Share

Semakin Mencurigakan

Brakk!!

Mala tiba–tiba melemparkan remote AC ke arah tembok. Merasa kesal setelah mendengar percakapan antara Hanung dengan Aisyah.

“Loh sayang kamu kenapa?” tanya Hanung seraya menghampiri Mala yang tiba–tiba merajuk itu.

“Aku nggak suka lihat kamu mesra kayak gitu sama Mbak Aisyah, Mas! Kalau kamu masih berat meninggalkan dia, lebih baik kita berpisah saja mas. Dan mumpung bayi ini belum besar lebih baik aku gugurkan saja kandungannya. Aku nggak mau kebahagiaan kita dirusak oleh kamu sendiri!” 

Mala menatap kedua manik mata Hanung dengan tajam. Terlihat jelas jika ia sangat cemburu terhadap Aisyah yang sampai saat ini masih sah istrinya Hanung.

“Sayang itu kan hanya akting saja, kamu juga tahu kan kalau hati ini hanya buat kamu seorang? Sudahlah hal seperti ini jangan dibesar–besarkan, kalau nggak kayak gini mana mungkin aku dapat uang dua ratus juta untuk membeli perlengkapan rumah ini sayang,” ucap Hanung membela diri.

“Tapi bukan begitu caranya Mas, kalau kayak gitu Mas Hanung sama saja seperti tidak menghargaiku. Sekarang aku tanya sama kamu, Mas. Apa yang kamu pertahankan dari rumah tangga bersama wanita mandul seperti Mbak Aisyah?? Jadi kamu mau buang–buang waktu kamu sama dia? Kalau memang iya silahkan saja Mas, biarkan saja aku akan pergi! Tapi ingat ya, jangan harap aku akan melahirkan bayi ini kedunia!” 

Hanung menatap Mala dengan lekat, lalu kedua pipinya di tangkup dengan kedua tangannya dengan erat.

“Kamu sudah mendapatkan semuanya yang aku miliki, apa yang masih kurang menurut kamu, Mala?” tanya Hanung dengan suaranya yang lirih menatap dengan lekat kedua mata Mala yang sudah memerah itu.

“Belum, selama kamu belum menceraikan Mbak Aisyah, aku belum bisa memiliki kamu seutuhnya, Mas!” 

“Okay, okay, sekarang aku tanya sama kamu, apa kamu memang benar–benar menginginkan itu?” 

“Ya! Memang menurut kamu apa? Aku nggak mau kalau harus menunggu satu tahun lagi kamu menceraikan Mbak Aisyah! Pokoknya malam ini juga aku ingin kamu memberitahu Mbak Aisyah, kalau aku sudah kamu nikahi, dan sekarang aku juga sedang mengandung anakmu, Mas.” 

Mendengar permintaan Mala, Hanung pun kemudian menghembuskan nafas berat seraya mengacak rambutnya dengan kasar. Karena baginya permintaan Mala kali ini terasa sangat berat. 

“Kenapa? Kamu nggak mau? Sekarang kamu tinggal pilih, kamu pilih aku dan bayi ini atau Mbak Aisyah?” 

Mala memberikan pilihannya, kali ini ia sudah tak bisa lagi menahan segalanya. Karena sebentar lagi perutnya pasti akan membesar, dan anak dalam kandungannya pun membutuhkan pengakuan dari ayah biologisnya.

***

“Erna, tolong kamu transfer uang ke rekening Mas Hanung dua ratus juta ya!” titah Aisyah setelah panggilan telepon dari suaminya itu terputus.

“Du–dua ratus juta? Untuk apa Aisyah?” tanya Erna dengan suaranya yang terbata–bata dan kedua matanya yang membulat sempurna.

“Mas Hanung butuh uang untuk proyeknya, Na. Ya sudah kamu jangan banyak tanya lagi, tolong transfer sekarang juga. Dan itu nomor rekening nya sudah aku kirimkan sama kamu,”

Restu dan Erna hanya bisa saling melempar pandang, dan saat ini mereka jadi sangat yakin jika Hanung memang sedang membohongi Aisyah.

“Nanti siang aku transfer, saat ini mobile banking nya sedang maintenance jadi kita belum bisa melakukan transaksi by online, Ais.” terang Erna membohongi Aisyah.

“Ah baiklah, jika sudah normal tolong kamu langsung kirimkan saja nominal yang ku sebutkan tadi.” 

“Baik Aisyah, nanti aku kirim bukti transaksinya.”

Sedang Aisyah langsung menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, tak lupa ia juga mengucapkan terima kasih pada Erna yang selama ini selalu setia denganya. 

“Ais, kalau aku boleh saran, kamu jangan terlalu sering memberikan uang perusahaan untuk Mas Hanung.”

“Kenapa memangnya, Na? Bukankah dia suamiku? Suami istri itu nggak boleh perhitungan. Mana yang ada dulu, namanya juga suami istri, ya harus saling menolong satu sama lain. Kamu kan belum nikah, makanya kamu bisa ngomong kayak gitu. Lain cerita kalau misalkan nanti kamu sudah nikah, nggak bakal kamu bilang kayak gini Na.” 

Aisyah tersenyum, seraya menandatangani beberapa berkas yang tadi sudah di buatkan oleh Restu.

“Tapi Aisyah kamu harus tau, kalau—”

Belum selesai Erna berbicara, Restu langsung mencubit lengan Erna. Menahan agar Erna tak menceritakan semuanya sekarang. 

“Aww sa–sakit Res—” pekik Erna membuat Aisyah langsung menatap keduanya secara bergantian tanpa curiga. 

“Mas Hanung adalah laki–laki terbaik yang pernah aku temui. Kami sama–sama berjuang dari nol, kami juga saling menguatkan satu sama lain selama ini. Jika awal aku mendirikan perusahaan ini saja Mas Restu memberikan modal yang besar untukku, lalu kenapa sekarang aku harus perhitungan ketika dia membutuhkan bantuanku?” tanya Aisyah sambil tersenyum kembali.

Sedang Erna hanya bisa terdiam, padahal dalam hatinya ia ingin berteriak memberi tahu Aisyah, jika suaminya diam–diam sudah berselingkuh dengan adiknya yang centil itu.

Tak lama ponsel Aisyah terdengar berdering kembali, dan ketika menatap ke arah ponsel tersebut, Aisyah langsung saja menyambar ponsel pintarnya itu dan langsung mengangkat panggilan yang berasal dari sang Mama.

“Hallo assalamualaikum, Ma, Mama sudah sampai mana?” tanya Aisyah yang terlihat dari wajahnya jika ia sangat bahagia menerima panggilan tersebut.

“Oh sudah sampai Bandung, cepet juga nggak macet ya Ma? Oh iya Mama, nanti malam bisa menghadiri acara di kantor Aisyah kan, Ma? Nanti biar sama–sama Mas Hanung.” 

“Oh nggak bisa ya, memangnya nanti malam syukuran rumah baru siapa, Ma?” tanya Aisyah penasaran.

Tapi seketika wajah Aisyah nampak langsung cemberut ketika mendengar jawaban dari sang Mama. Membuat Erna dan Restu semakin bertanya–tanya, apakah semua ini juga ada hubungannya dengan Hanung dan Mala yang tadi pagi mendatangi kantor pemasaran di perumahan cluster yang tempatnya sama dengan tempat tinggal Restu.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status