Selama Nathan dipenjara, keluarga Orton tidak berniat melepaskannya, dan bahkan menuntut keluarganya untuk mengganti rugi 2 milyar kepada mereka. Pada akhirnya, tidak ada jalan lain. Orang tua Nathan harus menjual rumah untuk mengganti rugi kepada keluarga Orton karena telah berani memukuli pewarisnya. Bahkan, mereka meminjam banyak uang, tetapi mereka tetap tidak dapat mencukupinya.
Pada akhirnya, masih tersisa hutang yang masih terus ditagih oleh keluarga Orton, dan mereka hanya bisa mencicilnya secara perlahan. Karena alasan ini, pekerjaan ayah Nathan tidak lagi tersedia, dan dia hanya dapat mencari nafkah sebagai kuli bangunan. Sementara ibunya membasuh wajahnya dengan air mata sepanjang hari, dan matanya dibutakan oleh tangisan.Inilah sebabnya mengapa selama Nathan dipenjara, orang tuanya tidak pernah menjenguknya walau hanya sekali.Mendengarkan ucapan ibunya, Nathan perlahan mengepalkan tinjunya, dan niat membunuh yang besar menguar dari tatapan matanya. Dia tidak pernah berpikir bahwa keluarga Orton akan begitu kejam. Dia berniat membalaskan dendam kepada keluarga mereka."Ma, apakah Sherly hanya diam saja, apakah dia tidak membantumu?" Nathan bertanya dengan wajah bingung.Sherly Gunawan, adalah tunangannya yang dia selamatkan kala itu, dan dia dipenjara karena Sherly. Tidak mungkin bagi Sherly untuk melihat orang tuanya seperti ini dan acuh tak acuh, bukan?Maria menarik nafas dalam-dalam dan berkata. "Itu …. keluarga Gunawan tidak peduli, bahkan mahar yang kita berikan, Mama sempat meminta mereka untuk mengembalikannya. Tetapi, mereka tidak memberikannya. Mereka mengatakan 'bukan salah mereka jika pernikahannya batal, itu karena kamu di penjara'. Jadi, mahar tidak bisa mereka kembalikan," lirihnya dengan mata berkaca-kaca. "Ayahmu secara khusus pergi ke kediaman Gunawan untuk berdiskusi, tapi dia malah dipukuli oleh keluarga Gunawan!"Semakin banyak Maria berbicara, semakin pahit hatinya, dan pada akhirnya dia tidak bisa menghentikan air matanya.'Apakah benar seperti ini?!' gumam Nathan dengan kecewa. 'Tapi, pada saat aku akan dipenjara ….'Malam itu, keluarga Sykes berkumpul untuk merayakan keberhasilan putranya dalam karir yang tergolong begitu muda.“Selamat atas keberhasilanmu, Nathan!” ujar Maria seraya menaikkan gelas anggurnya untuk bersulang demi mengucapkan selamat terhadap keberhasilan anak semata wayangnya. “Bisa memenangkan tender wali kota, dan bersaing dengan perusahaan besar di usia yang begitu muda, memang benar keturunan dari papamu yang paling jenius!” puji sang ibu dengan bangga.Mendengar ucapan istrinya, ayah Nathan, David Sykes, berkata, “Itu karena Nathan anak Papa!” Pria itu mengangkat dagunya bangga. “Anakku memang pintar, ditambah didikan Papa, makanya dia jadi sehebat ini di usia yang begitu muda!”Mendengar ucapan sang suami, Maria pun menyenggolnya menggunakan sikut. “Perasaan, yang ngurus Nathan dari kecebong hingga segede ini mama, kenapa malah papa yang bilang ini didikan papa? Papa kan kerja” goda sang istri membuat sang suami meneguk ludah.“T-tapi kan yang ajarin Nathan soal perusahaan Papa, Mama ajarinnya yang lain,” balas ayah Nathan, sukar mengalah. Namun, melihat tatapan tajam sang istri, nyalinya pun ciut. “I-iya deh, Mama selalu menang.”Nathan tertawa lebar mendengar percakapan ayah dan ibunya. Dia yang di masa itu masih berusia dua puluh empat tahun terlihat begitu tampan, ramah, dan murah senyum. Tidak heran begitu banyak wanita jatuh hati padanya, terlebih mengingat karirnya untuk orang seusianya termasuk sangat sukses dan menjanjikan.Namun, hati Nathan hanya untuk satu orang, yakni tunangannya, Sherly Gunawan.Kring~~~Di tengah-tengah makan malam itu, ponsel Nathan tiba-tiba berbunyi. Dia meraih benda itu dari kantongnya dan melihat layar.'Sherly Gunawan' nama yang muncul ponsel itu.Melihat nama Sherly Gunawan di layar, Nathan pun berdiri dari kursinya. “Maaf, Ma, Pa, aku keluar sebentar untuk terima telepon,” ucapnya dengan senyum tak berdaya seraya berjalan cepat meninggalkan ruang makan.Maria kemudian berkata. “Siapa coba telepon jam segini?” sang ibu menggerutu, “Palingan juga gadis nggak tahu sopan santun itu.”“Hush, Mah. Jangan bicara sembarangan,” tegur sang ayah, tahu jelas siapa yang sang istri maksud. “Sherly itu adalah pilihan Nathan. Selain itu, Sherly juga gadis baik-baik, jadi dia cocok untuk Nathan.”Mendengar ucapan sang suami, Maria hanya merengut. “Intuisi wanita itu kuat ya, Pa. Mama tuh nggak sreg sama Sherly sedari awal. Dia tuh nggak cinta tulus sama Nathan!” sang istri meneguk penuh minumannya dengan kekesalan dan berkata, “Pokoknya, jangan bilang Mama nggak peringatin Papa ya tentang gadis itu!”Sang suami pun melirik istrinya, tapi wanita itu hanya bisa tertunduk tak berdaya. Karena menghormati keputusan dari mendiang ayah mertuanya, dia tidak bisa mengatakan apa pun.Sementara keluarganya melanjutkan makan malam, Nathan telah berada di luar rumah dan menerima telepon dari sang tunangan. “Sherly?” sapanya dengan suara yang lembut. “Ada ap—”[Nathan! Nathan, kamu harus menolongku!]Kepanikan yang terdengar dari suara Sherly di ujung telepon membuat ekspresi lembut Nathan sekejap menghilang dan digantikan kekhawatiran. “Apa yang terjadi?” Dia mendengar isakan Sherly dan suara bergetar wanita itu. “Jangan panik, jelaskan keadaanmu."[Aku … aku hampir diperkosa.]Ucapan Sherly membuat Nathan terbelalak. “Apa?!” Kemarahan menyelimuti dirinya.[Tapi, tapi aku berhasil melindungi diriku. Aku memukul kepala pria itu.]Selama sesaat, Nathan merasa lega karena tunangannya baik-baik saja. Namun, wajahnya seketika memucat ketika dia mendengar lanjutan ucapan Sherly.[Sekarang … dia tidak lagi bernapas!]'Tidak lagi bernapas? Pria yang berusaha memperkosa Sherly … dia … mati? Kalau benar, apa pun alasannya, bukankah itu berarti Sherly akan … terlibat dengan polisi?'[Aku tidak tahu harus bagaimana, Nathan! Aku tidak mau berurusan dengan polisi!]Nathan mengerutkan keningnya seraya memutar otak. "Sherly, kamu tenang dulu. Jangan lakukan tindakan gegabah,” ujar pria tersebut seraya berlari ke pinggir jalanan untuk memanggil taksi. “Kirimkan lokasimu, aku akan ke sana.”***Hotel Northen, kamar 21.Brak!"Sherly!" Nathan membuka pintu dengan kencang dan bergegas masuk ke dalam kamar dengan panik.Melihat kedatangan Nathan, Sherly bergegas memeluknya dengan erat. “Apa yang harus kita lakukan?” lirihnya dengan air mata yang mengalir.Sekarang, di depan mata Nathan, dia memperhatikan tubuh seorang pria yang dia kenali tergeletak tak berdaya di lantai. Darah menggenangi lantai tempat kepalanya berada.Rendy Orton, itulah nama pria yang sekarang tergeletak tak berdaya di kamar tersebut. Yang paling merepotkan adalah kenyataan bahwa pemuda itu adalah ahli waris keluarga Orton, keluarga kelas atas di Northen Vale!Diceritakan oleh Sherly bahwa Rendy mengundangnya untuk pertemuan bisnis. Akan tetapi, di tengah perbincangan, kepala Sherly merasa pusing dan pandangannya membuyar. Dengan dalih membantu, Rendy mengantarkan Sherly ke kamar hotel lantaran gadis itu kesulitan untuk bahkan berjalan. Tidak Sherly kira bahwa Rendy yang telah memberi obat di minumannya dan berusaha untuk memerkosanya!“Kenapa kamu mau ikut dengannya!? Tidakkah kamu tahu menjaga diri!?” bentak Nathan yang marah membayangkan sesuatu hal buruk hampir saja menimpa tunangannya.“Aku tidak bisa berpikir, Nathan!” tangis Sherly dengan air mata memenuhi kelopaknya. “Aku sendiri tidak memikirkan apa pun saat melayangkan botol minuman itu ke kepalanya!” Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan kuat. “Aku tidak menyangka dia akan langsung mati!”Nathan melirik botol yang tergeletak di samping Rendy."Kejadian ini harus kita laporkan kepada polisi,” ucap Nathan membuat Sherly terbelalak. “Kamu tidak salah, jadi kamu cukup tenang saja. Dengan bukti dia yang berusaha meracuni dan memerkosamu, jelas dia yang akan dinyatakan bersalah.”"T-Tidak! Jangan lakukan itu, aku tidak mau masuk penjara!" Sherly mundur satu langkah dengan panik saat mendengar kata polisi. Gadis itu mencengkeram pundak Nathan. “Rendy adalah ahli waris keluarga Orton, mereka tidak akan melepaskanku!" Wanita itu mengguncang pundak Nathan dengan kuat. "Bukti apa? Mereka pasti akan menghancurkan semuanya dan polisi akan bekerja sama dengan mereka!”Kepanikan Sherly membuat Nathan kesulitan berpikir dingin. Akhirnya, dia pun balas membentak, "Sherly, pihak manajemen hotel pasti akan menyadari ada yang salah di sini, cepat atau lambat mereka pasti akan menemukan mayat ini!" ucap Nathan seraya memegang tangan wanita itu. "Seseorang harus menjelaskan apa yang terjadi agar kebenaran terungkap!”Mendengar hal ini, Sherly pun menatap kosong ke arah Nathan. Melihat keyakinan di wajah pria itu bahwa kebenaran akan terungkap, dia pun berkata, “Kalau begitu, kamu yang harus berurusan dengan polisi dan jelaskan kepada polisi kejadian ini.”BRAK!Saat Nathan sedang mengingat kembali kejadian lima tahun yang lalu, terdengar suara pintu yang di dobrak."Maria!"Terdengar suara pria yang berteriak dengan keras.Maria yang mendengar teriakan itu seketika memucat, wajahnya terlihat sangat ketakutan.Nathan kebingungan melihat ekspresi wajah Maria. “Ma, siapa itu?”“Ma, siapa itu?”“Tidak usah kamu pedulikan, cepat masuk kedalam kamar, dan jangan keluar!” Maria mendorong Nathan masuk kedalam kamar, dan mengarah ke pintu dengan raut wajah yang gelisah.Terdengar derap kaki yang kuat dan besar, terlihat sosok pria kekar dan tinggi membawa 4 sampai 5 orang yang terlihat sangar melangkah masuk."Apa kamu tuli, hah?!" Maki pria itu. “Mana uangnya?” Kamil melihat Maria dan langsung bertanya.“Tuan Kamil, sudah saya siapkan,” Maria terus mengangguk, dan meraba-raba kantong hitam yang ada di saku celananya. "I-ini …."Saat ini banyak tetangga yang sedang berkumpul dan menyaksikan, melihat kejadian itu, tapi mereka tidak berani mendekat karena takut akan terseret oleh masalah.“Para bajingan itu kembali, mereka benar-benar membuat orang seakan-akan ingin mati!”“Benar, mereka sama sekali tidak berprikemanusiaan!”“Hei, kecilkan suara kalian, mereka itu orang-orang yang diutus Keluarga Orton untuk menagih ganti rugi.”Beberapa tetangga berkumpul dan berka
"Ma, aku ada urusan sebentar, tetaplah di rumah," ucap Nathan dengan datar seraya berjalan meninggalkan kediamannya penuh amarah.Ciiit …. Brak!Terdengar suara rem mobil yang nyaring, saat Nathan hendak menyebrang jalan keluar dari komplek itu, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang, tabrakan pun tidak dapat dihindari. Nathan akhirnya tertabrak hingga terpental beberapa meter."Ah!"Tubuh Nathan berguling-guling di atas aspal, jika saja saat di penjara dia tidak belajar seni bela diri, mungkin dia sudah kehilangan nyawanya."A-aduh …." Nathan berusaha berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya. "Sial! Lagi buru-buru gini!" Gerutunya dengan kesal.Tepat saat Nathan memaki dan berusaha bangkit berdiri, suara makian dapat terdengar. “Eh bego? Punya mata, gak? Nyebrang tuh pake mata!"Seorang gadis terlihat turun dari dalam mobil BMW, dia mengenakan rok berwarna putih, dan mengenakan sepatu hak tinggi, dia terlihat sangat cantik, dan menatap Nathan dengan tatapan kesal.Nathan mengernyitk
Sherly menatap Nathan tanpa ekspresi dan berkata. "Nathan, jangan menemuiku lagi, dan jangan datang mencariku lagi! A-aku …. Aku telah memutuskan untuk menikahi Rendy!"Mata Nathan menyipit dan tangannya mengepal dengan erat. Meskipun dia sudah mengetahuinya, tapi ketika Sherly mengatakannya sendiri, hati Nathan berkedut dengan kencang. Dia dipenjara karena pria itu, tapi sekarang pacarnya akan menikah dengannya?Sebuah cinta yang sangat ironis!"Hahaha …." Tiba-tiba Nathan menertawakan dirinya sendiri, dia merasa bahwa dia benar-benar terlalu bodoh.Tiba-tiba tawa Nathan berhenti, netra hitam dingin miliknya menatap ke arah Sherly, namun tidak ada kemarahan di wajahnya, dan tangannya perlahan mengendur. "Apakah itu yang kamu inginkan?"“Ya!” Sherly mengangguk. “Aku ingin memiliki kehidupan yang indah, dan kamu tidak akan pernah bisa memberikannya kepadaku!”"Dan kamu, sekarang kamu seorang mantan narapidana. Bahkan jika kamu keluar dari penjara, aku khawatir kamu akan sulit untuk men
Hotel Northen.Sosok pria tua sedang berdiri dengan wajah yang pucat di depan pintu masuk Hotel, Kevin Wibowo, sang pemilik Hotel secara pribadi menunggu Nathan di pintu, dan penampilan Kevin membuat semua orang yang masuk ke Hotel Northen banyak berbisik."Bukankah dia Kevin Wibowo?”“Benar, untuk apa dia berdiri di depan pintu? Tidak seperti biasanya!”“Benar, seolah-olah dia sedang menunggu seseorang!"“Ah benar sekali, sungguh hebat orang yang mampu membuatnya menunggu di depan pintu secara khusus!”"Tunggu, aku mendengar bahwa putra tertua dari keluarga Orton akan menikah, dan pernikahan itu dilaksanakan di sini. Apakah dia sedang menunggu seseorang dari keluarga Orton?""Mungkin saja, lagipula, keluarga Orton juga keluarga kaya, jadi mereka harus memberi sedikit ucapan selamat datang."Semua orang berjalan ke Hotel Northen sambil berbisik, tetapi Kevin masih menunggu di pintu sambil melihat arlojinya yang sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam, wajahnya menjadi sedikit tidak sab
Dokter Paul, pria itu kembali menusukkan jarum akupunktur pada Kevin dengan hati-hati, keringat dingin semakin banyak membasahi keningnya. Dan saat jarum terakhir di tusukkan padanya, Kevin tersada dan perlahan-lahan membuka matanya.“Ayah! Syukurlah, ayah sudah sadar!” Melihat Kevin sudah kembali sadar, Sarah berteriak dengan semangat, kelopak matanya dipenuhi air mata.Sarah merasa sangat ketakutan, dia takut kalau ayahnya tidak akan pernah membuka matanya lagi.Dokter yang melihat Kevin sudah sadar juga menarik nafas panjang, dia juga sebenarnya tidak tahu harus berbuat apa. Tapi disaat Sarah dan Dokter itu merasa lega, Kevin yang sudah sadar tiba-tiba tubuhnya gemetaran hebat. Raut wajahnya terlihat sangat kesakitan, wajahnya tiba-tiba membiru.“A-ayah? A-apa yang terjadi?!” Sarah berteriak, dengan panik dia menatap Dokter itu. “Dokter, apa yang terjadi?”Seketika, Dokter itu juga menjadi panik, dia terlihat kebingungan. “A-aku …. Aku juga tidak tahu, kenapa ….”“Cepat lakukan ses
“Nathan, maksudku …. Guru! Tolong angkat aku menjadi muridmu!” seru Paul penuh semangat dengan tatapan yang berbinar.Nathan membuka mulutnya tapi dia menyadari kalau dia bahkan sudah tidak punya tenaga untuk berbicara.Sedangkan Sarah yang terkejut menatap Dokter Paul. “Dokter Paul, apa yang sedang kamu lakukan? Ayahku saja belum bangun!” Sarah tidak mengerti, ayahnya jelas-jelas masih pingsan, kenapa Dokter Paul berlutut da meminta Nathan untuk menjadi gurunya?“Nona Sarah, mungkin anda tidak tahu, baru saja Nathan menggunakan Teknik Yin dan Yang!” suara Paul begitu bersemangat menjelaskan kepada Sarah. “Teknik ini saling berhubungan namun juga saling berlawanan! Dan yang paling penting, teknik ini bisa membangkitkan orang mati, Tuan Kevin pasti akan baik baik saja!”“A-apa? Benarkah itu?” Sarah menatap Nathan dengan tatapan tidak percaya, kalau apa yang dikatakan oleh Dokter Paul benar, maka Nathan benar-benar pantas disebut sang dewa penyelamat.“Tidak disangka kamu mengetahui ten
“Tuan, katakan saja apa yang kamu butuhkan, aku akan berusaha sebisa mungkin untuk memenuhi permintaanmu!” Kevin segera menjawab dengan percaya diri. “Percayakan padaku!”“Nathan, dalam daftar ini kamu menuliskan Kalung Giok Suci dan Batu Akik Sojol, apa kegunaan mereka?” Sarah tiba-tiba membuka suara dan bertanya.Karena kalung dan Batu Akik tidak terdengar seperti bahan yang diperlukan untuk menyembuhkan penyakit, dan benda ini juga umum dijual di jalanan.“Sarah, kamu jangan banyak bertanya, kamu hanya perlu membantuku untuk mencarinya!” gerutu Kevin memelototi Sarah.“Tidak apa-apa,” Nathan tersenyum. “Kedua benda ini juga digunakan untuk menyembuhkan penyakit, hanya saja kedua benda ini tidak biasa, yang aku perlukan ini, semuanya memiliki energi spiritual!”“Memiliki energi spiritual?” Sarah tercengang mendengar itu.Kevin juga terkejut, mereka bahkan tidak mengerti apa yang dimaksud memiliki energi spiritual.Melihat kedua orang itu tercengang, Nathan menjelaskan. “Di dunia ini
“Tuan, hari ini Tuan Muda dari Keluarga Orton sedang melangsungkan pernikahannya, resepsi pernikahannya diselenggarakan di aula lantai dua, makanya diluar ribut!” Manajer itu segera menjelaskan situasi kepada Kevin.Saat mendengarnya Kevin kemudian mengangguk, dia juga seorang pebisnis yang bergerak dalam bidang usaha perhotelan, keributan yang terjadi karena ada resepsi pernikahan memang suatu hal yang tidak bisa dikontrol.“Tuan Kevin, kalau begitu, aku pamit!” Nathan kemudia berjalan keluar dari dalam kamar.Dan saat Nathan baru turun ke lantai bawah, dia kembali bertemu dengan Rendy yang sedang menggendong pengantinnya, Sherly memasuki hotel.Saat melihat Nathan, Rendy tercengang sesaat lalu mencibir. “Nathan, tidak disangka, kamu benar-benar datang untuk menghadiri pernikahan kami, hebat!”Nathan tidak bersuara dan ganga melirik dingin ke arah Rendy, dan sama sekali tidak mengatakan apapun, dia berbalik dan hendak pergi.“Tunggu dulu, kenapa terburu-buru? Jangan pergi begitu saja
Nathan pun mengangguk, menggenggam erat tangan para anggota Ravensclaw sebagai tanda terima kasih. Namun, perhatian Famrik tertumbuk pada sebuah detail penting, sebuah cincin yang terpampang di tangan Nathan. Tatapan Famrik sesaat dipenuhi kengerian, namun segera terganti oleh sikap tegas.“Kamu ikut denganku. Ada yang perlu kutanyakan,” perintah Famrik sambil melambaikan tangannya.Terkejut namun patuh, Nathan mengikuti Famrik menuju tempat yang tersembunyi. Di sana, tanpa peringatan, Famrik berbalik dan dengan penuh hormat berlutut di hadapan Nathan.“Ada apa, Tuan Famrik?” ujar Nathan, kebingungan.Namun, Famrik tetap tidak bergerak, lalu dengan suara berat dia berkata. "Bawahanmu, Famrik, memberi hormat kepada Tuan Ace!”Kata-kata itu mengguncang pikiran Nathan. ‘Ace? Apakah …. organisasi Matilda juga merupakan cabang dari Dragnows?!’Seluruh benak Nathan seketika dipenuhi pertanyaan yang tak terjawab. Dia teringat bahwa kekuatan organisasi Matilda begitu dahsyat, bahkan anggota R
Dengan nada yang penuh rasa ingin tahu, Nathan bertanya kepada Milan. "Kapten Milan, siapa mereka?”Milan menatap Nathan dengan mata yang tenang namun penuh arti, lalu berkata. "Tuan Nathan, mereka adalah Ravensclaw dari organisasi Matilda. Di antara mereka, yang berbicara dengan suara lantang itu adalah Famrik sang pemimpin keempat orang itu. Di bawahnya—kaki tangannya—yang berada di sisinya adalah Ariel. Lalu ada Zechar dan yang terakhir adalah Fernand.”Kata-kata Milan menggema di benak Nathan, dia sempat teringat akan desas-desus yang pernah dia dengar dari Zephir—bahwa suatu ketika, Rebecca pernah dipungut oleh Ravensclaw, dan Zechar yang menyerahkannya kepada Zephir untuk dibesarkan. Sejenak, pikiran Nathan terombang-ambing antara kekaguman dan kebimbangan.Jika benar keempat sosok ini diutus oleh Zephir, apa maksud sebenarnya dan bagaimana mereka bisa begitu dekat dengan kekuatan yang begitu menakutkan?Tak lama kemudian, suasana di arena semakin memanas. Sancho naik ke tengah
"AARGH!" Nathan meraung, berjuang mati-matian melawan belenggu tersebut. Otot-ototnya menegang, urat-uratnya mencuat, namun belenggu itu tak mudah dipatahkan.Keamanan Martial Shrine bertukar pandang. Tanpa ragu, mereka melontarkan cahaya pekat dari tangan mereka. Kilatan itu seperti aliran listrik yang langsung merambat ke belenggu dan merasuk ke dalam tubuh Nathan."AAARGGGHHH!" Tubuh Nathan tersentak hebat, darah segar menyembur dari mulutnya.BAM!Tubuhnya menghantam tanah dengan keras.Sancho mendengus, menatapnya dengan penuh penghinaan. "Sudah kukatakan, lebih baik kau menyerah!"Keamanan Martial Shrine melangkah maju, siap membawa Nathan pergi. Namun, di saat itu juga, mereka semua terkejut. Nathan, yang seharusnya sudah tak berdaya, perlahan bangkit. Kilatan merah terang menyala di dahinya, seperti bara api yang baru saja tersulut!Angin di sekitarnya bergemuruh. Aura Nathan mulai bergejolak, semakin kuat, semakin liar.Para penonton menahan napas. “Apa yang akan terjadi sela
Sancho menatap Nathan dengan dingin. "Apa pun yang kau ucapkan, tak ada gunanya!” lalu memerintahkan. "Bawa dia pergi!”Namun, tak disangka, Milan, Nelson, Bachira, dan para pendukung lainnya segera menerjang untuk melindungi Nathan.“Tuan Sancho, Tuan Nathan adalah bagian dari kepolisian! Dia bukan orang yang bisa dipermalukan begitu saja!” seru Milan dengan dingin.“Tak pedulikan siapa dia! Karena dia telah berani melanggar aturan aliansi, aku yang akan menanganinya. Kalau kau berani banyak bicara, percayalah, aku akan membawa kalian semua juga!” jawab Sancho, tatapannya menusuk dengan ketegasan.Milan, yang tampak gemetar karena amarah, berusaha menantang. "Kau tak takut kepada Tuan Ryujin?”“Biarlah. Aku telah berkata, masalah ini hanya bisa kuselesaikan sendiri!” balas Sancho dengan suara penuh ancaman. “Minggir!”Saat kata minggir terdengar, tubuh Milan terhuyung mundur beberapa langkah..Kekuatan Milan tidak bisa dibandingkan dengan Sancho. Mereka adalah dua sosok yang berada d
Darah mengalir, wajah Ging berlumuran noda merah, sementara kedua pejuang saling berteriak penuh amarah. Ging, sambil menyeka darah dari wajahnya, meraung. "Aku akan membunuhmu!” tatapannya mengungkapkan luka batin dan kebanggaan yang tersakiti.Nathan menatap balik dengan tatapan penuh kebencian. "Aku juga akan membunuhmu, Ging! Hari ini, kau harus membayar atas perbuatanmu menangkap pacarku!” Suara Nathan bergema, menyuarakan dendam yang telah lama terpendam, sementara aura di tubuhnya menyala, meskipun semakin lemah, menandakan bahwa setiap detik pertarungan ini adalah pertarungan antara nyawa dan kehormatan.Keduanya melesat dengan kecepatan kilat, sengan setiap serangan dan balasan, arena itu berubah menjadi saksi bisu dari pertarungan yang tak hanya menguji kekuatan fisik, tetapi juga mengungkapkan kedalaman emosi, konflik batin, dan tekad yang tak terhingga. Setiap detik adalah perjuangan antara kehancuran dan kebangkitan, sebuah pertarungan yang akan dikenang sepanjang masa ol
“Ryuki!” gumam Jazer dengan keprihatinan mendalam, menyaksikan putranya yang kini tampak hancur.“Kepala Keluarga, sebaiknya kita segera bawa Tuan Muda ke rumah sakit untuk menyelamatkan nyawanya,” saran Kieran berjalan mendekat dengan wajah yang cemas, menyimpan kepuasan terselubung atas kejatuhan musuhnnya.Melihat Jazer membawa Ryuki pergi, Nathan menatap Ging dengan tatapan penuh amarah. "Ryuki telah pergi, maka kau yang akan menggantikannya untuk mati!” suaranya rendah namun menggema jelas ke seluruh arena, sebuah tantangan terbuka yang seakan memancing pertarungan yang tak terhindarkan.Ging tersenyum sinis. "Nak, kau terlalu arogan. Apa kau kira karena sudah mengalahkan Ryuki, kau sudah tak terkalahkan?” balasnya dengan dingin.Nathan menjawab. "Aku tak peduli soal ketangguhan. Yang kupastikan, hari ini kau harus mati! Kau telah menangkap wanitaku, dan itu tak akan kuampuni!”Pada momen itu, amarah Nathan meledak bagaikan badai, aura membunuhnya memenuhi udara, matanya berubah
Plak! Plak! Plak!Saat Ryuki berusaha mengungkapkan bantahan, tamparan demi tamparan kembali meluluhlantakkan sisa harga dirinya, wajahnya berubah seketika menjadi simbol kehancuran.Di tengah kekacauan, Jazer bangkit dengan aura membunuh yang menyala, menantang keberanian Nathan. “Berhenti, bedebah!”“Kepala Keluarga Zellon, ini adalah pertarungan, bukan tempat untuk melanggar aturan!” seru Milan dengan nada penuh kemarahan yang tertutup kepedihan, dia membayangkan menjadi seorang ayah yang melihat putranya terhina.Bachira, yang menyaksikan dengan ngeri, segera berteriak memperingatkan. "Jazer, awas, jangan biarkan amarah menguasaimu!”“Persertan dengan kalian semua!” Jazer berteriak penuh amarah.Saat itu pula, dua aura puncak penguasa Ingras muncul, melindungi Bachira yang berdiri dengan keberanian, meski terjebak dalam konflik keluarga yang memanas. Ketegangan semakin memuncak ketika Sancho, Ketua Martial Shrine, dengan suara dingin namun penuh wibawa, menginstruksikan. "Kembali
Cahaya emas menyelimuti sekeliling medan pertempuran, seketika membuat lonceng itu terhenti. “Hahaha! Sudah kukatakan, sia-sia saja kau berjuang. Terimalah nasibmu! Berlututlah, dan mungkin aku akan berbaik hati untuk tidak membunuhmu,” ejek Ryuki dengan senyum sinis, menatap Nathan yang kini berada di ambang kehancuran.Namun, Nathan tak membiarkan kata-kata itu menggoyahkan tekadnya. Kekuatan Taiju dalam dirinya kembali meledak, namun kali ini bukan hanya mengalir melalui tubuhnya. Energi itu langsung terfokus ke dalam batu mata naga yang tersembunyi dalam dirinya, memancarkan cahaya dualistik yang memukau, setengahnya merah menyala seperti api yang berkobar, setengah lagi biru dingin bagai es yang tajam.Sorot mata para penonton semakin tertuju pada keajaiban yang terjadi, tubuh Nathan perlahan berubah menjadi transparan, seolah dia mulai menghilang. Sementara batu mata naga mengambang keluar, memancarkan sinar yang menyaingi cahaya matahari. Aura yang dihasilkan bagai gelombang la
“Kamu terlalu percaya diri,” desis Nathan, sambil aura menggelegak di sekelilingnya. Ledakan kekuatan yang mendadak itu mengundang keheranan di wajah Ryuki. “Kekuatanku .… tidak berpengaruh?” gumamnya, terperangah oleh keuletan lawannya.Pedang aruna yang telah lama menjadi bagian dari jiwanya kembali terangkat, siap untuk menantang nasib. Ryuki, yang dengan cepat membunyikan lonceng lagi, memicu gelombang kekuatan yang mengalir ke seluruh arena. Suara lonceng yang merdu namun mematikan mengguncang setiap sudut medan, membuat penonton terpaku dan terdiam dalam ketakutan.Melihat Nathan yang tetap teguh di tengah badai kekuatan, Ryuki membuang loncengnya ke udara. Dalam hitungan detik, lonceng itu membesar dan menggantung megah, memancarkan aura kuno yang perlahan menyebar, seakan menekan setiap jiwa yang berada di sekitarnya. Tekanan yang mendalam itu seolah menurunkan beban dunia ke atas Nathan, namun dengan kekuatan Taiju, tubuhnya berpendar dengan cahaya keemasan, menolak setiap s