Tatapan Liliana terlihat sangat tajam.Sementara, raut wajah Kayla telah memucat. “Tante, aku tahu aku nggak bisa dibandingkan dengan Ibu. Tante juga tahu sendiri ibuku meninggal di saat aku masih kecil, aku ….”“Sudahlah.” Terlihat rasa tidak sabar dari ekspresi Liliana. “Kelak kamu cukup tahu batasan saja. Jangan sampai mempermalukan nama ibumu! Kakekmu pasti tidak suka melihat sikapmu yang pengecut seperti ini. Wanita dari Keluarga Gufree itu sangatlah tegas, tidak seperti kamu ini.”“Benar apa kata Tante.” Kayla diam-diam mengepal kedua tangannya.Sialan! Jika bukan karena kedudukan dan status Keluarga Gufree, apa perlu Kayla menerima semua hinaan ini?“Kalau tidak ada urusan lagi, kamu pulang sana. Aku sudah capek, mau istirahat.”Liliana pun berdiri, lalu menaiki tangga.Kayla meninggalkan Kediaman Kenata dengan wajah murung. Sikap Liliana terhadapnya membuat dirinya merasa tidak tenang. Bahkan, Liliana juga mulai mencurigainya.Tidak, Kayla tidak boleh tinggal diam. Dengan tidak
Raut wajah Gabriana terlihat sangat canggung. Dia hanya bisa berkata, “Namanya juga Nenek sudah tua. Mata Nenek rabun.”Gabriana juga bingung kenapa cucu murahannya ini bisa membawa Javier ke rumah? Bukankah Kayla yang memiliki hubungan baik dengan Javier?Berbeda dengan Gabriana dan Imelda, Lucy malah terus melirik Javier. Lelaki ini sungguh tampan. Sepertinya dia lebih tampan berkali-kali lipat daripada lelaki-lelaki yang pernah ditemuinya.“Claire.”Rendy yang sedang menuruni tangga melihat gambaran ini, dia pun merasa kaget. Dia mengira Claire tidak akan bersedia untuk pulang lagi ….“Aku bawa Tuan Javier untuk makan di rumah. Nggak boleh, ya?”Ketika Claire melihat ayahnya, dia sungguh kaget lantaran ayahnya terlihat sangat lesu. Bahkan, rambutnya juga mulai beruban.Belum sempat Rendy menjawab, Gabriana langsung melangkah maju. “Tentu saja boleh. Kami Keluarga Adhitama malah merasa terhormat bisa mengundang Tuan Javier untuk makan bersama kami.”Selesai berbicara, Gabriana menyur
“Tuan Javier, apa hubunganmu dengan Claire?” tanya Gabriana.Javier membalas dengan tatapan tenang, “Claire adalah calon istriku. Apa ada masalah?”Calon istri?Gabriana sungguh terkejut! Tak disangka wanita yang bisa mendapatkan hati Javier adalah cucu murahannya, si Claire?“Claire, kamu bahkan telah bertunangan dengan Tuan Javier. Kenapa kamu tidak beri tahu kami?”“Aku nggak ingin merepotkan kalian.” Claire mendengus dingin. Jika bukan karena status Javier, apa mungkin Gabriana akan bersikap selembut ini?“Jadi, kapan kamu ingin menikah denganku?” Pertanyaan Javier ini membuat Claire hampir tersedak. Dia memalingkan kepalanya untuk melihat Javier. Pertanyaan apa itu? Bukankah Claire sedang bersandiwara?“Claire, kamu juga tidak muda lagi, sudah waktunya untuk menikah. Apalagi Tuan Javier begitu menyukaimu, tunggu apa lagi?”Seandainya wanita murahan ini menikah dengan Tuan Javier, dengan latar belakang keluarganya, mahar pernikahan Claire pasti akan sangat banyak. Nantinya, Gabrian
Selesai makan, Gabriana mengajak Claire dan Javier untuk bermalam di rumah. Awalnya Claire ingin menolak, tetapi Javier malah menyetujuinya.Melihat Javier bersedia untuk tinggal di rumah, tentu saja Gabriana merasa gembira. “Tuan, kalau kamu butuh sesuatu, kamu bisa beri tahu kami. Anggap saja rumah ini sebagai rumahmu sendiri.”Javier tidak menggubrisnya. Gabriana terpaksa tersenyum untuk menyingkirkan rasa canggungnya.Awalnya Claire ingin mengatakan sesuatu, tapi Javier malah melihatnya. “Aku ingin melihat kamar yang kamu tempati dulu.”Kamar yang dulu?Claire pun terkejut. Dia sudah meninggalkan Kediaman Adhitama selama enam tahun. Sejak saat itu, dia pun tidak pernah tinggal di rumah.Rendy pun berkata dengan perlahan, “Kamar Claire masih ada di tempat dulu. Sekarang aku akan suruh pelayan untuk membersihkannya.”Beberapa saat kemudian, Claire pergi ke kamar yang ditempatinya dulu. Dekorasi di dalam kamar memang sama seperti dulu. Barang-barangnya juga tidak dipindahkan. Hanya sa
“Javier nggak bawa baju tidur. Aku datang untuk pinjam sama Ayah ….”Rendy pun tersenyum. “Beberapa hari lalu, Ayah baru beli satu, masih belum pernah dipakai. Ayah ambilkan buat kamu.”Kemudian, Rendy menyerahkan baju tidur tersebut kepada Claire. Saat Claire hendak berjalan pergi, Rendy pun keluar untuk memanggilnya, “Claire.”Claire menoleh. “Ada apa?”“Ayah bersalah sama kamu.”“Emm, nggak apa-apa.” Claire menunduk tidak melihat ekspresi Rendy, lalu kembali ke kamarnya.Hati Rendy terasa sangat penat. Meskipun dia tahu putrinya masih tidak bersedia untuk memaafkannya, dia sudah cukup puas karena Claire masih bersedia memanggilnya “Ayah”.Saat Claire kembali ke kamarnya, dia melihat ada seorang wanita sedang berdiri di depan pintu. Orang itu tak lain adalah Lucy.Lucy tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada Javier. Dia terlihat sangat malu dan gembira. Tentu saja ekspresinya itu tertangkap basah oleh Claire. Dia tahu Lucy memendam perasaan terhadap Javier.Javier memalingkan ke
Javier tidak berencana melakukan gerakan selanjutnya lagi. Dia hanya ingin tidur sambil memeluk Claire saja. “Tidurlah.”Merasakan napas hangat dari si lelaki, entah kenapa Claire merasa lega dan mulai mengantuk.…Claire dan Javier turun ke lantai bawah. Saat ini, Rendy sudah selesai mempersiapkan sarapan. Dia pun tersenyum kepada mereka. “Sudah bangun, ya? Makan dulu baru pulang.”Baru saja Claire duduk di depan meja makan, tampak Lucy yang merias dirinya dengan sangat cantik turun bersama Gabriana.“Claire, bagaimana tidurmu dengan Tuan Javier semalam?”Pertanyaan Gabriana yang penuh dengan antusias dijawab Claire dengan tidak acuh. “Emm, biasa.”Gabriana memberi isyarat mata terhadap Lucy. Dia pun tersenyum, lalu duduk di samping Claire. “Kak, apa aku boleh duduk di sini?”“Terserah kamu,” balas Claire.Lucy pun duduk di sampingnya dan bertanya dengan nada bersahabat, “Kak, aku baru saja datang ke ibu kota, aku masih asing dengan semua ini. Maksud Nenek, gimana kalau Kak Claire baw
Gabriana pun merasa malu hingga hampir meluapkan emosinya.Ucapan Claire tadi juga terdengar tidak nyaman di hati Lucy. Hanya saja, demi mendekati Tuan Javier, dia pun menyetujuinya, “Kak, aku … aku orangnya sangat bodoh. Semoga Kak Claire dan Kak Javier bisa lebih sabar dalam mengajariku.”Claire pun tersenyum. “Aku orangnya sangat tegas.”Lucy terdiam.Javier menatap Claire yang sedang melawan Lucy, entah kenapa dia malah tersenyum. Istrinya yang ingin menjebak orang lain kelihatan sangat imut.…Keinginan Lucy pun terkabulkan. Dia berhasil bekerja di Grup Angkasa. Lucy menatap gedung yang mewah dan besar ini, alhasil dia merasa sangat antusias.Tak disangka perusahaan Javier akan sebesar ini. Dia memang adalah keluarga konglomerat di ibu kota.Hmph! Asalkan Lucy bisa bekerja di sini, cepat atau lambat Javier pasti akan memperhatikan dirinya!Lucy dan Claire datang ke lantai 16. Dia mengamati sekeliling, lalu bertanya, “Kak Claire, apa Kak Javier nggak kerja di sini?”Claire pun mena
Claire tersenyum. “Sepertinya Tuan Javier sakit hati? Kalau begitu, aku akan pindahin dia ke kantormu.”Javier juga ikut tersenyum. Dia berjalan ke sisi Claire, lalu memeluk pinggangnya, menindih Claire ke sisi pintu. “Kamu yakin kamu tidak cemburu?”Claire menatap Javier dengan tatapan datar. Dia hanya tidak suka melihat Lucy yang sok lemah lembut itu. Ditambah lagi, memangnya kenapa kalau Lucy bekerja di studionya?Jadi, Claire menepis tangan Javier. “Jangan memelukku terus! Nggak enak kalau dilihatin orang lain.”“Biarkan saja.”Selesai berbicara, si lelaki langsung menyerang bibir indah Claire. Claire emosi langsung menggigitnya. “Javier, aku harap kamu bisa jaga sikapmu!”Javier malah mengusap belakang kepala Claire, lalu kembali menguasai bibir delima itu. Saat ini, Javier dapat merasakan bahwa wanita ini sudah terbiasa dengan ciumannya ….“Uhm ….” Claire menarik lengan si lelaki, tetapi pelukan Javier malah semakin erat lagi. Ciuman Javier hari ini lebih lincah daripada sebelumn
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai
Dessy juga berkata, “Iya, Nona. Kami semua ada di luar untuk menemanimu.”Ariel melihat ke sisi Jodhiva. Jodhiva mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yang menempel di pipi Ariel. “Ariel sudah bekerja keras.”…Kabar Ariel melahirkan anak kembar telah tersebar sampai ke luar negeri. Jessie dan Jules langsung menelepon Jodhiva untuk memberi ucapan selamat.Setelah menutup telepon, Jodhiva membawa Ariel ke ruangan kaca untuk melihat kedua bayi itu.Ariel bersandar di jendela, menatap dua makhluk kecil yang masih keriput itu. Dia spontan tersenyum. “Mereka kecil sekali …. Kalau sudah besar nanti, pasti bakal mirip sama kamu.”Kalau anak-anak mirip ayah mereka, mereka berdua pasti akan sangat tampan.Jodhiva tersenyum dengan pelan, lalu merangkul bahunya. “Apa kamu mau istirahat?”“Nggak mau. Aku mau lihat mereka.”“Oke, kalau begitu, aku temani kamu.”Setelah selesai melihat anak-anak, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka menyadari Jerremy dan Dacia datang dengan membawa banyak su
“Le … Levin?” panggil Yunita dengan suara kecil. Dia juga mengangkat tangan untuk mendorong Levin, tetapi dia tidak merespons sama sekali, tidurnya sangat nyenyak.Kali ini, giliran Yunita yang tidak bisa tidur. Dia hanya bisa bertahan hingga pagi hari.Saat matahari mulai bersinar, kegelapan di dalam kamar sudah mulai menghilang. Saat Levin membuka matanya dan melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, dia spontan tertegun.Levin mengangkat kepalanya dan langsung menarik napas dalam-dalam. Selagi Yunita masih belum bangun, dia segera memindahkan tangannya dengan perlahan.“Pose tidurmu memang keren sekali.” Entah sejak kapan Yunita bangun. Dia sedang menatap Levin.Levin langsung duduk di tempat. Dia menekan keningnya dengan membelakangi Yunita. “Aku … aku sudah terbiasa untuk tidur sendirian.”Yunita juga ikut berdiri. Berhubung terus mempertahankan satu pose saja, lengannya terasa pegal. Dia menatap Levin. “Aku pergi mandi dulu.”Setelah Yunita memasuki kamar mandi, Levin langs