangat malu dan gembira. Tentu saja ekspresinya itu tertangkap basah oleh Claire. Dia tahu Lucy memendam perasaan terhadap Javier.Javier memalingkan ke
Javier tidak berencana melakukan gerakan selanjutnya lagi. Dia hanya ingin tidur sambil memeluk Claire saja. “Tidurlah.”Merasakan napas hangat dari si lelaki, entah kenapa Claire merasa lega dan mulai mengantuk.…Claire dan Javier turun ke lantai bawah. Saat ini, Rendy sudah selesai mempersiapkan sarapan. Dia pun tersenyum kepada mereka. “Sudah bangun, ya? Makan dulu baru pulang.”Baru saja Claire duduk di depan meja makan, tampak Lucy yang merias dirinya dengan sangat cantik turun bersama Gabriana.“Claire, bagaimana tidurmu dengan Tuan Javier semalam?”Pertanyaan Gabriana yang penuh dengan antusias dijawab Claire dengan tidak acuh. “Emm, biasa.”Gabriana memberi isyarat mata terhadap Lucy. Dia pun tersenyum, lalu duduk di samping Claire. “Kak, apa aku boleh duduk di sini?”“Terserah kamu,” balas Claire.Lucy pun duduk di sampingnya dan bertanya dengan nada bersahabat, “Kak, aku baru saja datang ke ibu kota, aku masih asing dengan semua ini. Maksud Nenek, gimana kalau Kak Claire baw
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me