“Nggak ada!” Widya segera menyangkal.Ketika melihat Hendri mencicipi makanannya, Widya langsung bertanya, “Enak?”Hendri mengangguk. “Enak juga.”Widya menopang dagu dengan kedua tangannya. Senyuman di wajahnya semakin cerah lagi. Hendri mengambil sepotong daging meletakkannya di depan mulut Widya. Widya tertegun sejenak, lalu langsung menggigit daging tanpa sungkan.Hari sudah semakin larut.Selesai mereka berdua makan malam, mereka pun duduk di sofa untuk menonton serial drama. Widya sedang memeluk bantal. Saat drama sedang menyiarkan adegan ciuman hangat, dia melirik Hendri dengan penuh hati-hati.Hendri juga memalingkan kepala untuk menatapnya. “Kenapa?”Widya segera mengalihkan pandangannya. “Nggak kenapa-napa.”Ujung bibir Hendri melengkung ke atas. “Apa yang kamu pikirkan?”“Nggak … nggak ada.” Widya merasa gugup. Dia tidak pernah berkencan sebelumnya. Dia tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan sepasang kekasih pada umumnya.Hendri menyandarkan lengannya di atas sofa, lalu me
Widya malah tiba berbicara lagi.Naomi menatap ekspresinya. “Kenapa?”Widya menunduk sembari mengaduk kopinya. “Kita masih belum ada rencana untuk beri tahu orang-orang.”Naomi merasa syok. “Kenapa?”Sebenarnya Widya tidak pernah bertanya kepada Hendri mengenai masalah ini. Hanya saja, jika hubungan mereka diekspos, dia juga takut perusahaan akan mengatakan yang tidak-tidak tentang dirinya. Sebab, pasangannya adalah adiknya Bu Claire.Widya menghela napas dengan tidak berdaya. “Nggak leluasa.”“Apa cowokmu nggak ingin beri tahu orang-orang?”“Bukan juga.”“Atau kamu nggak ingin orang lain tahu identitasnya?”Widya tertegun sejenak. Sepertinya Naomi berhasil menebaknya.Naomi pun tersenyum. “Coba aku tebak, apa cowok itu adiknya Bu Claire?”Widya merasa sangat syok. Dia pun berkata dengan terbata-bata, “Kenapa kamu bisa tahu dia itu adiknya Bu Claire?”“Waktu itu Bu Claire bawa kamu untuk menghadiri acara perayaan adiknya. Kata kakak iparku, ada sesuatu dengan kalian berdua. Waktu itu a
“Iya, dulu kami juga pernah membantu keluarga kalian. Sekarang kamu sudah sukses, kamu malah melupakan kebaikan kami?”Jari tangan Hendri saling bertautan. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan, lalu duduk dengan kaki terbuka lebar. “Kalian membantu keluarga kami juga demi mendapatkan keuntungan dari pamanku. Kalian melakukannya juga bukan tanpa mengharapkan imbalan. Ditambah lagi, aku juga tidak akrab dengan semuanya. Kalian juga tidak pernah membantuku. Untuk apa aku membantu kalian?”“Hendri, kenapa kamu berbicara seperti ini?”“Aku tegaskan sekali lagi, aku tidak bisa membantu kalian. Mohon tinggalkan tempat ini.”Raut wajah para sanak saudara tampak muram. Siapa pun tidak menyangka Hendri akan bersikap sesadis ini. Lantaran mereka tidak berhasil mendapatkan keuntungan, mereka juga tidak berani untuk tinggal lama lagi. Dia emosi langsung meninggalkan tempat.Sesuai dugaan, setelah mereka pulang, mereka pun mengadu kepada Gabriana. Gabriana langsung menelepon Hendri untuk memastikan.
Widya memapah tubuh berat Hendri dengan terhuyung-huyung. Dia tidak tergolong tinggi, hanya sekitar 1,63 meter saja. Tubuhnya tergolong kurus dan kecil. Jadi, dia hampir saja tidak sanggup memapah Hendri yang memiliki tinggi badan 1,82 meter. “Kamu … kenapa kamu minum sebanyak ini?”Hendri menyandarkan dagunya di atas pundak Widya. Dia tersenyum, lalu mengembuskan napas ke leher Widya. Rasanya sangat geli. “Temani klien. Minumnya agak banyak.”Widya tidak berani memapah Hendri ke dalam rumah, sebab ada Melia di dalam sana. Dia takut akan membangunkan Melia. Jadi, dia terpaksa membawa Hendri ke rumahnya. “Berapa kode sandi pintu rumahmu?”Hendri mendekatkan bibirnya di samping daun telinga Melia. Dia memberi tahu kode sandi kepada Widya. Widya pun memasukkan kode dengan serius.Setelah memapah Hendri ke kamar, baru saja Widya membaringkan Hendri ke atas ranjang. Tetiba Hendri mengulurkan tangan untuk memeluknya. “Jangan pergi.”“Oke, oke, oke, aku nggak pergi.” Widya menjawab, lalu mel
Tiba-tiba wajah Widya menjadi panas. Bel pintu tetiba berbunyi.Widya terkejut langsung menarik selimut. “Jangan-jangan kakakku?”Celaka! Bagaimana Widya menjelaskannya sekarang?Hendri menatap sikap gugup Widya. Dia spontan tersenyum. “Aku pergi bukain pintu.”Hendri mengenakan pakaian, lalu pergi membukakan pintu. Namun, orang yang berdiri di depan pintu bukanlah Melia, melainkan ayahnya, Riandy.Hendri tertegun sejenak. “Ayah, kenapa kamu bisa ke sini?”“Tentu saja untuk melihatmu. Semalam nenekmu meneleponku lagi ….” Saat Riandy hendak memasuki rumah, Hendri malah menghalanginya di depan pintu. Dia melihat ke sisi kamar sekilas.Riandy pun terbengong. Tetiba dia melihat ada bayangan seseorang dari dalam celah pintu kamar. Firasat Riandy mengatakan bayangan itu adalah bayangan tubuh seorang wanita.Widya segera mengenakan pakaiannya. Saat dia hendak melirik celah pintu kamar, tak disangka orang yang datang bukanlah kakaknya, melainkan anggota keluarga Hendri?“Apa ada orang di ruma
Javier membuka pintu. Claire dapat melihat bayangan tubuhnya dari jendela kaca. Dia membalikkan tubuhnya, lalu tersenyum dengan kaget. “Kenapa kamu bisa ke sini?”Javier meletakkan jas ke atas bangku, lalu mengangkat bekal di tangannya. “Antar makanan buat istriku.”Claire meletakkan kopi, lalu berlari ke dalam pelukan Javier. Javier ditabrak hingga mundur dua langkah. Dia merangkul pinggang Claire. “Segembira ini?”“Mana mungkin aku nggak gembira? Suamiku antar makanan sendiri buat aku.” Claire mengambil bekal dari tangan Javier, lalu berjalan ke depan meja untuk membukanya. Semuanya adalah makanan kesukaan Claire.Javier memeluk Claire dari belakang, lalu menyandarkan dagu ke atas pundak Claire. “Hari ini aku akan pergi dinas.”Bekal di tangan Claire seketika terasa tidak lezat. Dia memalingkan kepalanya untuk menatap Javier. “Ke mana?”“Apa kamu lupa? Hans ingin menyerahkan proyek Hotel Luxe kepadaku.” Javier mencium daun telinganya. “Jadi aku mesti pergi ke sana untuk mengawasi pro
“Kamu masih bilang tidak mau ikut campur. Jangan-jangan bukan kamu yang menghasut Hendri?” Gabriana yakin Claire yang telah menghasut Hendri. Sebab Hendri yang dulu tidak mungkin akan menolak semua permintaannya.Claire berdiri di hadapan Gabriana dengan tersenyum tipis. “Nek, manusia bisa berubah. Kenapa kamu nggak berpikir, kenapa Hendri memilih untuk meninggalkan Kota Jimbar dan memilih untuk hidup mandiri?”Gabriana terbengong sejenak. Mana mungkin dia tidak pernah memikirkan persoalan itu?Saat Hendri mengatakan dirinya ingin mengembangkan kariernya di ibu kota, mereka juga sudah menyetujuinya. Ditambah lagi, bukankah hal buruk jika Hendri datang mencari Claire. Namun siapa sangka Hendri malah tidak pulang-pulang selama beberapa tahun ini. Jadi, bagaimana mungkin Gabriana tidak mencurigai semua ini adalah hasil hasutan Claire?“Kamu jangan omong kosong sama aku. Semua hal yang melibatkanmu pasti bukan hal bagus. Asal kamu tahu, sekarang kamu sudah menikah, kamu sudah bukan anggota
Melia menyimpan rekaman video itu. “Astaga, ada pemerasan di sini. Kamu malah ingin bawa anak harammu dengan lelaki lain untuk menjebak adik iparku?”“Siapa adik iparmu? Apa kamu gila!” Yolana berdiri, lalu berjalan ke sisi Melia hendak merebut ponselnya. Melia langsung menyembunyikan ponselnya.“Adik iparku itu adalah Hendri yang kamu sebut tadi.” Melia menarik kerah pakaian Yolana, lalu tersenyum sinis. “Padahal kita sama-sama wanita, apa kamu bisa jaga harga diri seorang wanita? Ini pertama kalinya aku bertemu dengan orang yang begitu memalukan.”“Kamu ….”“Kamu apa kamu! Gagap? Nggak bisa bicara lagi? Asal kamu tahu, aku paling nggak suka sama wanita yang kerjaannya peras uang lelaki saja. Memangnya kamu itu pengemis?”Wajah Yolana tampak pucat. “Apa katamu?”Tamu lain melihat ke sisinya.Pada saat ini, manajer kafe datang. “Maaf, Nona. Kata Bos, dia tidak menyambut kedatangan kalian. Mohon segera tinggalkan tempat ini.”Saat Melia hendak mengatakan sesuatu, manajer kafe langsung m