Gabriana pun merasa malu hingga hampir meluapkan emosinya.Ucapan Claire tadi juga terdengar tidak nyaman di hati Lucy. Hanya saja, demi mendekati Tuan Javier, dia pun menyetujuinya, “Kak, aku … aku orangnya sangat bodoh. Semoga Kak Claire dan Kak Javier bisa lebih sabar dalam mengajariku.”Claire pun tersenyum. “Aku orangnya sangat tegas.”Lucy terdiam.Javier menatap Claire yang sedang melawan Lucy, entah kenapa dia malah tersenyum. Istrinya yang ingin menjebak orang lain kelihatan sangat imut.…Keinginan Lucy pun terkabulkan. Dia berhasil bekerja di Grup Angkasa. Lucy menatap gedung yang mewah dan besar ini, alhasil dia merasa sangat antusias.Tak disangka perusahaan Javier akan sebesar ini. Dia memang adalah keluarga konglomerat di ibu kota.Hmph! Asalkan Lucy bisa bekerja di sini, cepat atau lambat Javier pasti akan memperhatikan dirinya!Lucy dan Claire datang ke lantai 16. Dia mengamati sekeliling, lalu bertanya, “Kak Claire, apa Kak Javier nggak kerja di sini?”Claire pun mena
Claire tersenyum. “Sepertinya Tuan Javier sakit hati? Kalau begitu, aku akan pindahin dia ke kantormu.”Javier juga ikut tersenyum. Dia berjalan ke sisi Claire, lalu memeluk pinggangnya, menindih Claire ke sisi pintu. “Kamu yakin kamu tidak cemburu?”Claire menatap Javier dengan tatapan datar. Dia hanya tidak suka melihat Lucy yang sok lemah lembut itu. Ditambah lagi, memangnya kenapa kalau Lucy bekerja di studionya?Jadi, Claire menepis tangan Javier. “Jangan memelukku terus! Nggak enak kalau dilihatin orang lain.”“Biarkan saja.”Selesai berbicara, si lelaki langsung menyerang bibir indah Claire. Claire emosi langsung menggigitnya. “Javier, aku harap kamu bisa jaga sikapmu!”Javier malah mengusap belakang kepala Claire, lalu kembali menguasai bibir delima itu. Saat ini, Javier dapat merasakan bahwa wanita ini sudah terbiasa dengan ciumannya ….“Uhm ….” Claire menarik lengan si lelaki, tetapi pelukan Javier malah semakin erat lagi. Ciuman Javier hari ini lebih lincah daripada sebelumn
Imelda tahu putrinya juga menyukai Javier. Dia segera membujuk, “Sekarang kamu tidak usah pedulikan masalah Javier dulu. Asalkan kamu bisa menduduki posisi nona muda dari Keluarga Gufree, mana mungkin Javier tidak menyukaimu?”Ketika mengungkit masalah ini, Kayla pun menarik tangan ibunya. “Ibu, benar apa katamu. Aku harus membuat Keluarga Gufree mengira aku adalah putrinya Vina. Tapi aku harus mengambil rambut wanita murahan itu untuk melakukan tes DNA.”Imelda tersenyum sinis. “Gampang! Sekarang Lucy lagi di Grup Angkasa, suruh dia saja. Nanti si Claire juga tidak akan mencurigai kita.”Lucy yang tidak pernah melakukan pekerjaan berat itu malah didistribusikan di gudang. Dia merasa kesal dan juga menderita. Menjengkelkan sekali! Pasti Claire sengaja melakukannya!Pada saat ini, Lucy menerima panggilan dari Tante Imelda. Tanpa berpikir panjang, dia langsung mencurahkan kekesalannya terhadap Imelda.Imelda berlagak sedang menghiburnya, “Sudahlah, Lucy, kamu jangan marah lagi! Lagi pula
Claire berkata, “Kalau Imelda benar-benar melahirkan anak laki-laki, sepertinya Bu Gabriana akan sangat gembira. Bisa jadi dia akan semakin memanjakan cucu laki-lakinya itu. Kedudukan Imelda di Keluarga Adhitama juga akan berubah.”Tante Imelda menginginkan anak laki-laki?Lucy terlihat sangat kaget. Dia tahu neneknya lebih memprioritaskan anak laki-laki ketimbang anak perempuan. Di Kota Jimbar, adik laki-laki Lucy yang tidak berguna itu selalu diprioritaskan oleh Gabriana. Pada saat usia Lucy masih kecil, dia juga disuruh untuk mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, sedangkan adiknya tidak perlu melakukan apa-apa.Hanya di saat Lucy sudah beranjak dewasa dan sudah menginjak umur untuk berumah tangga, Nenek Gabriana baru bersikap baik terhadapnya. Dia berharap Lucy bisa menikah dengan anak orang kaya untuk menyokong karier adiknya.Hanya saja, Nenek Gabriana tidak tahu bahwa Lucy memang ingin menikah dengan anak orang kaya, tetapi dia tidak ingin membantu adiknya. Dia malah ingin terlep
“Dia bersedia untuk melakukan tes DNA.” Liliana membalikkan kepalanya untuk melihat Louis. “Nanti setelah hasilnya keluar, meski kamu tidak bisa menerimanya, kamu tetap harus menerimanya.”Louis mengangkat-angkat pundaknya. Sejak Kayla memarahi dua bocah cilik di restoran dan menyiram kopi ke tubuh orang lain, kesan Louis terhadapnya sangatlah buruk.Sebelumnya Louis pernah mendengar masalah Tante Vina. Dengan didikan Vina, mana mungkin dia akan melahirkan anak yang begitu tidak sopan santun?Hanya saja, jika benar semuanya seperti yang dikatakan sang ibu, hasil tes DNA memang menyatakan bahwa Kayla adalah adik sepupunya, kesan Louis terhadapnya juga tidaklah baik.“Bagaimana hasil pemeriksaanmu mengenai Desainer Zora?”Louis langsung berdiri tegak. “Dia adalah desainer perhiasan mewah, nama aslinya adalah Claire. Sepertinya dia memiliki hubungan dengan Tuan Javier.”Tatapan Liliana menjadi muram. “Ternyata dia orangnya?”Kayla pernah bercerita sebelumnya, dia memiliki adik tiri yang b
“Kakek, apa kamu merindukan kami?” tanya Jessie dengan mengedipkan matanya.“Apa masih perlu ditanya? Tentu saja Kakek sangat merindukan kalian.” Steven menyentil hidung mancung si kecil sambil menatapnya dengan tatapan manja.Ini adalah pertama kalinya Jerry datang ke sini. Jadi, dia sangatlah asing dengan rumah ini. “Kakek, rumahmu cantik sekali.”Steven pun tertawa terbahak-bahak. “Haha, ini juga rumah kalian.”Pembantu membawa Claire ke kamarnya. Dekorasi interior kamar sangatlah modern. Pemandangan di luar jendela sana juga sangatlah indah dan tenang. Dari dalam kamar, dapat terlihat gunung buatan dan bambu di dalam pekarangan.Saat ini, ponsel Claire berdering. Itu adalah panggilan dari ayahnya. Claire berjalan ke sisi jendela, lalu mengangkat panggilan tersebut, “Ayah?”“Claire, beberapa hari ini aku mengemas barang-barang peninggalan ibumu. Nanti kalau kamu menginginkannya, aku akan serahkan kepadamu.”Barang peninggalan ibu? Selama ini, Claire mengira Rendy tidak menyimpan bar
“Memangnya kenapa kalau nampak? Apa ada yang aneh?” Claire tersenyum sambil mengangkat-angkat pundaknya.Tatapan Javier berubah tajam. Dia berjalan melewati sisi Claire, lalu berbicara dengan nada datar, “Oh, sepertinya kamu juga tidak peduli.” Kalau begitu, Javier juga tidak perlu menjelaskannya.Claire tertegun di tempat. Ucapan Javier tadi bagai duri yang menancap di hatinya. Dia merasa sangat tidak nyaman.Kedua tangan Claire dikepal erat. Betul! Claire tidak memedulikannya! Tidak ada hubungan apa-apa di antara Claire dengan Javier ….Saat ini, ketiga bocah sedang mengintip dari celah pintu. Sepertinya hubungan ayah dan ibu mereka sedang di ujung tanduk!Steven berdiri di belakang ketiga bocah, lalu menepuk-nepuk kepala mereka.Kemudian, ketiga bocah pun bersuara, “Kakek, bagaimana kalau Ibu tidak menerima Ayah?”“Permasalahannya ada di diri ibu kalian. Kakek juga tidak tahu kenapa dia tidak bersedia untuk menerimanya, mungkin karena merasa tidak aman.”Steven juga tidak tahu apa y
Claire pun tertegun. Dia tersenyum dengan canggung. “Paman, aku nggak lagi salah paham.”“Aku cuma ingin beri tahu kamu, Yvonne tidak suka dengan Javier. Kalau kamu berhubungan dengan gadis itu, aku yakin kamu juga akan menyukainya.”Jerry berkata, “Iya, Bu. Tante Yvonne orangnya baik sekali. Hanya saja, dia agak galak dan suaranya agak besar.”Claire pun hanya tersenyum saja. Jika Claire melanjutkannya lagi, sepertinya mereka semua mengira dirinya sedang cemburu? Lagi pula, Claire juga tidak mungkin cemburu dengan Javier!Betul! Claire hanya cemburu ketiga bocah cilik ini akan berhasil disogok oleh wanita lain!Jessie berbisik di samping Jerry. “Sepertinya Ibu lagi marah, ya?”Jerry mengangguk mengisyaratkan dirinya setuju.“Ah! Celaka! Celaka!” jerit Yvonne sambil berlari ke dalam rumah. Dia lalu berhenti bersandar di samping pintu dengan napas terengah-engah.Steven berdiri. “Ada apa? Bukankah kamu keluar sama Javier dan Jody?”Yvonne melambaikan tangannya, lalu menjawab, “Tadi Jody
Shawn kelihatan tidak senang.Tobias tersenyum. “Kata siapa kaki Yogi akan dipertaruhkan? Daripada Sorox membuat Anton cacat, lebih baik Yogi turun tangan sendiri saja.”Shawn terbengong sejenak. “Suruh Yogi turun tangan sendiri?”Tobias mencondongkan tubuhnya ke depan. “Sekarang satu kaki Jomin sudah dipatahkan, tapi nyawanya baik-baik saja. Setelah istirahat selama setengah tahun, dia masih bisa turun dari ranjang dan berjalan secara normal. Aku dengar-dengar Sorox sangat sadis, tapi sekarang dia hanya mengancam Keluarga Amkasa untuk mengalah dengan Jomin. Kenapa dia tidak turun tangan?”Shawn kembali terbengong. “Apa maksudmu, Sorox punya maksud lain?”Tobias menuang air ke dalam gelasnya. “Sorox adalah seorang penguasa lokal di Miamar yang memiliki kekuasaan besar. Bisnis yang dia jalankan tidak bersih dan asal-usulnya juga tidak jelas. Selain itu, barang-barang mereka biasanya dikirim melalui jalur air, yang mana harus melewati wilayah Keluarga Amkasa.”“Lagi pula, nyawa Jomin tid
Latar belakang keluarganya Intan terlalu kuat, membuatnya kesulitan untuk mengangkat kepala di depan orang lain. Setahun setelah kematian Intan, Benny menikah lagi. Keluarga Intan memakinya sebagai orang yang tidak tahu berterima kasih, tapi dia tetap menahannya. Namun, Shawn justru memaksanya menyerahkan Keluarga Amkasa kepada Yogi.Semakin ditekan, Benny semakin tidak mau berkompromi. Benny hanya ingin membuktikan kepada Shawn bahwa tanpa keluarganya dan tanpa putranya, Yogi, Keluarga Amkasa tetap bisa berkembang pesat.Namun, kali ini Anton malah dihadapkan dengan masalah serius. Jika bukan demi Anton, mana mungkin Benny bersedia merendahkan dirinya untuk mencari Yogi?Febri menarik tangannya. “Jadi, apa Yogi setuju? Dia juga anakmu. Bagaimanapun juga, dia tidak akan menolak, ‘kan? Yang terpenting, kita harus suruh Yogi membawa Anton pulang.”“Setuju?” Benny menepis tangan Febri, lalu berkata dengan gusar, “Kalau kamu bisa mengurus Anton kesayanganmu, apa mungkin dia akan melakukan
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai
Dessy juga berkata, “Iya, Nona. Kami semua ada di luar untuk menemanimu.”Ariel melihat ke sisi Jodhiva. Jodhiva mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yang menempel di pipi Ariel. “Ariel sudah bekerja keras.”…Kabar Ariel melahirkan anak kembar telah tersebar sampai ke luar negeri. Jessie dan Jules langsung menelepon Jodhiva untuk memberi ucapan selamat.Setelah menutup telepon, Jodhiva membawa Ariel ke ruangan kaca untuk melihat kedua bayi itu.Ariel bersandar di jendela, menatap dua makhluk kecil yang masih keriput itu. Dia spontan tersenyum. “Mereka kecil sekali …. Kalau sudah besar nanti, pasti bakal mirip sama kamu.”Kalau anak-anak mirip ayah mereka, mereka berdua pasti akan sangat tampan.Jodhiva tersenyum dengan pelan, lalu merangkul bahunya. “Apa kamu mau istirahat?”“Nggak mau. Aku mau lihat mereka.”“Oke, kalau begitu, aku temani kamu.”Setelah selesai melihat anak-anak, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka menyadari Jerremy dan Dacia datang dengan membawa banyak su
“Le … Levin?” panggil Yunita dengan suara kecil. Dia juga mengangkat tangan untuk mendorong Levin, tetapi dia tidak merespons sama sekali, tidurnya sangat nyenyak.Kali ini, giliran Yunita yang tidak bisa tidur. Dia hanya bisa bertahan hingga pagi hari.Saat matahari mulai bersinar, kegelapan di dalam kamar sudah mulai menghilang. Saat Levin membuka matanya dan melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, dia spontan tertegun.Levin mengangkat kepalanya dan langsung menarik napas dalam-dalam. Selagi Yunita masih belum bangun, dia segera memindahkan tangannya dengan perlahan.“Pose tidurmu memang keren sekali.” Entah sejak kapan Yunita bangun. Dia sedang menatap Levin.Levin langsung duduk di tempat. Dia menekan keningnya dengan membelakangi Yunita. “Aku … aku sudah terbiasa untuk tidur sendirian.”Yunita juga ikut berdiri. Berhubung terus mempertahankan satu pose saja, lengannya terasa pegal. Dia menatap Levin. “Aku pergi mandi dulu.”Setelah Yunita memasuki kamar mandi, Levin langs