Share

Keluargaku Menjadi Saksi Pernikahan Siri Suami dan Adikku
Keluargaku Menjadi Saksi Pernikahan Siri Suami dan Adikku
Penulis: Astri Wibowo

Keceplosan

“Mas, besok Mama dan Mbak Sum mau datang ke Jakarta, katanya mereka mau menginap di rumah kita. Kata Mama, Mama kangen sama Mala, apa Mas Hanung tidak keberatan kalau Mama dan Mbak Sum menginap beberapa hari di rumah kita?” tanya Aisyah pada sang suami yang terlihat sedang menikmati makanan di dalam piringnya itu.

Hanung mengangguk dengan semangat, seperti biasanya, ia akan merasa sangat senang jika keluarganya Aisyah datang ke rumahnya. Terutama Bu Seruni sang Mama mertua dan juga Mbak Sumiyati sebagai kakak tertua dari istrinya itu.

“Tentu saja boleh, kan mereka juga adalah keluargaku. Lagi pula wajar juga kan, namanya juga orang tua, pasti Mama akan merindukan anak–anaknya yang tinggal jauh dari rumah. Malah bagus kan, besok kamu kan harus pergi ke luar kota selama 2 hari, itu tandanya aku dan Mala tidak hanya berdua saja di rumah ini. Ada Mama dan juga Mbak Sum yang menemani kami,” jawab Hanung yang membuat perasaan Aisyah merasa sangat bersyukur karena memiliki suami yang sangat penyayang terhadap keluarganya.

“Alhamdulillah kalau Mas Hanung mengizinkan. Aku juga jadi lega sekarang. Aku merasa sangat bersyukur karena memiliki suami yang sangat pengertian seperti Mas Hanung.”

Kemudian Aisyah menatap ke arah sang adik yang sejak tadi tak berkomentar apa–apa.

“Mala, nanti kalau kamu cari suami, harus cari yang sifatnya seperti Mas Hanung ya. Agar nantinya dia bukan hanya akan sayang sama kamu saja, tapi juga harus sayang sama keluarga kita.” ujar Aisyah menasehati sang adik yang masih terlihat sibuk dengan sendok dan juga garpu nya itu.

“Nggak usah khawatir Mbak, Mala lebih pintar dari Mbak Ais kok. Nanti jika sudah waktunya, Mala pasti akan memperkenalkan calon suami Mala sama Mba Aisyah ya!” jawabannya sambil tersenyum, menatap Aisyah dan Hanung bergantian.

“Memangnya sekarang kamu sudah punya pacar? Kalau bisa kamu jangan pacaran dulu Mala! Kalau memang calon suami kamu itu serius, kamu langsung ajak saja dia ketemu Mama. Minta segera halalin, kalau kamu sudah merasa cocok sama dia. Ingat ya Mala, pacaran itu dilarang sama ajaran kita loh.”

Pesan Aisyah lagi, ia merasa takut jika adiknya sampai melakukan hal yang di larang. Apalagi ia dititipi secara langsung oleh sang Mama, makanya Aisyah bersikap lebih protektif sama sang adik. Karena ia tidak ingin membuat sang Mama merasa kecewa.

“Iya, iya Mbak, Mala paham kok.” jawab Mala yang terlihat sedikit risih akan ceramah sang Kakak di pagi hari.

“Itu lah kenapa Mbak Ais meminta Mas Hanung mengantar jemput kamu. Karena selain perusahaan kalian yang satu arah dan berdekatan, diantar jemput sama Mas Hanung itu lebih aman Mala. Apalagi kamu tahu sendiri pergaulan anak sekarang seperti apa kan? Mbak Ais nggak mau jika sampai kamu terjebak dalam pergaulan bebas di luar sana. Bukan apa–apa, semua ini Mbak Aisyah lakukan karena Mbak Aisyah sayang sama kamu, Mala.”

“Iya, iya Mbak, Mala dengar kok. Nggak usah ceramah tiap hari deh!” jawab Mala seraya mencebikkan bibirnya. Ia kemudian memilih tidak menghabiskan makanannya, karena terlanjur kesal sudah di ceramahi oleh sang Kakak.

“Udah lah Aisyah, Mala kan sudah besar. Dia juga tau mana yang baik dan mana yang buruk. Kalau kamu kayak gitu terus selalu ceramah sama Mala, yang ada nanti dia jadi membangkang sama kamu. Kamu nggak perlu khawatir, tiap hari Mala kan pulang sama aku, jadi dia nggak akan aneh–aneh!”

Seperti biasanya, Hanung selalu membela Mala setiap kali Aisyah sedang memberikan ia nasihat nya untuk sang adik bungsunya itu. Membuat Mala selalu merasa diatas angin dan tidak mau mendengarkan setiap nasihat yang dilontarkan oleh sang kakak.

“Tau nih Mbak Aisyah bikin badmood banget! Mas ayo kita berangkat sekarang, nanti kita telat! Ini hari senin, pasti di jalan macet banget!” ajak Mala pada Hanung yang belum menghabiskan makanan di dalam piringnya tersebut.

“Sebentar Mala, Mas Hanung kan belum selesai sarapannya. Lagi pula ini kan masih pagi, tuh lihat jam saja baru menunjukkan pukul 06.00 WIB, waktunya masih banyak jadi biarkan Mas Hanung menghabiskan makanannya dulu ya?”

Aisyah mencoba mencegah, namun seperti biasanya ternyata ucapan Mala malah langsung di iya kan oleh sang suami. Hanung ternyata lebih memilih menuruti ucapan Mala ketimbang ucapannya itu.

“Sudah lah, aku juga sudah kenyang kok. Mala benar, hari senin adalah hari macet nasional. Jadi kalau kita telat sedikit saja pasti kita akan terlambat. Kalau begitu aku berangkat dulu ya, Aisyah.”

Hanung kemudian mengulurkan tangannya pada Aisyah, lalu seperti biasa ia pun mengecup kening istrinya ketika akan berangkat ke kantor.

Mala yang sudah tak sabar itu pun berteriak, ia memanggil Hanung yang sedang dibereskan dasinya oleh Aisyah.

“Mas, Ayo! Nanti kita kesiangan!”

“Iya, iya sayang! Eh Mala, tuh kan jadi keceplosan deh! Gara–gara kamu sih Aisyah ah! Ya udah, Mas berangkat dulu ya, kamu nanti hati–hati di jalan ya!”

Pesan Hanung itu pun di anggukan oleh Aisyah. Hanung lalu bergegas pergi meninggalkan sang istri yang menatap kepergian suaminya tanpa rasa curiga sedikitpun.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status