Herold dan Beverly menahan napas, khawatir melihat Nathan yang terperangkap. “Nathan!” teriak Beverly, kakinya melangkah maju.Namun Nathan mengangkat tangan, sinar energi mengamuk di ujung jarimya. “Jangan mendekat,” peringatnya, suaranya terasa seakan gemuruh jauh di bawah tanah.“Serang!” Derby tersenyum dingin, memerintahkan dua anggota kelompok bayangan yang tersisa untuk mencabut katana dan menikam Nathan.“HAAA!”Mereka menerjang, bilah katana menari di udara, tapi tubuh Nathan tak tergores, lapisan tubuh emasnya memantulkan setiap serangan. Gelombang kekuatan spiritual menggelegar dari Nathan dan benang sutra berderit, satu per satu benang itu terputus.Melihat hal itu, jantung Derby berdegup kencang. Formasi yang dianggap tak tergoyahkan itu mulai terobek, celah‐celah emas muncul di antara simpulnya.BAAANG!Tiba‐tiba, ledakan dahsyat mengguncang Saibu Care dan formasi jaring sutra itu hancur, serpihan jaring melesat ke segala arah, menumbangkan pepohonan tua di sekitarnya.
Nathan menatap tajam, suaranya meninggi. "Lihat dua bocah kecil yang mati di depanmu, apa itu tak cukup sadis, hah?!” Raut wajahnya muram, napasnya bergemuruh.“Bawa gentong kayu kemari!” Herold terguncang, lalu tergopoh-gopoh memberi perintah.Beberapa murid berlari membawa gentong kayu besar berisi cairan herba pekat. Kengerian menyelimuti sisa-sisa anggota kelompok bayangan Negara Solara. Mereka tak gentar pada maut, tapi penyiksaan semacam ini, baru pertama mereka saksikan. Derby hanya bisa menunduk, wajahnya pucat dan seluruh tubuhnya gemetar.Nathan kemudian berjalan mendekat, tatapannya mematikan. “Tak lama lagi, kalian pun akan merasakan ini,” ucapnya lirih. “Namanya manusia tongkat, ciptaan leluhur kalian sendiri!”Derby menahan amarah, suaranya parau. "Kami …. Keluarga Ryodan dan pemerintah Negara Solara takkan membiarkan ini!”Mendengar itu, Nathan hanya menatap sinis, lalu mengayunkan tinjunya ke udara. Sekejap, pedang Aruna berkobar muncul di genggamannya, diikuti renteta
Di markas Martial Shrine, Sancho menatap foto-foto itu dengan mata muram.Ging berdehem gugup. "Ketua, anak ini berbahaya! Dia tak kenal ampun. Jika dibiarkan, besok bisa saja kita yang mati.”Sancho mengangguk dingin. “Cari cara melenyapkan dia. Kelompok bayangan Negara Solara saja tak berguna!”Ging menngangguk, kemudian berlari pergi merancang skema pembunuhan.***Sementara itu, di ruang tamu Keluarga Zellon, Andez dan Jazer memandang layar besar.Andez, matanya berkilat kekaguman. "Lihat, Tuan Jazer, Nathan itu bak bintang lahir, meski sadis, kekuatannya luar biasa.”Jazer menelan ludah, menatap potongan tubuh kelompok bayangan Negara Solara dalam gentong. Rasa takut dan was-was membelit hatinya. “Tuan Andez, bawa Ryuki pergi dan pulihkan dia di gunung. Begitu dia menjadi seorang Villain, turunkan dia ke kota dan siapkan pasukan!”Andez terkejut, namun segera mengangguk. Jazer tahu bahwa kekuatan Nathan berkembang terlalu cepat, dan Ryuki mungkin satu-satunya harapan untuk mengh
Bandara Internasional Northen.Kota Northen Vale.Sosok pria yang mengenakan kaos dan celana jeans hitam berjalan turun dari dalam pesawat, pria itu memakai masker untuk menutupi wajahnya dan menyeret sebuah koper yang sudah usang. Penampilannya sangat sederhana, hal itu membuatnya terlihat sangat mencolok di antara orang-orang yang berlalu lalang."Ah …. Setelah lima tahun …."Nathan Sykes, yang telah mendekam di penjara selama lima tahun, akhirnya bebas dengan hasil remisi yang dia dapatkan. Pria itu menghirup udara segar yang sudah lama tidak dia dapatkan. Dia dipenjara di sebuah pulau terpencil bernama Pulau Mistik, sebuah hukuman yang seharusnya tidak dia dapatkan."Ma …. Setelah lima tahun, aku akhirnya bisa melihatmu," Nathan berjalan seraya menyeret koper usangnya keluar dari bandara.Kring~~Saat sedang berjalan, tiba-tiba ponselnya berbunyi.[Tuan, apakah Anda sudah sampai?]Terdengar sebuah pertanyaan yang lantang dari ujung panggilan telepon itu, membuat Nathan menjawab. "
"Tuan Ace …. Jika saya boleh bertanya, hal apa yang membuat Anda datang ke kota Northen Vale ini?"Nathan yang mendengar itu melirik ke arah Paul. Aura yang sangat mendominasi dapat terlihat dari manik matanya yang dingin.Hal itu membuat Paul gemetar. "M-maaf jika saya lancang, Tuan. Tapi, kota Northen Vale hanyalah sebuah kota kecil jika dibandingkan dengan ibukota Northen," ujarnya dengan kaku.Menyadari ketakutan Paul, Nathan kembali memalingkan wajahnya menatap pemandangan Kota Northen Vale dari jendela mobil dan mulai menjelaskan kedatangannya. "Northen Vale …. Ini adalah kampung halamanku," pria itu kembali mengalihkan pandangannya ke arah Paul, tatapan matanya bertabrakan dengan netra hitam milik Paul. "Sudah lima tahun, aku tidak bertemu dengan keluargaku."Mendengar penjelasan singkat sang dewa perang itu, Paul membelalakkan matanya. 'Apa? Tuan Ace berasal dari Northen Vale?!'"Tuan Ace … A-aku—""Cukup! Berhenti memanggilku Ace, aku bukan lagi seorang pejuang seperti dulu,"
Selama Nathan dipenjara, keluarga Orton tidak berniat melepaskannya, dan bahkan menuntut keluarganya untuk mengganti rugi 2 milyar kepada mereka. Pada akhirnya, tidak ada jalan lain. Orang tua Nathan harus menjual rumah untuk mengganti rugi kepada keluarga Orton karena telah berani memukuli pewarisnya. Bahkan, mereka meminjam banyak uang, tetapi mereka tetap tidak dapat mencukupinya. Pada akhirnya, masih tersisa hutang yang masih terus ditagih oleh keluarga Orton, dan mereka hanya bisa mencicilnya secara perlahan. Karena alasan ini, pekerjaan ayah Nathan tidak lagi tersedia, dan dia hanya dapat mencari nafkah sebagai kuli bangunan. Sementara ibunya membasuh wajahnya dengan air mata sepanjang hari, dan matanya dibutakan oleh tangisan.Inilah sebabnya mengapa selama Nathan dipenjara, orang tuanya tidak pernah menjenguknya walau hanya sekali.Mendengarkan ucapan ibunya, Nathan perlahan mengepalkan tinjunya, dan niat membunuh yang besar menguar dari tatapan matanya. Dia tidak pernah berpi
“Ma, siapa itu?”“Tidak usah kamu pedulikan, cepat masuk kedalam kamar, dan jangan keluar!” Maria mendorong Nathan masuk kedalam kamar, dan mengarah ke pintu dengan raut wajah yang gelisah.Terdengar derap kaki yang kuat dan besar, terlihat sosok pria kekar dan tinggi membawa 4 sampai 5 orang yang terlihat sangar melangkah masuk."Apa kamu tuli, hah?!" Maki pria itu. “Mana uangnya?” Kamil melihat Maria dan langsung bertanya.“Tuan Kamil, sudah saya siapkan,” Maria terus mengangguk, dan meraba-raba kantong hitam yang ada di saku celananya. "I-ini …."Saat ini banyak tetangga yang sedang berkumpul dan menyaksikan, melihat kejadian itu, tapi mereka tidak berani mendekat karena takut akan terseret oleh masalah.“Para bajingan itu kembali, mereka benar-benar membuat orang seakan-akan ingin mati!”“Benar, mereka sama sekali tidak berprikemanusiaan!”“Hei, kecilkan suara kalian, mereka itu orang-orang yang diutus Keluarga Orton untuk menagih ganti rugi.”Beberapa tetangga berkumpul dan berka
"Ma, aku ada urusan sebentar, tetaplah di rumah," ucap Nathan dengan datar seraya berjalan meninggalkan kediamannya penuh amarah.Ciiit …. Brak!Terdengar suara rem mobil yang nyaring, saat Nathan hendak menyebrang jalan keluar dari komplek itu, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang, tabrakan pun tidak dapat dihindari. Nathan akhirnya tertabrak hingga terpental beberapa meter."Ah!"Tubuh Nathan berguling-guling di atas aspal, jika saja saat di penjara dia tidak belajar seni bela diri, mungkin dia sudah kehilangan nyawanya."A-aduh …." Nathan berusaha berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya. "Sial! Lagi buru-buru gini!" Gerutunya dengan kesal.Tepat saat Nathan memaki dan berusaha bangkit berdiri, suara makian dapat terdengar. “Eh bego? Punya mata, gak? Nyebrang tuh pake mata!"Seorang gadis terlihat turun dari dalam mobil BMW, dia mengenakan rok berwarna putih, dan mengenakan sepatu hak tinggi, dia terlihat sangat cantik, dan menatap Nathan dengan tatapan kesal.Nathan mengernyitk
Di markas Martial Shrine, Sancho menatap foto-foto itu dengan mata muram.Ging berdehem gugup. "Ketua, anak ini berbahaya! Dia tak kenal ampun. Jika dibiarkan, besok bisa saja kita yang mati.”Sancho mengangguk dingin. “Cari cara melenyapkan dia. Kelompok bayangan Negara Solara saja tak berguna!”Ging menngangguk, kemudian berlari pergi merancang skema pembunuhan.***Sementara itu, di ruang tamu Keluarga Zellon, Andez dan Jazer memandang layar besar.Andez, matanya berkilat kekaguman. "Lihat, Tuan Jazer, Nathan itu bak bintang lahir, meski sadis, kekuatannya luar biasa.”Jazer menelan ludah, menatap potongan tubuh kelompok bayangan Negara Solara dalam gentong. Rasa takut dan was-was membelit hatinya. “Tuan Andez, bawa Ryuki pergi dan pulihkan dia di gunung. Begitu dia menjadi seorang Villain, turunkan dia ke kota dan siapkan pasukan!”Andez terkejut, namun segera mengangguk. Jazer tahu bahwa kekuatan Nathan berkembang terlalu cepat, dan Ryuki mungkin satu-satunya harapan untuk mengh
Nathan menatap tajam, suaranya meninggi. "Lihat dua bocah kecil yang mati di depanmu, apa itu tak cukup sadis, hah?!” Raut wajahnya muram, napasnya bergemuruh.“Bawa gentong kayu kemari!” Herold terguncang, lalu tergopoh-gopoh memberi perintah.Beberapa murid berlari membawa gentong kayu besar berisi cairan herba pekat. Kengerian menyelimuti sisa-sisa anggota kelompok bayangan Negara Solara. Mereka tak gentar pada maut, tapi penyiksaan semacam ini, baru pertama mereka saksikan. Derby hanya bisa menunduk, wajahnya pucat dan seluruh tubuhnya gemetar.Nathan kemudian berjalan mendekat, tatapannya mematikan. “Tak lama lagi, kalian pun akan merasakan ini,” ucapnya lirih. “Namanya manusia tongkat, ciptaan leluhur kalian sendiri!”Derby menahan amarah, suaranya parau. "Kami …. Keluarga Ryodan dan pemerintah Negara Solara takkan membiarkan ini!”Mendengar itu, Nathan hanya menatap sinis, lalu mengayunkan tinjunya ke udara. Sekejap, pedang Aruna berkobar muncul di genggamannya, diikuti renteta
Herold dan Beverly menahan napas, khawatir melihat Nathan yang terperangkap. “Nathan!” teriak Beverly, kakinya melangkah maju.Namun Nathan mengangkat tangan, sinar energi mengamuk di ujung jarimya. “Jangan mendekat,” peringatnya, suaranya terasa seakan gemuruh jauh di bawah tanah.“Serang!” Derby tersenyum dingin, memerintahkan dua anggota kelompok bayangan yang tersisa untuk mencabut katana dan menikam Nathan.“HAAA!”Mereka menerjang, bilah katana menari di udara, tapi tubuh Nathan tak tergores, lapisan tubuh emasnya memantulkan setiap serangan. Gelombang kekuatan spiritual menggelegar dari Nathan dan benang sutra berderit, satu per satu benang itu terputus.Melihat hal itu, jantung Derby berdegup kencang. Formasi yang dianggap tak tergoyahkan itu mulai terobek, celah‐celah emas muncul di antara simpulnya.BAAANG!Tiba‐tiba, ledakan dahsyat mengguncang Saibu Care dan formasi jaring sutra itu hancur, serpihan jaring melesat ke segala arah, menumbangkan pepohonan tua di sekitarnya.
Di bawah sorot matanya, Derby perlahan mengangkat kepala, luka parah menghiasi wajahnya. Dengan sisa tenaga, Derby menjerit. "Cepat pergi! Laporkan semuanya pada Kepala Keluarga!” Empat sosok bayangan lainnya berbalik dan melarikan diri, namun Nathan sudah siap. Dia menari di atas tanah retak, memanggil formasi sihir dan rune-rune bercahaya emas meledak ke tanah, membentuk jerat bercahaya di sekeliling empat pelarian itu.Keempatnya terperangkap dan pedang-pedang tiba muncul terhunus, kabut memancar, dan kilatan bilah katana menari di udara. Nathan berdiri tenang, membiarkan mereka menyerang. Pedang menebas tubuh emasnya, menimbulkan percikan api, namun tubuhnya tak tergores sehelai pun.Di saat mereka panik, kabut hitam meledak dari tubuh mereka, satu per satu lenyap, sebuah ilusi yang mematikan.“Penguasa Lembah, hati-hati! Ini ninjutsu mereka!” teriak Herold dari kejauhan, suaranya dipenuhi kecemasan.Nathan menutup mata sejenak, merasakan denyut energi emasnya berpadu dengan alir
Di bawah sinar fajar yang pucat, kabut tipis masih menari di antara puncak-puncak batu Saibu Care, menciptakan tirai misterius di arena pertempuran. Nathan mengangkat dagu, tatapannya menyapu kerumunan murid yang siap menyerbu. Suaranya bergema di lembah. "Mundur! Aku sendiri yang akan menghadapi mereka mereka takkan lolos hari ini.”Herold menatap heran, ragu menari di matanya, namun Nathan menegaskan lagi dengan sorot penuh keyakinan. Satu per satu, Beverly, Sienna, dan seluruh murid Saibu Care mundur ke balik reruntuhan, meninggalkan Nathan berdiri sendirian di tanah merah yang berdebu.Derby melangkah maju, senyum sinisnya memecah keheningan. “Berani sekali, Nak? Hari ini aku akan mengantarkan kepalamu pulang,” seketika, aura hitam Derby meledak dan angin sakti mengamuk, menciptakan jurang berduri di bawah kakinya.Nathan tidak bergeming. Dengan sekali hembusan napas, aura keemasan menggelegak dari dalam tubuhnya, menyapu angin Derby bagai ombak raksasa.BAAAAM!BRAAAK!Dentuman m
Herold merasakan dingin menembus tulang punggungnya. Peluh dingin menetes di keningnya, sebuah keputusan terberat dalam hidupnya mulai terpampang.“Kau punya tiga detik,” geram Viqi, lalu mulai menghitung dengan suara yang tenang namun mematikan. “Tiga .… Dua .…”Darahnya berdesir, dan dunia terasa hampa. Herold menutup mata sejenak, membayangkan anak-anak yang akan tewas demi satu nama—Nathan!“Satu!”Pada hitungan terakhir, pintu gerbang terbuka perlahan. Zephir muncul, langkahnya tenang namun memancarkan otoritas. Semua mata tertuju padanya.“Tuan Zephir!” Herold tersentak, wajahnya penuh harap.Derby menyipit, menantang. “Siapa kau?”Zephir tak menoleh dan dia melangkah ke depan, menatap bocah-bocah yang gemetar di tangan Viqi. “Panggil Nathan ke sini,” suaranya lembut tapi tak terbantahkan. “Jika tidak, dia akan menanggung beban seumur hidup, jika mengetahui nyawa-nyawa tak berdosa telah dikorbankan untuknya!”Herold mengangguk, dadanya berdebar. Di balik keraguan, ada secercah h
Murid‑murid Saibu Care mengepung kelompok bayangan itu, namun senyum penghinaan terlukis di wajah Derby dan saudara‑saudaranya.Loward melirik pada Beverly dan Sienna, bibirnya terangkat. "Cantik sekali!”Beverly mendengus, dia memegang pisau pendek di tangannya. “Kalian, manusia-manusia busuk! Beraninya mengusik Saibu Care?!”Saat Viqi mendengar kata itu, dia menyeringai lalu mencabut pedangnya, namun Loward menahan. "Jangan merusak kecantikan mereka. Belajarlah bersopan.”Derby menunduk, tatapannya menancap ke Herold. “Suruh Nathan keluar, atau kami yang akan menjemputnya, dan kalian akan membayar mahal!”Mendengar itu Herold menarik napas panjang, matanya berkelip cemas.Derby yang melihat Herold hanya terdiam, mencengkeram leher Herold dengan satu gerakan kilat, otot-otot Herold menegang, napasnya tercekat di tenggorokan.Herold, Tetua terhormat yang biasa memancarkan wibawa, kini terkulai tanpa daya. Pijar aura biru darahnya meredup, sedangkan darah yang mengalir di nadinya berde
Herold, yang berdiri di samping, menghela napas. “Inilah Pemimpin Saibu Care yang sebenarnya.”Andez menatap Nathan dengan mata membara. “Nak, luka muridku akan kubalaskan. Tanpa bantuanmu, aku bisa menyembuhkannya sendiri, ingat itu!”Dengan satu tatap mengancam, dia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Nathan dan Herold di tengah udara senja yang semakin dingin.Herold berbisik khawatir. "Tuan, jika membiarkannya pergi, keberadaanmu di sini bisa terbongkar. Kelak mereka akan datang, bukan hanya Andez, tapi bahkan keluarga Zellon.”Nathan menyentuh dagunya, matanya meredup. “Biarkan saja. Dengan kekuatan kita, siapa yang akan berani menantang?”Detik berikutnya, suara langkah kaki ringan menyusup ke gerbang. Zephir datang bersama Rebecca, diikuti Beverly dan Sienna, raut mereka dipenuhi tanya.“Paman Zephir, Guru Ryuki datang menuntut bantuan, aku telah mengusirnya,” Nathan menjelaskan jujur.Wajah Zephir mengeras. “Andez? Kau tak bisa sembunyi lama di sini. Katanya kau sedang
Tak lama kemudian, Herold datang dengan tergesa-gesa dan menghampiri Andez. “Tuan Andez, mengapa kau harus datang sendiri? Kamu bisa sampaikan pesan kepada bawahanku.”Andez tersenyum kecil, rasa terima kasih tersirat dalam setiap kata. "Tetua Herold, seorang muridku dipukuli hingga terluka parah. Seluruh tulang di dalam tubuhnya hancur. Aku datang ke sini dengan harapan mendapatkan obat yang bisa menyembuhkannya dari Saibu Care.”Kegelapan senja menyelimuti Saibu Care, kabut tipis berputar di antara rerimbunan bambu, menciptakan bayangan bergerak yang seolah hidup.Di depan gerbang megah Saibu Care, Andez menatap tajam sosok Herold, cahaya semu berpendar samar di lengannya.“Lukanya separah itu?” suara Herold bergema di antara desir angin, dia mengangkat alis dingin. “Pil Vajra pasti bisa menyembuhkannya, tapi itu hanya diramu Tuan kami, sepuluh hari setelah meminumnya, muridmu akan pulih.”Mendengar itu, hati Andez melonjak dan dia melangkah maju, jubahnya berkibar tertiup angin. “K