“Oh ya, begitu ya? Semoga saja ucapan baik dari kalian semua menjadi doa yang baik juga untukku dan juga Mas Hanung.”
Jawaban dari Aisyah yang sambil tersenyum itu memberikan perasaan lega di hati kedua sahabatnya yang saat ini merasa khawatir. Karena setidaknya itu menjadi pertanda jika Aisyah tidak mendengarkan percakapan mereka berdua. “Okay kita lanjutkan meeting nya sekarang juga. Pokoknya kita harus menyelesaikan semuanya sebelum jam makan siang. Setelah itu kita harus ke lokasi untuk mengatur semuanya.” Mendengar ucapan Aisyah keduanya pun langsung mengangguk setuju. Dan meeting mereka pun dilanjutkan kembali, Restu dan Erna saling berpandangan melihat semangat empat lima yang ditunjukkan oleh Aisyah. Keduanya seolah tak tega melihat Aisyah yang ternyata diam–diam sudah diselingkuhi oleh suaminya. Namun bagi Erna yang tahu semua rasanya tidak adil jika Erna harus menghancurkan kebahagiaan sahabatnya dengan memberitahukan perselingkuhan adiknya dengan suaminya itu pada Aisyah. “Ais, semoga sebelum kamu mengetahui semuanya aku bisa membantumu mengingatkan dan menyadarkan Mas Hanung. Kamu terlalu baik untuk mendapatkan pengkhianatan ini dari suami dan adikmu yang tidak tahu diri itu.” gumam Aisyah dalam hatinya, ikut merasakan sakit hati yang dialami oleh Aisyah. *** “Mas rumah ini kan masih kosong melompong, masa aku tinggal di rumah ini dengan keadaan kosong seperti ini sih? Harusnya kamu juga isi sekalian juga dong dengan barang–barang yang komplit. Biar aku dan calon anakmu juga bisa nyaman menempati rumah ini nya, masa kamu tega melihat aku sama calon anakmu kayak gini?” Mala merengek pada Hanung yang baru saja selesai mengenakan bajunya setelah mereka selesai berhubungan badan. Karena keduanya hari ini sama–sama tidak masuk kantor. “Iya sayang, nanti pasti aku isi penuh dengan barang–barang. Kamu list aja semuanya, tapi sabar dulu ya nunggu Mas dapat proyek lagi. Kan uang Mas sudah habis buat beli rumah ini,” Mendengar ucapan Hanung, Mala pun langsung cemberut. Seperti biasanya ia akan merajuk jika keinginannya tidak dipenuhi. “Ish! Nggak mau ah, kalau kayak gitu aku harus lama menunggu dong!” ujar Mala, lalu ia pun bangkit dan mendekat ke arah Hanung yang sedang menyisir rambutnya. “Kenapa Mas Hanung tidak minta uang sama Mbak Aisyah saja? Dia kan banyak uang, Mas.” “Tapi itu kan uang dia, Mala. Mas bilang kamu sabar dulu, paling gak sampai satu minggu nanti Mas dapat proyek lagi. Untuk mendapatkan uang 1 milyar bagi Mas itu adalah hal yang gampang, makanya kamu sabar dulu. Kita nggak usah melibatkan Aisyah dalam hal ini, okay?” Mala berdecak kesal, karena ia sudah tak sabar ingin memamerkannya pada Mama dan juga kakaknya besok. Setidaknya Sang Mama akan merasa sangat bangga karena melihat Mala lebih pintar ketimbang Aisyah yang merupakan kakak angkatnya itu. “Mala gak mau, Mala maunya sekarang, titik!! Kalau Mas Hanung nggak mau menuruti permintaan Mala, lebih baik Mala gugurkan saja kandungan ini!” seperti biasanya Mala aka langsung mengancam Hanung jika permintaannya tidak dituruti. “Ee–ee jangan! Jangan Mala! I–iya ba–baiklah, sekarang juga Mas akan telpon Aisyah ya.” Tanpa berpikir panjang, Hanung pun langsung mengambil ponselnya yang berada di atas nakas. Dan ia pun langsung menghubungi nomor Aisyah saat itu juga, karena ia takut terjadi apa–apa dengan bayinya. “Halo Aisyah, apa kamu sibuk?” tanya Hanung ketika panggilannya sudah di angkat oleh Aisyah sang istri di seberang sana. “Engga Aisyah, jadi gini sayang, apa kamu punya uang? Mas butuh sekali uang untuk membayar kekurangan proyek yang sedang berjalan, apa kamu bisa membantu Mas sayang?” tanya Hanung dengan suaranya yang terdengar cemas, padahal kecemasannya itu dilatari oleh ancaman Mala. Karena Mala mengancam akan menggugurkan kandungannya jika Hanung tak mau menuruti semua permintaannya. “Aa–anu..Dua ratus juta. A–aa iya benar du–dua ratus juta kalau ada sayang, nanti kalau Mas sudah dapat proyek baru Mas pasti ganti uangnya,” ucap Hanung pura–pura. Dan setelah mendengar jawaban dari Aisyah, seketika wajah Hanung pun langsung berseri–seri. Menandakan jika Aisyah mau memberikan uang yang tadi ia minta itu. “Ah makasih banyak sayang! Kamu memang istri yang paling baik! Kamu langsung transfer aja ke nomor rekening Mas sekarang juga ya sayang. Mas tunggu sekarang pokoknya!” jawab Hanung dengan kedua mata yang berbinar. “Okay sayang, selamat berjuang ya, nanti malam Mas pasti hadir di acara spesial kamu. Makasih banyak istriku!” Kemudian panggilan itu pun terputus, namun bukannya senang jika Aisyah akan memberikan uang pada Hanung, Mala malah langsung memasang wajah badmood nya, merasa cemburu dan marah karena ternyata Hanung masih kelihatan sangat menyayangi istrinya itu ketimbang dirinya. ***Brakk!!Mala tiba–tiba melemparkan remote AC ke arah tembok. Merasa kesal setelah mendengar percakapan antara Hanung dengan Aisyah.“Loh sayang kamu kenapa?” tanya Hanung seraya menghampiri Mala yang tiba–tiba merajuk itu.“Aku nggak suka lihat kamu mesra kayak gitu sama Mbak Aisyah, Mas! Kalau kamu masih berat meninggalkan dia, lebih baik kita berpisah saja mas. Dan mumpung bayi ini belum besar lebih baik aku gugurkan saja kandungannya. Aku nggak mau kebahagiaan kita dirusak oleh kamu sendiri!” Mala menatap kedua manik mata Hanung dengan tajam. Terlihat jelas jika ia sangat cemburu terhadap Aisyah yang sampai saat ini masih sah istrinya Hanung.“Sayang itu kan hanya akting saja, kamu juga tahu kan kalau hati ini hanya buat kamu seorang? Sudahlah hal seperti ini jangan dibesar–besarkan, kalau nggak kayak gini mana mungkin aku dapat uang dua ratus juta untuk membeli perlengkapan rumah ini sayang,” ucap Hanung membela diri.“Tapi bukan begitu caranya Mas, kalau kayak gitu Mas Hanung sa
“Ais acaranya akan segera dimulai, ayo kita masuk ke dalam sekarang!” Erna mengajak Aisyah yang masih menunggu kedatangan Hanung suaminya. Suaminya yang tadi siang sempat berjanji, jika malam ini dia akan hadir di acara penting perusahaan Aisyah istrinya. “Aku masih menunggu kedatangan Mas Hanung, Na. Masa iya di acara sepenting ini Mas Hanung tidak menyaksikan secara langsung. Karena harusnya Mas Hanung merasa bangga melihat perjuanganku selama ini berakhir dengan manis, karena Mas Hanung lah yang mengetahui semuanya. Perjuangan ku dari nol sampai aku diakui keberadaannya di industri kecantikan, Na.”Kesedihan di wajah Aisyah tak bisa disembunyikan, walaupun ia terlihat tersenyum, namun gurat–gurat kesedihan sangatlah terlihat jelas di wajahnya.Kemudian Aisyah mencoba menghubungi nomor ponsel suaminya lagi, entah sudah berapa kali Aisyah melakukannya. Namun ternyata jawabannya pun masih sama, nomor Hanung masih tetap tidak aktif.“Mas Hanung mungkin terjebak macet. Kalau gitu kita
“Ah akhirnya acaranya berjalan dengan lancar! Terima kasih ya Na, Res, karena kalian adalah teman dan team terbaik yang pernah aku miliki!” Aisyah memuji kedua sahabatnya yang selama ini selalu membantunya dengan totalitas. Karena peran keduanya, akhirnya acara yang digelar oleh Aisyah pun berjalan dengan lancar dan sesuai dengan keinginannya.“Selamat ya Aisyah, akhirnya sekarang semua orang mengakui kualitas produk dari perusahaan kita. Dan ini adalah perjuangan yang luar biasa yang sudah berhasil kita tempuh. Kamu memang pantas mendapatkan semua ini untuk membayar lunas semua kerja kerasmu selama ini, Aisyah.”Erna merangkul tubuh sahabat nya itu dengan erat. Merasa ikut senang dengan pencapaian yang sudah diraih oleh Aisyah sahabatnya itu.“Nggak Erna, ini semuanya berkat kerja keras kita bersama. Terima kasih banyak ya, karena kalian benar–benar sangat berjasa untuk perusahaan ini!” Aisyah menatap kedua sahabatnya yang yang merangkap sebagai staf direksinya saat ini. Tak dapat
“Ba–baik Pak, sa–saya akan langsung ke tempat kejadian kecelakaan sekarang juga.” jawab Erna dengan suaranya yang terbata–bata.Erna yang panik langsung saja menutup panggilan tersebut. Dan Restu yang berada di ruangan yang sama dengan Erna pun ikut mendengarkan. Ia juga cukup kaget dengan kabar yang didapat malam itu.Pasalnya Aisyah baru saja keluar dari ruangan tersebut beberapa menit yang lalu, namun tiba–tiba kini Erna mendapatkan panggilan jika Aisyah mengalami kecelakaan.“Siapa yang kecelakaan Na?? Nggak mungkin Aisyah teman kita kan? Orang yang nelpon kamu pasti sedang bercanda Na! Zaman sekarang itu banyak tukang tipu, makanya kita jangan asal percaya begitu saja. Nggak mungkin Aisyah yang kecelakaan kan? Orang dia baru saja keluar kok! Masa tiba–tiba dia kecelakaan, kan nggak mungkin?”Kalimat sangkalan itu terlontar dari bibir Restu yang tetap mencoba untuk tidak percaya, jika yang kecelakaan itu adalah sahabat sekaligus boss nya Aisyah yang baru saja keluar dari ruangan t
Mobil yang di kendarai oleh Restu berhenti tepat di depan rumah mewah milik Aisyah. Kemudian tanpa menunggu lama lagi Restu pun langsung turun dan langsung memencet bel yang berada di luar gerbang rumah sahabatnya itu dengan buru–buru.Tak berselang lama, terlihat seorang security yang bernama Mang Diman itu pun keluar. Beliau masih terlihat segar itu pun langsung tersenyum seraya menyapa Restu dengan ramah.“Eh ternyata Pak Restu ya, baru aja Mamang teh mau marah karena sudah di kagetin sama pencetan bel nya Pak Restu. Ada apa malam–malam begini Pak Restu teh datang ke rumah Bu Aisyah, Pak? Bukankah Bu Aisyah juga masih di kantor ya?” sapanya yang langsung keluar dan tak lupa ia juga menutup kembali pagar tinggi tersebut.“I–iya Mang Diman, tapi yang saya cari bukan Aisyah, tapi Hanung, Mang” Mendengar apa yang diucapkan oleh Restu, Mang Diman pun langsung mengernyitkan keningnya. “Pak Hanung? Kenapa Pak Hanung? Kan Bapak teh juga pergi bersama–sama ke kantor Bu Aisyah sama Mbak Ma
“Yes! Akhirnya nggak perlu susah payah kita menyingkirkan Aisyah. Tanpa kita sentuh dia sudah hampir mati dengan sendirinya Ma!”Mala berteriak senang dengan tawa yang lebar, terdengar puas ketika ia mendengar kabar jika Aisyah mengalami kecelakaan parah tadi malam. Ia bahkan sudah tidak sabar ingin segera melihat keadaan Aisyah yang sedang katanya koma di rumah sakit saat ini.“Iya Mala kamu benar, akhirnya si Aisyah anak pungut itu akan benar–benar lenyap tanpa kita sentuh. Ini kesempatan kamu menarik simpati orang–orang di kantor Aisyah nantinya. Karena sudah pasti kamu yang akan menggantikan posisi Aisyah di kantornya, Mala!” Bu Seruni yang selama ini menyembunyikan jika Aisyah anak pungut itu pun akhirnya bersorak gembira, selaras dengan apa yang dilakukan oleh putri kesayangannya tersebut.“Itu sudah pasti Bu, untung saja kita belum buat kesalahan ya Bu? Seandainya kita sudah buat kesalahan, kita pasti akan gigit jari deh saat ini. Ah thanks God, akhirnya engkau berpihak kepa
“Kamu sudah selesai, Mala?” Bu Seruni langsung berdiri ketika ia melihat Mala keluar dari ruangan Aisyah. Dan Mala pun menganggukkan kepalanya, seraya menyeka air mata buayanya yang memang ia buat dengan obat tetes mata sebelum ia keluar dari ruangan tersebut.“Hanung mana?” “Mas Hanung masih didalam Ma, Mas Hanung merasa sangat terpukul atas kejadian yang menimpa Mbak Aisyah. Sekarang Mas Hanung masih menangis di dalam, coba Mama masuk dan tenangkan Mas Hanung ya Ma.”Mendengar permintaan dari Mala, Bu Seruni pun langsung mengiyakan. Tak lama Ia pun langsung masuk ke dalam bergantian dengan Mala yang saat ini duduk di samping Mbak Sum.“Bagaimana keadaan Aisyah, Mala?” tanya Mbak Sum dengan wajahnya yang di sedih–sedihkan.“Kasian sekali Mbak Aisyah, Mbak. Sekarang Mbak Aisyah benar–benar tak berdaya, tak sadarkan diri. Mbak Aisyah koma dan keadaannya pun sangat memprihatinkan, karena tubuhnya penuh dengan luka.” Mala kembali terisak, dan Mbak Sum berusaha menenangkan Mala yang la
“Erna, Restu, saya ingin bicara penting dengan kalian berdua. Sekarang juga apakah kita bisa bicara di cafe di bawah sana. Karena saya ingin membahas soal perusahaan istri saya yang sudah kosong kepemimpinannya selama istri saya koma beberapa hari ini. Apa kalian bisa?”Setelah Hanung keluar dari ruangan dimana istrinya dirawat saat ini. Ia pun langsung menghampiri Erna dan juga Restu yang sejak beberapa hari ini dengan setia nya menunggu Aisyah di rumah sakit.“Maaf Mas Hanung, aku nggak bisa meninggalkan Aisyah sendirian. Paling tidak salah satu dari kami harus tetap menjaga Aisyah di sini. Karena kami khawatir jika nanti Aisyah sadar, tak ada yang mendampinginya”“Kenapa kamu risau? Sedangkan di sini ada Ibu dan juga saudaranya Aisyah. Di sana kamu melihat Mama Seruni, Mbak Sum, dan juga Mala. Apa kamu tidak percaya sama mereka?”Hanung mengerutkan dahinya, menatap Erna dengan tatapan tajamnya.“Bukan begitu, Mas. Kami adalah anak buahnya Aisyah. Dan ini adalah bentuk tanggung jawa
“Bagaimana bisa kamu di pecat dari perusahaan itu Mala? Bukankah kamu bilang kalau boss kamu sudah sangat cocok sama kinerja kamu selama ini?” tanya Hanung ketika ia baru masuk ke rumah baru milik Mala yang beberapa hari lalu baru ia belikan itu.“Aku gak tahu Mas, karena tiba–tiba saja aku dipecat tanpa tahu kesalahanku apa? Mereka hanya bilang kalau aku sudah melanggar kontrak kerja, tapi mereka sendiri tidak memberikan aku penjelasan apa–apa.” Hanung berdecak kesal, tak menyangka di posisinya yang serba sulit seperti saat ini, tiba–tiba Mala pun dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja. “Kenapa kamu bersikap seperti itu Mas? Kamu seolah tidak suka dengan kabar ini? Bukankah waktu itu kamu pernah bilang, kalau tanpa perlu aku bekerja pun kamu akan selalu mencukupi semua kebutuhanku dan juga calon anak kita. Lalu kenapa sekarang kamu berubah, Mas? Mana janji yang sudah kamu ucapkan itu di hadapan semua keluargaku hmm?”Mala yang sedikit kaget dengan perubahan mimik wajah yang ditu
“Apa? Kenapa bisa sampai sebanyak ini tagihan untuk perusahaan kita Sarah? Bagaimana bisa semua klien kita membatalkan proyeknya hanya dari satu pihak saja? Sedangkan semuanya sudah deal kan?” Hanung membulatkan bola matanya seketika ketika ia mendapatkan laporan dari sekretaris dan juga asisten pribadinya.“Betul Pak, tadi Pak Dodi sudah menghubungi pihak sana, dan mereka memang membatalkan proyek–proyek ini. Jadi mau tidak mau kita harus mengembalikan uang mereka Pak.” terang Sarah seraya memberikan bukti dokumen yang diberikan oleh Dodi.“Benar begitu Dodi?” tanya Hanung dengan tatapan tajam menghunus ke arah sang asisten pribadinya.“Betul Pak.”“Kenapa kamu tidak mencoba untuk membujuk mereka. Paling tidak kamu berusaha terlebih dahulu agar mereka tidak jadi membatalkan proyek ini.” “Sudah Pak, saya sudah mencobanya tapi nyatanya mereka tetap membatalkan proyek yang hampir berjalan ini. Dan ada kabar buruk lagi Pak,” ucap Doni dengan wajah yang belum apa–apa saja sudah merasa
Setelah kepergian Aisyah, Erna dan juga Restu yang mengantar Aisyah ke kamarnya, Mala kemudian menarik paksa tangan Hanung yang masih menatap kepergian istrinya itu dengan lekat. “Mas, kamu apa–apaan sih bersikap seperti tadi sama Mbak Aisyah? Memangnya kamu ini masih mencintai Mbak Aisyah apa?” Mala menatap Hanung dengan kesal, wajahnya terlihat sangat badmood dan juga dongkol. Mengingat saat tadi Hanung memohon–mohon sama Aisyah hingga dirinya berlutut di hadapan Aisyah. Sedangkan Hanung sendiri sudah berjanji kalau ia akan segera menceraikan Aisyah.“Sayang di sana kan ada Erna dan juga Restu, ya kamu tahu sendiri kan Mas masih harus akting. Agar Mas bisa membujuk Aisyah agar mau menyerahkan perusahaannya sama kamu. Memangnya kamu nggak mau jadi ibu CEO menggantikan posisi Aisyah?”Hanung beralasan, ia berusaha untuk meyakinkan Mala agar tak banyak protes, padahal ia sendiri sebenarnya sedang merasa ketakutan dengan sadarnya kembali Aisyah dari komanya.Ia takut jika sampai Aisy
“Aisyah! Aisyah! Kamu ingat sama Mas kan sayang? Ini aku Hanung. Hanung suami kamu Aisyah. Kamu ingat aku kan sayang?” Hanung berusaha mendekat ke arah Aisyah, walaupun ia sudah dilarang oleh Erna dan juga Restu tapi Hanung tetap memaksa untuk mendekati Aisyah. Bahkan kini Hanung bersimpuh di hadapan Aisyah, dan memegangi tangan Aisyah dengan eratnya.“Mas!” Bentak Mala, ia yang tak terima jika Hanung sampai berlutut seperti itu terhadap Aisyah yang harusnya sudah diceraikan oleh Hanung.“Aisyah, ini Mas. Kita sudah menikah lima tahun yang lalu. Sebelum ini rumah tangga kita sangat harmonis dan juga bahagia, sayang. Aisyah, kamu ingat sama mas kan Aisyah?” Hanung meremas dengan erat kedua jari–jari tangan Aisyah, namun tak disangka oleh Hanung jika Aisyah langsung melepaskan genggaman tangannya tersebut.“Kamu siapa? Aku nggak ingat sama kamu,”Ekspresi wajah Aisyah terlihat datar, cuek seperti orang yang tak saling mengenali. Benar–benar tak terlihat ada pancaran cinta di sana.“
“Siapa yang sudah berani menuduh aku melakukan ini semua, Mas? Padahal aku nggak tahu apa–apa dengan masalah ini, Mas?” tanya Mala yang seketika langsung menaruh sendok dan garpu yang sedang ia pegang.Mala mencoba membela diri di hadapan Hanung, merasa tak terima jika dirinya sudah dituduh dengan sengaja mengirimkan foto–foto mesranya dengan Hanung pada Aisyah.“Lalu kamu pun tak ada niat untuk membela aku di hadapan mereka ya, Mas? Kalau kamu fiam, itu tandanya kamu mengiyakan tuduhan mereka Mas.” tanya Mala ketika Hanung menanyakan soal foto dan video mereka yang kini ada di ponselnya Erna dan Mala itu.“Erna, sayang, Erna lah yang bilang kalau kamu sudah sengaja mengirimkan foto–foto pribadi kita itu pada Aisyah. Dan Erna juga bilang kalau foto dan video itu adalah penyebab kecelakaan yang terjadi pada Aisyah.” terang Hanung, yang disaksikan oleh Bu Seruni dan juga Mbak Sum yang juga ada di sana. “Mas juga nggak yakin kalau itu kamu yang mengirimkannya. Tapi kalau bukan kamu, si
Setelah Hanung dan Mala pergi meninggalkan ruangan Aisyah, Erna yang telah selesai makan malam itu pun bergantian dengan Restu. Ia pun langsung masuk ke dalam ruangan tersebut setelah Restu pergi mencari makan. Namun betapa kagetnya Erna ketika melihat Aisyah yang ia ketahui sedang tak sadarkan diri sejak beberapa hari terakhir, ternyata saat ini Aisyah sedang duduk sambil menangis sesenggukan dengan suaranya yang tak terlalu keras.“A–Aisyah! Ka–kamu sudah sadar Ais?” Kedua bola mata Erna membulat sempurna, menyaksikan keajaiban yang selama ini ia dan Restu tunggu–tunggu. “ Ah syukurlah Aisyah, Alhamdulillah ya Allah akhirnya kamu sadar juga Ais. Ais sebentar ya biar aku panggil suster dulu ya!”Dan saat Erna hendak memanggil suster, Aisyah pun langsung melarangnya. “Jangan Erna! Jangan lakukan itu! Karena mereka semua sudah mengetahuinya kok!” cegah Aisyah pada Erna yang terlihat sangat semangat itu.Erna langsung berhenti, tak lama ia pun langsung berbalik menghampiri sahabat se
“Erna, kita harus melakukan sesuatu. Kita nggak bisa membiarkan Hanung melakukan hal lebih gila dari ini! Kasian Aisyah kalau kita berdua juga hanya mengiyakan permintaan Hanung yang tak masuk akal itu,” ucap Restu yang merasa sangat kesal dengan tingkah laku Hanung yang seolah sudah tak memiliki empati lagi terhadap istrinya Aisyah.Hingga dengan kondisi Aisyah yang sedang koma saja Hanung masih terus mendesak mereka berdua untuk segera menggantikan posisi Aisyah sebagai CEO di perusahaan yang Aisyah pimpin selama ini.“Engga Res, aku nggak akan pernah membiarkan Mas Hanung menghianati Aisyah untuk kedua kalinya. Untuk perusahaan ini, aku juga akan mati–matian untuk menjaganya! Ini adalah perusahaan yang dibangun dari nol oleh Aisyah. Hingga akhirnya ia bisa seperti saat ini, lagi pula di perusahaan ini ada saham miilik kita, jadi kita berdua berhak untuk menolak siapapun yang akan menggantikan Aisyah kalau kita tidak setuju.” Erna yang melihat Hanung baru saja masuk ke ruangan Ais
“Erna, Restu, saya ingin bicara penting dengan kalian berdua. Sekarang juga apakah kita bisa bicara di cafe di bawah sana. Karena saya ingin membahas soal perusahaan istri saya yang sudah kosong kepemimpinannya selama istri saya koma beberapa hari ini. Apa kalian bisa?”Setelah Hanung keluar dari ruangan dimana istrinya dirawat saat ini. Ia pun langsung menghampiri Erna dan juga Restu yang sejak beberapa hari ini dengan setia nya menunggu Aisyah di rumah sakit.“Maaf Mas Hanung, aku nggak bisa meninggalkan Aisyah sendirian. Paling tidak salah satu dari kami harus tetap menjaga Aisyah di sini. Karena kami khawatir jika nanti Aisyah sadar, tak ada yang mendampinginya”“Kenapa kamu risau? Sedangkan di sini ada Ibu dan juga saudaranya Aisyah. Di sana kamu melihat Mama Seruni, Mbak Sum, dan juga Mala. Apa kamu tidak percaya sama mereka?”Hanung mengerutkan dahinya, menatap Erna dengan tatapan tajamnya.“Bukan begitu, Mas. Kami adalah anak buahnya Aisyah. Dan ini adalah bentuk tanggung jawa
“Kamu sudah selesai, Mala?” Bu Seruni langsung berdiri ketika ia melihat Mala keluar dari ruangan Aisyah. Dan Mala pun menganggukkan kepalanya, seraya menyeka air mata buayanya yang memang ia buat dengan obat tetes mata sebelum ia keluar dari ruangan tersebut.“Hanung mana?” “Mas Hanung masih didalam Ma, Mas Hanung merasa sangat terpukul atas kejadian yang menimpa Mbak Aisyah. Sekarang Mas Hanung masih menangis di dalam, coba Mama masuk dan tenangkan Mas Hanung ya Ma.”Mendengar permintaan dari Mala, Bu Seruni pun langsung mengiyakan. Tak lama Ia pun langsung masuk ke dalam bergantian dengan Mala yang saat ini duduk di samping Mbak Sum.“Bagaimana keadaan Aisyah, Mala?” tanya Mbak Sum dengan wajahnya yang di sedih–sedihkan.“Kasian sekali Mbak Aisyah, Mbak. Sekarang Mbak Aisyah benar–benar tak berdaya, tak sadarkan diri. Mbak Aisyah koma dan keadaannya pun sangat memprihatinkan, karena tubuhnya penuh dengan luka.” Mala kembali terisak, dan Mbak Sum berusaha menenangkan Mala yang la