Share

Kembalinya sang Dewa Perang
Kembalinya sang Dewa Perang
Author: Imgnmln

Bab 1

Author: Imgnmln
last update Last Updated: 2023-12-27 01:02:13

Bandara Internasional Northen.

Kota Northen Vale.

Sosok pria yang mengenakan kaos dan celana jeans hitam berjalan turun dari dalam pesawat, pria itu memakai masker untuk menutupi wajahnya dan menyeret sebuah koper yang sudah usang. Penampilannya sangat sederhana, hal itu membuatnya terlihat sangat mencolok di antara orang-orang yang berlalu lalang.

"Ah …. Setelah lima tahun …."

Nathan Sykes, yang telah mendekam di penjara selama lima tahun, akhirnya bebas dengan hasil remisi yang dia dapatkan. Pria itu menghirup udara segar yang sudah lama tidak dia dapatkan. Dia dipenjara di sebuah pulau terpencil bernama Pulau Mistik, sebuah hukuman yang seharusnya tidak dia dapatkan.

"Ma …. Setelah lima tahun, aku akhirnya bisa melihatmu," Nathan berjalan seraya menyeret koper usangnya keluar dari bandara.

Kring~~

Saat sedang berjalan, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

[Tuan, apakah Anda sudah sampai?]

Terdengar sebuah pertanyaan yang lantang dari ujung panggilan telepon itu, membuat Nathan menjawab. "Ya, aku baru saja turun dari pesawat, aku akan pergi ke parkiran."

Nathan berdiri di area parkir untuk menunggu seseorang menjemputnya, kemudian Nathan berkata. "Aku sudah berada di parkiran, aku—"

BRAK!

"Ah!"

Terdengar jeritan seorang wanita cantik, Nathan yang mendengar itu menolehkan kepalanya.

"Sayang!" Kembali terdengar seorang pria berteriak, pria itu memakai jas rapi dan bergegas menuju ke arah wanita yang tersungkur di lantai. "Kamu tidak apa-apa, sayang?" Lirihnya seraya membantu wanita itu berdiri.

"Brengsek, apa kamu bodoh!?" Teriak pria asing itu dengan kesal, hal itu membuat orang-orang yang berlalu-lalang mengalihkan pandangannya ke arah mereka.

"Kalau berdiri itu jangan sembarangan! Ini area ramai pejalan kaki, tuh, lihat! Ada tempat duduk untuk area penjemputan!" Maki pria itu dengan kesal, melihat wanitanya yang kesakitan, pria itu kembali berkata. "Minta maaf!"

Nathan tercengang saat mendengar ucapan pria itu. 'Hah? Jelas-jelas wanita itu yang menabrakku, gak punya mata, apa?!'

Saat Nathan sedang bertanya-tanya hal yang membuatnya seakan-akan bersalah, dia mendengar orang-orang saling berbisik. "Bukankah pria itu ahli waris keluarga Forger, Marcel Forger?!"

"Benar, dia adalah Marcel Forger! Direktur dari Forger Company, perusahaan nomor satu di Northen Vale!"

Ketika Nathan sedang mendengarkan bisikan orang-orang, Marcel kembali berkata dengan penuh makian. "Brengsek! Beraninya kau tidak mendengarku?! Aku bilang, minta maaf!"

Wanita yang tersungkur itu mendengus dengan kesal saat melirik ke arah Nathan. "Dasar pria miskin! Sombong sekali, ya?"

Nathan menatap Marcel dengan datar, dia berkata. "Hah? Aku rasa kamu salah paham, jelas-jelas wanitamu yang menabrakku, untuk apa aku meminta maaf?" Dia kembali memalingkan wajahnya melihat mobil jemputannya, namun tidak juga datang. "Sial sekali hari ini!" gerutunya dengan kesal.

"A-apa? Apa kamu bilang!?" seru Marcel dengan nada tinggi.

Orang-orang yang mendengar ucapan Nathan kembali berseru. "Apa aku tidak salah dengar? Berani sekali dia berkata seperti itu kepada Tuan Muda Forger?! Apa otaknya terbentur barusan?"

"Aku baru melihat pria itu, dia terlihat sombong dan juga arogan!" Sahut seseorang. "Aku ingin melihatnya bersujud dan meminta maaf, hahaha …."

"Sayang, apa dia benar-benar bodoh? Beri saja dia pelajaran, agar dia tahu siapa kamu!" ujar Wanita itu dengan kesal.

Mendengar ucapan wanita itu, Marcel segera melambaikan tangannya, sekitar lima atau enam orang bergegas mendekatinya.

"Beri pemuda itu pelajaran! Aku ingin dia menyesal karena telah bersikap tidak sopan terhadapku!" Titah Marcel dengan lantang.

Ketika para pengawal Marcel mendengar perintah itu, mereka langsung bergegas mengepung Nathan.

"Apa kalian serius?" ucap Nathan dengan datar, tatapannya terlihat sangat dingin dan mematikan.

Sebelum mereka sempat mengepung Nathan, tiba-tiba para pengawal itu mematung kala pandangan mereka menatap netra hitam milik Nathan.

Marcel yang melihat para pengawalnya tiba-tiba berhenti, dia berteriak. "Brengsek! Kenapa kalian diam saja!? Dasar tidak berguna!" Makian itu membuat para pengawalnya kembali tersadar. "Siapapun yang mampu mematahkan lengannya, aku akan memberikan sepuluh juta!"

"Sepuluh juta!" Tiba-tiba seorang pengawal Marcel menerjang ke arah Nathan dengan ganas.

BUGH! BRAK! KRAK!

Dentuman pukulan yang begitu keras dapat terdengar, pengawal itu terpental beberapa meter dan menabrak sebuah kursi, diikuti suara retakan tulang punggung yang memilukan telinga.

"A-apa?!"

"Bagaimana mungkin?!"

Marcel yang melihat kejadian itu membelalakkan matanya, dia sama sekali tidak dapat melihat apa yang terjadi barusan. Kejadian itu berlangsung secepat kilat!

"Kalian, kenapa kalian diam saja? Cepat hajar pria itu!" Teriak Marcel penuh amarah.

Para pengawal itu saling memandang, mereka akhirnya melesat ke arah Nathan secara serentak.

BUGH! BRAK! KRAAK!

Kembali, dapat terdengar suara pukulan yang memilukan di area parkiran itu, para pengawal Marcel terpental beberapa meter sebelum akhirnya terkulai lemas di atas lantai.

"Hah? I-ini …." Marcel merasakan tubuhnya mati rasa. "K-kenapa bisa begini?!" serunya dengan tubuh gemetar.

BRUK!

Kala Nathan memalingkan kepalanya, pandangan mereka berdua saling beradu, yang membuat Marcel tiba-tiba terduduk dengan lemas. Aura membunuh tiba-tiba menguar dengan kuat dari dalam tubuh Nathan. Orang-orang disekitar yang merasakan itu mundur karena takut akan terseret dalam masalah ini.

'S-siapa orang ini?!'

Marcel menatap netra hitam nan dingin pria itu dengan gemetar.

"S-siapa kamu?" Marcel dengan sekuat tenaga bangkit berdiri. "Beraninya kamu melakukan ini kepada pengawalku!" Bentaknya dengan sedikit gemetar.

Mendengar bentakan dari Marcel, Nathan melangkahkan kakinya dengan kuat menuju ke arah Marcel. Melihat pria itu yang berjalan menghampirinya dengan mantap, tanpa sadar Marcel dan kekasihnya mundur satu langkah.

Nathan tersenyum dingin, saat jarak antara mereka tersisa beberapa meter, Nathan menjulurkan tangannya ke arah Marcel. Seakan-akan, tangan sang pencabut nyawa menghampiri merekanya. Namun, ketika jemarinya hampir mencengkram wajah tampan Marcel, terdengar suara yang memekakkan telinga.

"Ada apa ini?"

Nathan yang mendengar itu menghentikan tangannya di udara, pria itu memalingkan wajahnya ke arah suara tersebut. Terlihat, sosok pria yang tinggi besar dan gagah berjalan menghampiri mereka sembari membelah kerumunan orang-orang.

Marcel yang melihat sosok pria itu langsung berlari sembari matanya berbinar. 'Bukankah itu Tuan Paul?' Marcel tersenyum melihat sang dewa penyelamat datang menghampiri. "Tuan Paul," sapa Marcel dengan sopan. "Tolong, bantu aku!"

"Paul? Bukankah dia seorang Jendral tingkat tinggi Northen? Paul Cartney!"

"Untuk apa sosok Jendral setingkat Paul datang kemari?" bisik seseorang membicarakan Paul yang merupakan seorang Panglima perang negara Northen.

"Aku yakin Tuan Forger mengenalnya, dia pasti akan membantunya!" Sahut penonton lainnya. Dia melirik ke arah Nathan dan mendengus. "Hidup pemuda itu sudah habis!"

Marcel segera mendengus dengan kesal. "Tuan Paul! Beruntung sekali Anda datang, pria itu entah berasal dari planet mana, diatelah memukuli pengawalku, bahkan dia ingin memukulku!" Dia menunjuk ke arah Nathan dengan senyuman picik, tatapannya seakan penuh dengan kemenangan. "Kamu harus memberinya pelajaran! Dia—"

PLAK!

Tiba-tiba, sebuah tamparan yang sangat keras bergema di tempat itu, hal itu membuat Marcel terjatuh ke lantai dengan darah mengalir dari sudut bibirnya.

"Berani sekali kamu!" Bentak Paul dengan suara menggelegar. "Siapa kamu? Hanya seorang pewaris keluarga Forger, bukan?" sahutnya dengan tatapan mengintimidasi. "Berani sekali berbicara lancang terhadap Tuan Ace?!"

"Apa?!"

"Paul menampar Tuan Forger?!"

"Apa yang terjadi, siapa pria itu?!"

"Ace? Aku baru mendengarnya."

Orang-orang menatap Paul dengan tatapan terkejut, seiring keterkejutannya mereka mengalihkan pandangan terhadap Nathan. Tiba-tiba mereka melihat Paul membungkukkan kepalanya dengan sopan kepada Nathan, hal itu membuat orang-orang yang melihat kejadian itu terkejut bukan main.

"Tuan Ace! Maaf atas ketidaknyamanan ini, aku akan memberinya pelajaran kepadanya nanti," ujar Paul dengan sopan.

Nathan yang melihat Paul membungkukkan kepalanya kemudian berkata dengan dingin. "Berdiri dengan tegak, ini bukan dirimu."

Setelah mengatakan itu, Nathan mengalihkan pandangannya yang dingin ke arah Marcel. "Terlambat satu detik lagi, mungkin saja wajahnya sudah hancur. Atau, bisa saja pewaris keluarga Forger yang kalian sebut itu akan kehilangan sang pewarisnya!"

Mendengar ucapan itu, membuat Marcel yang terduduk di lantai gemetar hebat. Pria itu mengusap darah yang terus mengalir dari mulutnya. Bahkan, orang-orang termasuk Paul yang mendengar ucapan Nathan bergidik ketakutan.

Pria di hadapan mereka ini bukanlah sosok manusia biasa, dia tidak bisa dianggap remeh. Bahkan, sosok Paul yang merupakan panglima militer tingkat tinggi pun ketakutan mendengar ucapan Nathan.

"M-maaf, Tuan Ace, saya—"

Tidak mau mendengar basa-basi lagi, Nathan memotong ucapan Paul dengan suara yang dingin. "Cukup! Ayo pergi!"

Mendengar ucapan yang begitu mendominasi, Paul langsung tertunduk. "B-baik! Lewat sini, Tuan."

Mereka akhirnya meninggalkan area parkir menaiki sebuah mobil militer. Kepergian mereka membuat orang-orang yang masih terkejut itu terperangah.

'Siapa pria itu?!' gumam Marcel yang masih terkejut dengan kejadian ini. 'Bahkan, Paul yang merupakan seorang panglima militer tingkat tinggi begitu menghormatinya?!'

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Bani Adam
ceritanya bagus...lanjutkan dan teruslah berkarya ...
goodnovel comment avatar
🌹isqia🌹
mungkin dia presiden haha
goodnovel comment avatar
Nyamuk Kecil
itu baru permulaan,belum seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 2

    "Tuan Ace …. Jika saya boleh bertanya, hal apa yang membuat Anda datang ke kota Northen Vale ini?"Nathan yang mendengar itu melirik ke arah Paul. Aura yang sangat mendominasi dapat terlihat dari manik matanya yang dingin.Hal itu membuat Paul gemetar. "M-maaf jika saya lancang, Tuan. Tapi, kota Northen Vale hanyalah sebuah kota kecil jika dibandingkan dengan ibukota Northen," ujarnya dengan kaku.Menyadari ketakutan Paul, Nathan kembali memalingkan wajahnya menatap pemandangan Kota Northen Vale dari jendela mobil dan mulai menjelaskan kedatangannya. "Northen Vale …. Ini adalah kampung halamanku," pria itu kembali mengalihkan pandangannya ke arah Paul, tatapan matanya bertabrakan dengan netra hitam milik Paul. "Sudah lima tahun, aku tidak bertemu dengan keluargaku."Mendengar penjelasan singkat sang dewa perang itu, Paul membelalakkan matanya. 'Apa? Tuan Ace berasal dari Northen Vale?!'"Tuan Ace … A-aku—""Cukup! Berhenti memanggilku Ace, aku bukan lagi seorang pejuang seperti dulu,"

    Last Updated : 2024-01-01
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 3

    Selama Nathan dipenjara, keluarga Orton tidak berniat melepaskannya, dan bahkan menuntut keluarganya untuk mengganti rugi 2 milyar kepada mereka. Pada akhirnya, tidak ada jalan lain. Orang tua Nathan harus menjual rumah untuk mengganti rugi kepada keluarga Orton karena telah berani memukuli pewarisnya. Bahkan, mereka meminjam banyak uang, tetapi mereka tetap tidak dapat mencukupinya. Pada akhirnya, masih tersisa hutang yang masih terus ditagih oleh keluarga Orton, dan mereka hanya bisa mencicilnya secara perlahan. Karena alasan ini, pekerjaan ayah Nathan tidak lagi tersedia, dan dia hanya dapat mencari nafkah sebagai kuli bangunan. Sementara ibunya membasuh wajahnya dengan air mata sepanjang hari, dan matanya dibutakan oleh tangisan.Inilah sebabnya mengapa selama Nathan dipenjara, orang tuanya tidak pernah menjenguknya walau hanya sekali.Mendengarkan ucapan ibunya, Nathan perlahan mengepalkan tinjunya, dan niat membunuh yang besar menguar dari tatapan matanya. Dia tidak pernah berpi

    Last Updated : 2024-01-02
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 4

    “Ma, siapa itu?”“Tidak usah kamu pedulikan, cepat masuk kedalam kamar, dan jangan keluar!” Maria mendorong Nathan masuk kedalam kamar, dan mengarah ke pintu dengan raut wajah yang gelisah.Terdengar derap kaki yang kuat dan besar, terlihat sosok pria kekar dan tinggi membawa 4 sampai 5 orang yang terlihat sangar melangkah masuk."Apa kamu tuli, hah?!" Maki pria itu. “Mana uangnya?” Kamil melihat Maria dan langsung bertanya.“Tuan Kamil, sudah saya siapkan,” Maria terus mengangguk, dan meraba-raba kantong hitam yang ada di saku celananya. "I-ini …."Saat ini banyak tetangga yang sedang berkumpul dan menyaksikan, melihat kejadian itu, tapi mereka tidak berani mendekat karena takut akan terseret oleh masalah.“Para bajingan itu kembali, mereka benar-benar membuat orang seakan-akan ingin mati!”“Benar, mereka sama sekali tidak berprikemanusiaan!”“Hei, kecilkan suara kalian, mereka itu orang-orang yang diutus Keluarga Orton untuk menagih ganti rugi.”Beberapa tetangga berkumpul dan berka

    Last Updated : 2024-01-03
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 5

    "Ma, aku ada urusan sebentar, tetaplah di rumah," ucap Nathan dengan datar seraya berjalan meninggalkan kediamannya penuh amarah.Ciiit …. Brak!Terdengar suara rem mobil yang nyaring, saat Nathan hendak menyebrang jalan keluar dari komplek itu, tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan kencang, tabrakan pun tidak dapat dihindari. Nathan akhirnya tertabrak hingga terpental beberapa meter."Ah!"Tubuh Nathan berguling-guling di atas aspal, jika saja saat di penjara dia tidak belajar seni bela diri, mungkin dia sudah kehilangan nyawanya."A-aduh …." Nathan berusaha berdiri dan menyeimbangkan tubuhnya. "Sial! Lagi buru-buru gini!" Gerutunya dengan kesal.Tepat saat Nathan memaki dan berusaha bangkit berdiri, suara makian dapat terdengar. “Eh bego? Punya mata, gak? Nyebrang tuh pake mata!"Seorang gadis terlihat turun dari dalam mobil BMW, dia mengenakan rok berwarna putih, dan mengenakan sepatu hak tinggi, dia terlihat sangat cantik, dan menatap Nathan dengan tatapan kesal.Nathan mengernyitk

    Last Updated : 2024-01-04
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 6

    Sherly menatap Nathan tanpa ekspresi dan berkata. "Nathan, jangan menemuiku lagi, dan jangan datang mencariku lagi! A-aku …. Aku telah memutuskan untuk menikahi Rendy!"Mata Nathan menyipit dan tangannya mengepal dengan erat. Meskipun dia sudah mengetahuinya, tapi ketika Sherly mengatakannya sendiri, hati Nathan berkedut dengan kencang. Dia dipenjara karena pria itu, tapi sekarang pacarnya akan menikah dengannya?Sebuah cinta yang sangat ironis!"Hahaha …." Tiba-tiba Nathan menertawakan dirinya sendiri, dia merasa bahwa dia benar-benar terlalu bodoh.Tiba-tiba tawa Nathan berhenti, netra hitam dingin miliknya menatap ke arah Sherly, namun tidak ada kemarahan di wajahnya, dan tangannya perlahan mengendur. "Apakah itu yang kamu inginkan?"“Ya!” Sherly mengangguk. “Aku ingin memiliki kehidupan yang indah, dan kamu tidak akan pernah bisa memberikannya kepadaku!”"Dan kamu, sekarang kamu seorang mantan narapidana. Bahkan jika kamu keluar dari penjara, aku khawatir kamu akan sulit untuk men

    Last Updated : 2024-01-28
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 7

    Hotel Northen.Sosok pria tua sedang berdiri dengan wajah yang pucat di depan pintu masuk Hotel, Kevin Wibowo, sang pemilik Hotel secara pribadi menunggu Nathan di pintu, dan penampilan Kevin membuat semua orang yang masuk ke Hotel Northen banyak berbisik."Bukankah dia Kevin Wibowo?”“Benar, untuk apa dia berdiri di depan pintu? Tidak seperti biasanya!”“Benar, seolah-olah dia sedang menunggu seseorang!"“Ah benar sekali, sungguh hebat orang yang mampu membuatnya menunggu di depan pintu secara khusus!”"Tunggu, aku mendengar bahwa putra tertua dari keluarga Orton akan menikah, dan pernikahan itu dilaksanakan di sini. Apakah dia sedang menunggu seseorang dari keluarga Orton?""Mungkin saja, lagipula, keluarga Orton juga keluarga kaya, jadi mereka harus memberi sedikit ucapan selamat datang."Semua orang berjalan ke Hotel Northen sambil berbisik, tetapi Kevin masih menunggu di pintu sambil melihat arlojinya yang sudah menunjukkan hampir pukul 9 malam, wajahnya menjadi sedikit tidak sab

    Last Updated : 2024-01-30
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 8

    Dokter Paul, pria itu kembali menusukkan jarum akupunktur pada Kevin dengan hati-hati, keringat dingin semakin banyak membasahi keningnya. Dan saat jarum terakhir di tusukkan padanya, Kevin tersada dan perlahan-lahan membuka matanya.“Ayah! Syukurlah, ayah sudah sadar!” Melihat Kevin sudah kembali sadar, Sarah berteriak dengan semangat, kelopak matanya dipenuhi air mata.Sarah merasa sangat ketakutan, dia takut kalau ayahnya tidak akan pernah membuka matanya lagi.Dokter yang melihat Kevin sudah sadar juga menarik nafas panjang, dia juga sebenarnya tidak tahu harus berbuat apa. Tapi disaat Sarah dan Dokter itu merasa lega, Kevin yang sudah sadar tiba-tiba tubuhnya gemetaran hebat. Raut wajahnya terlihat sangat kesakitan, wajahnya tiba-tiba membiru.“A-ayah? A-apa yang terjadi?!” Sarah berteriak, dengan panik dia menatap Dokter itu. “Dokter, apa yang terjadi?”Seketika, Dokter itu juga menjadi panik, dia terlihat kebingungan. “A-aku …. Aku juga tidak tahu, kenapa ….”“Cepat lakukan ses

    Last Updated : 2024-01-31
  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 9

    “Nathan, maksudku …. Guru! Tolong angkat aku menjadi muridmu!” seru Paul penuh semangat dengan tatapan yang berbinar.Nathan membuka mulutnya tapi dia menyadari kalau dia bahkan sudah tidak punya tenaga untuk berbicara.Sedangkan Sarah yang terkejut menatap Dokter Paul. “Dokter Paul, apa yang sedang kamu lakukan? Ayahku saja belum bangun!” Sarah tidak mengerti, ayahnya jelas-jelas masih pingsan, kenapa Dokter Paul berlutut da meminta Nathan untuk menjadi gurunya?“Nona Sarah, mungkin anda tidak tahu, baru saja Nathan menggunakan Teknik Yin dan Yang!” suara Paul begitu bersemangat menjelaskan kepada Sarah. “Teknik ini saling berhubungan namun juga saling berlawanan! Dan yang paling penting, teknik ini bisa membangkitkan orang mati, Tuan Kevin pasti akan baik baik saja!”“A-apa? Benarkah itu?” Sarah menatap Nathan dengan tatapan tidak percaya, kalau apa yang dikatakan oleh Dokter Paul benar, maka Nathan benar-benar pantas disebut sang dewa penyelamat.“Tidak disangka kamu mengetahui ten

    Last Updated : 2024-02-01

Latest chapter

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1081

    Nathan tersenyum tipis. Tapi senyuman itu tidak membawa kehangatan, itu adalah senyuman milik seseorang yang telah membuat keputusan. “Bukan gertakan,” bisiknya dingin. “Itu adalah nisan yang baru saja kau gali sendiri.”Gill menatap Nathan dengan pandangan tajam, senyum sinis masih menempel di wajahnya. “Kau terlalu percaya diri.”Swosshh~Dalam sekejap, tubuh Gill menghilang dari tempatnya, melesat seperti bayangan! Nathan tak bergerak, matanya hanya menyipit sepersekian detik sebelum serangan.Slashh!Sebuah pukulan meluncur dari arah kiri, cepat dan berat seperti meteor. Tapi Nathan memiringkan tubuhnya hanya setipis helai rambut, menghindari serangan itu tanpa panik. Bugh!Siku Nathan melesat balas ke arah dada Gill dengan kecepatan tak kasat mata. Gill mengebloknya dengan lengan kiri, suara benturan tulang beradu terdengar nyaring di udara malam.Bugh! Bugh! Bugh!Serangan demi serangan saling beradu, tinju, siku, tendangan, sapuan kaki. Setiap benturan menghasilkan gelombang u

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1080

    Nathan berdiri di depan menara kegelapan, jubahnya berkibar pelan tertiup angin malam. Matanya menatap lurus ke arah pria yang telah meretakkan formasi pembunuhnya.Di bawah sinar bulan yang dingin, aura mereka saling berbenturan meski belum ada yang bergerak.Gill berhenti menghantam, tangannya yang terluka mengepal pelan, namun ekspresinya tetap tenang. Matanya menyapu Nathan dari atas ke bawah. “Jadi, kau Nathan?” ujarnya, suaranya rendah tapi menggema seperti bergema dari dasar lembah.Nathan menatapnya datar. “Dan kau pasti Gill, Tuan Muda yang disembunyikan di balik bayangan nama Wilford.”Gill menyeringai tipis. “Kau lebih pintar dari yang kuduga.”Nathan menatap luka di tangan Gill. “Formasi pembunuhku membuatmu berdarah. Tidak buruk untuk seorang ‘tuan muda’, bukan?”Gill tertawa pelan, tatapan matanya sinis. “Kalau formasi sekelas itu saja sudah membuatku mundur, aku tidak pantas menyandang nama Wilford.”“Sayangnya,” Nathan menimpali, suaranya seperti mata pisau menggores b

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1079

    Formasi terpasang sempurna. Nathan menarik diri ke dalam bayang menara, menatap ke dalam kegelapan sambil menghela napas berat.Di luar, Hago memandang menara yang bergetar pelan, detak hatinya berpacu.“Sehebat ini?” satu prajurit bisik, suaranya hampir tak terdengar.Hago memutar wajah, mata redup menyala. "Nathan menghancurkan Ging dan melukai Kaidar, mereka seorang dengan kekuatan puncak penguasa Ingras tingkat akhir! Apa kita lebih hebat?"Gemuruh aktivitas di menara menggetarkan tanah. Kilatan cahaya ungu menelusup silang di balik jendela tinggi menara, seolah detak jantung yang siap meledak.Prajurit terhuyung, Hago mencibir pelan, sipi matanya menerawang ke cakrawala. "Tunggu Tuan Gill datang, aku akan melihat ke mana larinya Nathan kemudian."Dalam senyap menara, Nathan tenggelam kembali dalam kultivasi. teknik kijutsu berputar liar, menara bergetar hebat, merintih menahan badai energi yang menyedot setiap partikel energi spiritual di sekitarnya.“Apa?! Menara itu bergetar? P

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1078

    Di bawah bayang menara, sosok itu terbungkus gaun hitam, wajahnya masih membelakangi mereka. Nathan membuka mata, sebuah kilatan biru dan merah menari di tengah pupilnya.Hago menegakkan punggung, mencoba menutupi keterkejutannya. “Siapa kau?” tanyanya, tingkahnya tenang namun bergetar tipis.Nathan menoleh perlahan, bayangan luncur di pipinya. “Pemilik sah villa ini,” jawabnya dingin. “Jika ingin selamat, mundur sekarang.”Getaran energi spiritual mengepul di telapak Nathan, aura naga melingkari tubuhnya.“Kami wakil keluarga Wilford!” desak Hago, namun suaranya gemetar. “Ramos telat bayar hutang, villa ini jadi milik kami. Lalu kamu siapa?”Nathan mengangkat dagu, cahaya dingin menyorot wajahnya. “Ramos sudah tiada, tapi tanah dan menara ini kini di bawah kendaliku,” ujarnya tenang. “Akan kucabut nyawa kalian jika berani menentang.”Beberapa prajurit keluarga Wilford saling berpandangan, tangan mereka mengepal pada gagang pedang.Salah satu dari mereka terangkat suaranya. "Tuan Hago

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1077

    Debu dan serpihan porselen beterbangan, kristal lampu bergetar. Kaidar merasakan detik-detik terombang-ambing antara hidup dan mati, namun dia tetap tegap, mencatat setiap celah serangan Gill. Dengan satu teriakan rendah, Kaidar membalikkan formasi menjadi cincin pelindung, gelombang magis memantulkan serangan Gill, menimbulkan kilatan cahaya keunguan yang menari seperti naga kecil sebelum lenyap.Pertarungan singkat itu berakhir secepat kilat, tak ada korban luka baru, namun udara di antara mereka masih bergetar penuh ketegangan.Gill terdiam, matanya menatap kekaguman dan kewaspadaan. Dia menurunkan energi hitamnya, senyumnya merekah hangat namun penuh tipu daya. “Kaidar, rahasiamu pantas diperjuangkan. Menara Herton akan menjadi milik keluarga Wilford, dan kau, anak muda, pantas mendapatkan jatahmu.”“Aku akan mengirim pasukan ke sana, tidak akan ada siapapun yang bisa memasuki Villa itu!”Kaidar mengangguk pelan, rasa lega dan kemenangan berpadu di dadanya. “Tuan Gill, apakah Anda

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1076

    Di Kota Hulmer, di kediaman megah keluarga Wilford, cahaya senja menyusup melalui jendela kaca patri ruang tamu. Gill, tuan muda Wilford, bersandar di kursi berlapis kain emas, dahi berkerut memikirkan langkah Kaidar. Sinar matahari sore menari di lengkungan langit-langit, menciptakan bayangan bergerigi yang seolah berbisik rahasia kuno.“Hago,” panggil Gill pelan, matanya menatap jajaran lukisan leluhur yang terpajang di dinding. “Mengapa Kaidar memilih Kota Yundom untuk berlatih? Dan apa hubungan villa Ramos dengannya?”Hago, penghuni lorong panjang dengan napas teratur, menunduk hormat. “Tuan Muda, ada sesuatu ganjil pada menara tua dalam kompleks keluarga Herton—bangunan itu seolah menolak bayangan zaman. Semua sayap villa telah dipugar, kecuali menara itu yang tetap lapuk dan dingin.”Gill bangkit, tatapannya menyala, lingkaran kekuasaan keluarga Winaya tak berdaya menjangkau Yundom. “Rahasia apa yang tersembunyi di balik dinding usang itu, sampai Kaidar tega merenggut nyawa Ramo

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1075

    Cahaya lembut itu merambat ke rantai hitam yang menyekapnya, mengikis aura dingin kegelapan yang membekukan. Satu per satu rantai itu tergerus tenaga damai, lalu melingkup ke dalam tanah seperti akar yang kembali pulang. Suara raungan naga raksasa teredam, tubuh Nathan kembali bersih dari cengkraman gelap.Kaidar menegang, pandangannya melekat pada mutiara di tangan Nathan. Air mukanya memerah—rasa iri menyala di balik sorot matanya yang tajam. Baginya, harta Nathan adalah pusaka legendaris, pedang Aruna, cincin Ruang, Batu Mata Naga… dan kini cahaya Langit yang lebih agung lagi.“Nathan, semua itu akan jadi milikku, setelah kau mati!” desis Kaidar, suaranya bergema dingin.Cahaya hitam di atas kepalanya kembali memancar, menyembur seperti laser ganas, siap meremukkan segalanya.Namun Nathan hanya tersenyum tenang. Dia mengangkat kedua tangan, membiarkan kilau cahaya jatuh di telapak. Cahaya damai merembes ke pori-pori kulitnya, mengeras menjadi aura emas yang menyala-lenyap.Saat ali

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1074

    “Inikah kartu terakhirmu?” suara Nathan dalam bisik dingin.Sementara Kaidar terhuyung, mata mereka bertemu, rasa benci dan keinginan menang beradu tajam.Kaidar mengerang, lalu senyumnya memberi amaran. "Kau pikir ini sudah selesai? Saatnya kutunjukan kekuatan utamaku!”Dalam satu gerakan kilat, aura hitam di sekujur tubuhnya meroket, membentuk lingkaran manik-manik darah yang melayang di udara. Api malam menyala lebih pekat, memancarkan cahaya jingga dan ungu yang memutihkan langit. “Naga kegelapan!” teriaknya, sebuah ikatan darah naga yang membangkitkan roh kegelapan di dalamnya.Kegelapan pekat berdenyut di atas kepala Kaidar, merangkai diri menjadi lingkaran hitam pekat yang melayang. Dalam pusaran itu, udara bergetar, seperti permukaan danau yang berubah menjadi lautan gelombang badai. Cahaya sirna, hanya bayangan pekat yang menelan segalanya.Nathan menyipitkan mata, merasakan tekanan dalam rongga dada. “Apakah dia akan memanggil makhluk gelap lagi?” gumamnya pelan, ingatan ten

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1073

    Satu menjadi dua, dua menjadi tiga—hingga akhirnya, enam sosok Nathan berdiri sejajar, masing-masing memegang pedang Aruna yang berkobar.Mantra Kaidar berubah menjadi enam telapak tangan raksasa, turun dari langit seperti hukuman para dewa.BAAAAANG!Langit seolah runtuh oleh tekanan dari telapak-telapak tangan itu. Namun di tengah tekanan, Nathan mengangkat pedangnya dan berteriak. “Api spiritual, bangkit!”Keenam pedang Aruna menyala, api merah membubung lebih dari sepuluh meter. Dalam sekejap, kobaran itu menembus telapak-telapak raksasa, membakar mantra hingga menguap di udara.“AAARGHH!”Teriakan memilukan terdengar. Kaidar muncul dari balik api, tubuhnya terbungkus jilatan merah membara. Dia berteriak panik, berguling di tanah, mencoba memadamkan api yang melahap pakaiannya.Saat apinya padam dan dia baru merasa lega.Namun, sebuah tangan emas mencengkeram kerah bajunya. Tatapan Kaidar membeku saat dia melihat Nathan berdiri di hadapannya, mata bersinar, wajahnya keras dan mend

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status