“Erna, kamu sudah coba hubungi pihak vendor belum? Tolong bilang sama mereka, kalau kita mau bekerja sama dengan perusahaan mereka. Asal mereka bisa menjaga kualitas barang kita nantinya. Jangan seperti yang sekarang sedang viral, banyak kasus skincare yang kandungan bahan utamanya di kurang–kurangi sama pihak mereka.Jangan sampai hanya karena mereka ingin untung banyak, lantas mereka jadi merugikan kita.”
Aisyah berbicara dengan Erna asisten pribadi sekaligus sahabatnya itu. Namun kedua bola mata Aisyah masih tertuju dengan lekat ke arah laptop yang berada di dihadapannya. “Erna! Apa kamu mendengarkan ucapanku?” tanya Aisyah yang kemudian menatap ke arah sang asisten pribadi setelah pertanyaannya tak mendapatkan respon. “Aa–aa i–iya Ais, nanti kamu mau makan apa?” jawabnya asal. “Makan? Siapa yang bahas makan?” Aisyah pun mengernyitkan keningnya, ia kemudian terkekeh ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Erna padanya sambil garuk–garuk kepalanya yang tak gatal. “Erna, apa kamu belum sarapan? Sampai–sampai semua kalimat yang aku ucapkan panjang lebar pun nggak ada yang kamu dengarkan sedikitpun hmm?” “Aa–aa ma–maaf Ais, tadi kamu bilang apa ya? Coba kamu ulangi! So–soalnya ta–tadi a–aku sedang memikirkan sesuatu.” Seketika bayangan Erna langsung kembali pada ucapan Restu tadi pagi. Restu yang katanya tak sengaja melihat Hanung yang terlihat mesra dengan Mala adiknya Aisyah. Saat itu Restu tidak tahu jika pertemuan itu bukanlah kebetulan saja, karena sebetulnya Hanung memang akan membeli rumah di kawasan perumahan yang sama dengan Restu untuk Mala. “Erna, tadi pagi aku melihat Hanung bersama dengan. Mala. Mereka terlihat sangat mesra layaknya pasangan kekasih. Aku sempat berhenti untuk memastikan, tapi ternyata mereka sudah naik ke dalam mobil yang mereka kendarai. Erna, aku yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan mereka yang terjadi,” Itulah kalimat yang masih terngiang–ngiang di pendengaran Erna. Walaupun ia sempat tidak percaya dan menyangkali semua yang dikatakan oleh Restu, tapi Erna juga jadi sedikit curiga, apalagi selama ini Mala dan Hanung memang selalu pergi dan pulang dengan mobil yang sama. Restu sempat meminta Erna untuk memberitahu sama Aisyah, namun melihat semangat empat lima dari Aisyah yang sedang mempersiapkan acara untuk nant malam rasanya Erna merasa tidak tega untuk menceritakannya. Namun jika benar Hanung memang memiliki hubungan dengan Mala, tentunya hal itu akan lebih menyakitkan bagi Aisyah yang selalu berkeyakinan jika Hanung adalah suami terbaiknya. “Ada apa Erna? Katakanlah! Jangan bengong begitu. Sebenarnya kamu ada masalah apa?” tanya Aisyah yang kemudian memilih menghentikan aktivitasnya. Karena tidak biasanya Erna bersikap seperti itu. “A–aku?” “Iya kamu. Kan kamu yang bengong Erna, ya sudah pasti kamu yang punya masalah kan? Ayo cepat ceritakan sama aku ada apa?!” Erna menggelengkan kepalanya ragu, ternyata ia tak memiliki keberanian yang cukup untuk berbicara tentang sesuatu yang bisa sangat menghancurkan hati sahabat sekaligus boss nya itu. Lalu Erna menggelengkan kepalanya dengan cepat, “Engga Ais, nggak ada kok.” dengan yakinnya Erna langsung menyanggah ucapannya Aisyah. Kemudian terdengar ponsel Aisyah berdering, tak membutuhkan waktu lama Aisyah pun langsung mengangkat panggilan tersebut dengan cepat. “Ya, hallo Mala,” Aisyah menjawab panggilan tersebut dengan senyum sumringah, saat ia tahu jika yang menghubunginya adalah sang adik perempuannya. Lalu sayup–sayup terdengar suara Mala di ujung telepon sana, dan mendengar kalimat yang diucapkan oleh Mala, seketika ekspresi wajah Aisyah pun terlihat langsung berubah. “Ke–kenapa kamu pindah, Mala? Apakah selama kamu tinggal di rumah Mbak Aisyah, Mala nggak betah ya?” tanya Aisyah yang cukup kaget dengan permintaan sang adik itu. “Bukan Mbak, bukan nggak betah tapi karena Mala nggak enak kalau harus ngeburu–buru Mas Hanung setiap pagi. Boss Mala galak, jadi kalau mala telat sedikit saja, Mala pasti akan langsung dipotong gaji. Jadi untuk sementara Mala mau ngekost aja dulu Mbak.” ujarnya beralasan. “Tapi Mala, nanti apa kata Mama. Mama pasti akan berpikir macam–macam sama kita. Mbak Aisyah takut jika nanti kita malah dikira berantem sama Mama.” “Pokoknya Mbak Aisyah nggak perlu mikirin itu, karena sebelumnya Mala juga sudah izin sama Mama dan Mama juga mengizinkannya kok Mbak. Jadi Mbak Aisyah nggak perlu pikirin Mama ya. Ya sudah hari ini juga Mala mau langsung pindah, lagi pula nanti malam kan Mbak Aisyah juga ada acara di kantor kan? Jadi Mbak Aisyah fokus aja sama kerjaan Mbak Aisyah ya.” Aisyah terdiam sebentar, lalu ia pun menarik nafas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Karena Aisyah kini sudah tak bisa berbuat apa–apa lagi kalau Mamanya sudah mengizinkannya. “Baiklah kalau gitu Mbak Aisyah telpon Mas Hanung. Agar Mas Hanung bisa bantuin kamu pindahan ya Mala.” “Ah nggak usah Mbak, Mala bisa sendiri kok. Lagi pula Mala juga hanya bawa baju dan bebrapa perlengkapan yang perlu–perlu saja. Jjadi nanti Mala biar naik taksi online aja. Kasian Mas Hanung juga pasti lagi sibuk di kantor.” Mala menolak bantuan dari Aisyah yang akan menelpon suaminya, agar mau membantunya. “Kamu yakin?” “Iya Mbak Mala yakin kok. Ya sudah kalau begitu, Mala siap–siap meeting dulu ya Mbak,” Dan panggilan pun langsung di matikan oleh Mala tanpa mendengarkan jawaban dari sang Kakak terlebih dahulu. Aisyah tahunya Mala masih di kantor, padahal di seberang sana Mala tengah asyik berdua bersama Hanung yang saat ini sedang berada di dalam kamar rumah baru Mala yang dibelikan oleh Hanung tersebut. ***“Kamu sudah bilang sama Aisyah, Erna?” tanya Restu ketika mereka hanya berdua saja di ruangan meeting, setelah Aisyah pamit keluar untuk mengambil barangnya yang tertinggal di dalam ruangannya.Erna menggelengkan kepalanya pelan, “Belum Res,” jawabnya lirih.“Kenapa?” Restu menatap Erna dengan lekat, “Apa kamu tega membiarkan Aisyah dibohongi seperti itu terus menerus oleh suami dan juga adiknya? Itu pengkhianatan, perbuatan, bukan sesuatu yang wajar untuk dimaklumi, Erna.” “Aku nggak tega Res, apalagi malam ini adalah malam yang sangat ia nantikan dari perjalanan karirnya yang panjang. Berawal dari seorang reseller, lalu kini ia jadi memiliki brand sendiri. Kerja kerasnya selama ini yang akhirnya menjadikan ia berada di posisi yang mungkin tak pernah ia bayangkan. Kamu lihat, penjualan produknya di toktok membuat namanya banyak dikenal, dan melesat dengan sangat cepat. Rasanya aku tidak tega kalau harus menghancurkan kebahagian Aisyah begitu saja Res,”Mendengar apa yang disampaikan
“Oh ya, begitu ya? Semoga saja ucapan baik dari kalian semua menjadi doa yang baik juga untukku dan juga Mas Hanung.”Jawaban dari Aisyah yang sambil tersenyum itu memberikan perasaan lega di hati kedua sahabatnya yang saat ini merasa khawatir. Karena setidaknya itu menjadi pertanda jika Aisyah tidak mendengarkan percakapan mereka berdua.“Okay kita lanjutkan meeting nya sekarang juga. Pokoknya kita harus menyelesaikan semuanya sebelum jam makan siang. Setelah itu kita harus ke lokasi untuk mengatur semuanya.”Mendengar ucapan Aisyah keduanya pun langsung mengangguk setuju. Dan meeting mereka pun dilanjutkan kembali, Restu dan Erna saling berpandangan melihat semangat empat lima yang ditunjukkan oleh Aisyah. Keduanya seolah tak tega melihat Aisyah yang ternyata diam–diam sudah diselingkuhi oleh suaminya. Namun bagi Erna yang tahu semua rasanya tidak adil jika Erna harus menghancurkan kebahagiaan sahabatnya dengan memberitahukan perselingkuhan adiknya dengan suaminya itu pada Aisyah.
Brakk!!Mala tiba–tiba melemparkan remote AC ke arah tembok. Merasa kesal setelah mendengar percakapan antara Hanung dengan Aisyah.“Loh sayang kamu kenapa?” tanya Hanung seraya menghampiri Mala yang tiba–tiba merajuk itu.“Aku nggak suka lihat kamu mesra kayak gitu sama Mbak Aisyah, Mas! Kalau kamu masih berat meninggalkan dia, lebih baik kita berpisah saja mas. Dan mumpung bayi ini belum besar lebih baik aku gugurkan saja kandungannya. Aku nggak mau kebahagiaan kita dirusak oleh kamu sendiri!” Mala menatap kedua manik mata Hanung dengan tajam. Terlihat jelas jika ia sangat cemburu terhadap Aisyah yang sampai saat ini masih sah istrinya Hanung.“Sayang itu kan hanya akting saja, kamu juga tahu kan kalau hati ini hanya buat kamu seorang? Sudahlah hal seperti ini jangan dibesar–besarkan, kalau nggak kayak gini mana mungkin aku dapat uang dua ratus juta untuk membeli perlengkapan rumah ini sayang,” ucap Hanung membela diri.“Tapi bukan begitu caranya Mas, kalau kayak gitu Mas Hanung sa
“Ais acaranya akan segera dimulai, ayo kita masuk ke dalam sekarang!” Erna mengajak Aisyah yang masih menunggu kedatangan Hanung suaminya. Suaminya yang tadi siang sempat berjanji, jika malam ini dia akan hadir di acara penting perusahaan Aisyah istrinya. “Aku masih menunggu kedatangan Mas Hanung, Na. Masa iya di acara sepenting ini Mas Hanung tidak menyaksikan secara langsung. Karena harusnya Mas Hanung merasa bangga melihat perjuanganku selama ini berakhir dengan manis, karena Mas Hanung lah yang mengetahui semuanya. Perjuangan ku dari nol sampai aku diakui keberadaannya di industri kecantikan, Na.”Kesedihan di wajah Aisyah tak bisa disembunyikan, walaupun ia terlihat tersenyum, namun gurat–gurat kesedihan sangatlah terlihat jelas di wajahnya.Kemudian Aisyah mencoba menghubungi nomor ponsel suaminya lagi, entah sudah berapa kali Aisyah melakukannya. Namun ternyata jawabannya pun masih sama, nomor Hanung masih tetap tidak aktif.“Mas Hanung mungkin terjebak macet. Kalau gitu kita
“Ah akhirnya acaranya berjalan dengan lancar! Terima kasih ya Na, Res, karena kalian adalah teman dan team terbaik yang pernah aku miliki!” Aisyah memuji kedua sahabatnya yang selama ini selalu membantunya dengan totalitas. Karena peran keduanya, akhirnya acara yang digelar oleh Aisyah pun berjalan dengan lancar dan sesuai dengan keinginannya.“Selamat ya Aisyah, akhirnya sekarang semua orang mengakui kualitas produk dari perusahaan kita. Dan ini adalah perjuangan yang luar biasa yang sudah berhasil kita tempuh. Kamu memang pantas mendapatkan semua ini untuk membayar lunas semua kerja kerasmu selama ini, Aisyah.”Erna merangkul tubuh sahabat nya itu dengan erat. Merasa ikut senang dengan pencapaian yang sudah diraih oleh Aisyah sahabatnya itu.“Nggak Erna, ini semuanya berkat kerja keras kita bersama. Terima kasih banyak ya, karena kalian benar–benar sangat berjasa untuk perusahaan ini!” Aisyah menatap kedua sahabatnya yang yang merangkap sebagai staf direksinya saat ini. Tak dapat
“Ba–baik Pak, sa–saya akan langsung ke tempat kejadian kecelakaan sekarang juga.” jawab Erna dengan suaranya yang terbata–bata.Erna yang panik langsung saja menutup panggilan tersebut. Dan Restu yang berada di ruangan yang sama dengan Erna pun ikut mendengarkan. Ia juga cukup kaget dengan kabar yang didapat malam itu.Pasalnya Aisyah baru saja keluar dari ruangan tersebut beberapa menit yang lalu, namun tiba–tiba kini Erna mendapatkan panggilan jika Aisyah mengalami kecelakaan.“Siapa yang kecelakaan Na?? Nggak mungkin Aisyah teman kita kan? Orang yang nelpon kamu pasti sedang bercanda Na! Zaman sekarang itu banyak tukang tipu, makanya kita jangan asal percaya begitu saja. Nggak mungkin Aisyah yang kecelakaan kan? Orang dia baru saja keluar kok! Masa tiba–tiba dia kecelakaan, kan nggak mungkin?”Kalimat sangkalan itu terlontar dari bibir Restu yang tetap mencoba untuk tidak percaya, jika yang kecelakaan itu adalah sahabat sekaligus boss nya Aisyah yang baru saja keluar dari ruangan t
Mobil yang di kendarai oleh Restu berhenti tepat di depan rumah mewah milik Aisyah. Kemudian tanpa menunggu lama lagi Restu pun langsung turun dan langsung memencet bel yang berada di luar gerbang rumah sahabatnya itu dengan buru–buru.Tak berselang lama, terlihat seorang security yang bernama Mang Diman itu pun keluar. Beliau masih terlihat segar itu pun langsung tersenyum seraya menyapa Restu dengan ramah.“Eh ternyata Pak Restu ya, baru aja Mamang teh mau marah karena sudah di kagetin sama pencetan bel nya Pak Restu. Ada apa malam–malam begini Pak Restu teh datang ke rumah Bu Aisyah, Pak? Bukankah Bu Aisyah juga masih di kantor ya?” sapanya yang langsung keluar dan tak lupa ia juga menutup kembali pagar tinggi tersebut.“I–iya Mang Diman, tapi yang saya cari bukan Aisyah, tapi Hanung, Mang” Mendengar apa yang diucapkan oleh Restu, Mang Diman pun langsung mengernyitkan keningnya. “Pak Hanung? Kenapa Pak Hanung? Kan Bapak teh juga pergi bersama–sama ke kantor Bu Aisyah sama Mbak Ma
“Yes! Akhirnya nggak perlu susah payah kita menyingkirkan Aisyah. Tanpa kita sentuh dia sudah hampir mati dengan sendirinya Ma!”Mala berteriak senang dengan tawa yang lebar, terdengar puas ketika ia mendengar kabar jika Aisyah mengalami kecelakaan parah tadi malam. Ia bahkan sudah tidak sabar ingin segera melihat keadaan Aisyah yang sedang katanya koma di rumah sakit saat ini.“Iya Mala kamu benar, akhirnya si Aisyah anak pungut itu akan benar–benar lenyap tanpa kita sentuh. Ini kesempatan kamu menarik simpati orang–orang di kantor Aisyah nantinya. Karena sudah pasti kamu yang akan menggantikan posisi Aisyah di kantornya, Mala!” Bu Seruni yang selama ini menyembunyikan jika Aisyah anak pungut itu pun akhirnya bersorak gembira, selaras dengan apa yang dilakukan oleh putri kesayangannya tersebut.“Itu sudah pasti Bu, untung saja kita belum buat kesalahan ya Bu? Seandainya kita sudah buat kesalahan, kita pasti akan gigit jari deh saat ini. Ah thanks God, akhirnya engkau berpihak kepa
“Bagaimana bisa kamu di pecat dari perusahaan itu Mala? Bukankah kamu bilang kalau boss kamu sudah sangat cocok sama kinerja kamu selama ini?” tanya Hanung ketika ia baru masuk ke rumah baru milik Mala yang beberapa hari lalu baru ia belikan itu.“Aku gak tahu Mas, karena tiba–tiba saja aku dipecat tanpa tahu kesalahanku apa? Mereka hanya bilang kalau aku sudah melanggar kontrak kerja, tapi mereka sendiri tidak memberikan aku penjelasan apa–apa.” Hanung berdecak kesal, tak menyangka di posisinya yang serba sulit seperti saat ini, tiba–tiba Mala pun dipecat dari perusahaan tempat ia bekerja. “Kenapa kamu bersikap seperti itu Mas? Kamu seolah tidak suka dengan kabar ini? Bukankah waktu itu kamu pernah bilang, kalau tanpa perlu aku bekerja pun kamu akan selalu mencukupi semua kebutuhanku dan juga calon anak kita. Lalu kenapa sekarang kamu berubah, Mas? Mana janji yang sudah kamu ucapkan itu di hadapan semua keluargaku hmm?”Mala yang sedikit kaget dengan perubahan mimik wajah yang ditu
“Apa? Kenapa bisa sampai sebanyak ini tagihan untuk perusahaan kita Sarah? Bagaimana bisa semua klien kita membatalkan proyeknya hanya dari satu pihak saja? Sedangkan semuanya sudah deal kan?” Hanung membulatkan bola matanya seketika ketika ia mendapatkan laporan dari sekretaris dan juga asisten pribadinya.“Betul Pak, tadi Pak Dodi sudah menghubungi pihak sana, dan mereka memang membatalkan proyek–proyek ini. Jadi mau tidak mau kita harus mengembalikan uang mereka Pak.” terang Sarah seraya memberikan bukti dokumen yang diberikan oleh Dodi.“Benar begitu Dodi?” tanya Hanung dengan tatapan tajam menghunus ke arah sang asisten pribadinya.“Betul Pak.”“Kenapa kamu tidak mencoba untuk membujuk mereka. Paling tidak kamu berusaha terlebih dahulu agar mereka tidak jadi membatalkan proyek ini.” “Sudah Pak, saya sudah mencobanya tapi nyatanya mereka tetap membatalkan proyek yang hampir berjalan ini. Dan ada kabar buruk lagi Pak,” ucap Doni dengan wajah yang belum apa–apa saja sudah merasa
Setelah kepergian Aisyah, Erna dan juga Restu yang mengantar Aisyah ke kamarnya, Mala kemudian menarik paksa tangan Hanung yang masih menatap kepergian istrinya itu dengan lekat. “Mas, kamu apa–apaan sih bersikap seperti tadi sama Mbak Aisyah? Memangnya kamu ini masih mencintai Mbak Aisyah apa?” Mala menatap Hanung dengan kesal, wajahnya terlihat sangat badmood dan juga dongkol. Mengingat saat tadi Hanung memohon–mohon sama Aisyah hingga dirinya berlutut di hadapan Aisyah. Sedangkan Hanung sendiri sudah berjanji kalau ia akan segera menceraikan Aisyah.“Sayang di sana kan ada Erna dan juga Restu, ya kamu tahu sendiri kan Mas masih harus akting. Agar Mas bisa membujuk Aisyah agar mau menyerahkan perusahaannya sama kamu. Memangnya kamu nggak mau jadi ibu CEO menggantikan posisi Aisyah?”Hanung beralasan, ia berusaha untuk meyakinkan Mala agar tak banyak protes, padahal ia sendiri sebenarnya sedang merasa ketakutan dengan sadarnya kembali Aisyah dari komanya.Ia takut jika sampai Aisy
“Aisyah! Aisyah! Kamu ingat sama Mas kan sayang? Ini aku Hanung. Hanung suami kamu Aisyah. Kamu ingat aku kan sayang?” Hanung berusaha mendekat ke arah Aisyah, walaupun ia sudah dilarang oleh Erna dan juga Restu tapi Hanung tetap memaksa untuk mendekati Aisyah. Bahkan kini Hanung bersimpuh di hadapan Aisyah, dan memegangi tangan Aisyah dengan eratnya.“Mas!” Bentak Mala, ia yang tak terima jika Hanung sampai berlutut seperti itu terhadap Aisyah yang harusnya sudah diceraikan oleh Hanung.“Aisyah, ini Mas. Kita sudah menikah lima tahun yang lalu. Sebelum ini rumah tangga kita sangat harmonis dan juga bahagia, sayang. Aisyah, kamu ingat sama mas kan Aisyah?” Hanung meremas dengan erat kedua jari–jari tangan Aisyah, namun tak disangka oleh Hanung jika Aisyah langsung melepaskan genggaman tangannya tersebut.“Kamu siapa? Aku nggak ingat sama kamu,”Ekspresi wajah Aisyah terlihat datar, cuek seperti orang yang tak saling mengenali. Benar–benar tak terlihat ada pancaran cinta di sana.“
“Siapa yang sudah berani menuduh aku melakukan ini semua, Mas? Padahal aku nggak tahu apa–apa dengan masalah ini, Mas?” tanya Mala yang seketika langsung menaruh sendok dan garpu yang sedang ia pegang.Mala mencoba membela diri di hadapan Hanung, merasa tak terima jika dirinya sudah dituduh dengan sengaja mengirimkan foto–foto mesranya dengan Hanung pada Aisyah.“Lalu kamu pun tak ada niat untuk membela aku di hadapan mereka ya, Mas? Kalau kamu fiam, itu tandanya kamu mengiyakan tuduhan mereka Mas.” tanya Mala ketika Hanung menanyakan soal foto dan video mereka yang kini ada di ponselnya Erna dan Mala itu.“Erna, sayang, Erna lah yang bilang kalau kamu sudah sengaja mengirimkan foto–foto pribadi kita itu pada Aisyah. Dan Erna juga bilang kalau foto dan video itu adalah penyebab kecelakaan yang terjadi pada Aisyah.” terang Hanung, yang disaksikan oleh Bu Seruni dan juga Mbak Sum yang juga ada di sana. “Mas juga nggak yakin kalau itu kamu yang mengirimkannya. Tapi kalau bukan kamu, si
Setelah Hanung dan Mala pergi meninggalkan ruangan Aisyah, Erna yang telah selesai makan malam itu pun bergantian dengan Restu. Ia pun langsung masuk ke dalam ruangan tersebut setelah Restu pergi mencari makan. Namun betapa kagetnya Erna ketika melihat Aisyah yang ia ketahui sedang tak sadarkan diri sejak beberapa hari terakhir, ternyata saat ini Aisyah sedang duduk sambil menangis sesenggukan dengan suaranya yang tak terlalu keras.“A–Aisyah! Ka–kamu sudah sadar Ais?” Kedua bola mata Erna membulat sempurna, menyaksikan keajaiban yang selama ini ia dan Restu tunggu–tunggu. “ Ah syukurlah Aisyah, Alhamdulillah ya Allah akhirnya kamu sadar juga Ais. Ais sebentar ya biar aku panggil suster dulu ya!”Dan saat Erna hendak memanggil suster, Aisyah pun langsung melarangnya. “Jangan Erna! Jangan lakukan itu! Karena mereka semua sudah mengetahuinya kok!” cegah Aisyah pada Erna yang terlihat sangat semangat itu.Erna langsung berhenti, tak lama ia pun langsung berbalik menghampiri sahabat se
“Erna, kita harus melakukan sesuatu. Kita nggak bisa membiarkan Hanung melakukan hal lebih gila dari ini! Kasian Aisyah kalau kita berdua juga hanya mengiyakan permintaan Hanung yang tak masuk akal itu,” ucap Restu yang merasa sangat kesal dengan tingkah laku Hanung yang seolah sudah tak memiliki empati lagi terhadap istrinya Aisyah.Hingga dengan kondisi Aisyah yang sedang koma saja Hanung masih terus mendesak mereka berdua untuk segera menggantikan posisi Aisyah sebagai CEO di perusahaan yang Aisyah pimpin selama ini.“Engga Res, aku nggak akan pernah membiarkan Mas Hanung menghianati Aisyah untuk kedua kalinya. Untuk perusahaan ini, aku juga akan mati–matian untuk menjaganya! Ini adalah perusahaan yang dibangun dari nol oleh Aisyah. Hingga akhirnya ia bisa seperti saat ini, lagi pula di perusahaan ini ada saham miilik kita, jadi kita berdua berhak untuk menolak siapapun yang akan menggantikan Aisyah kalau kita tidak setuju.” Erna yang melihat Hanung baru saja masuk ke ruangan Ais
“Erna, Restu, saya ingin bicara penting dengan kalian berdua. Sekarang juga apakah kita bisa bicara di cafe di bawah sana. Karena saya ingin membahas soal perusahaan istri saya yang sudah kosong kepemimpinannya selama istri saya koma beberapa hari ini. Apa kalian bisa?”Setelah Hanung keluar dari ruangan dimana istrinya dirawat saat ini. Ia pun langsung menghampiri Erna dan juga Restu yang sejak beberapa hari ini dengan setia nya menunggu Aisyah di rumah sakit.“Maaf Mas Hanung, aku nggak bisa meninggalkan Aisyah sendirian. Paling tidak salah satu dari kami harus tetap menjaga Aisyah di sini. Karena kami khawatir jika nanti Aisyah sadar, tak ada yang mendampinginya”“Kenapa kamu risau? Sedangkan di sini ada Ibu dan juga saudaranya Aisyah. Di sana kamu melihat Mama Seruni, Mbak Sum, dan juga Mala. Apa kamu tidak percaya sama mereka?”Hanung mengerutkan dahinya, menatap Erna dengan tatapan tajamnya.“Bukan begitu, Mas. Kami adalah anak buahnya Aisyah. Dan ini adalah bentuk tanggung jawa
“Kamu sudah selesai, Mala?” Bu Seruni langsung berdiri ketika ia melihat Mala keluar dari ruangan Aisyah. Dan Mala pun menganggukkan kepalanya, seraya menyeka air mata buayanya yang memang ia buat dengan obat tetes mata sebelum ia keluar dari ruangan tersebut.“Hanung mana?” “Mas Hanung masih didalam Ma, Mas Hanung merasa sangat terpukul atas kejadian yang menimpa Mbak Aisyah. Sekarang Mas Hanung masih menangis di dalam, coba Mama masuk dan tenangkan Mas Hanung ya Ma.”Mendengar permintaan dari Mala, Bu Seruni pun langsung mengiyakan. Tak lama Ia pun langsung masuk ke dalam bergantian dengan Mala yang saat ini duduk di samping Mbak Sum.“Bagaimana keadaan Aisyah, Mala?” tanya Mbak Sum dengan wajahnya yang di sedih–sedihkan.“Kasian sekali Mbak Aisyah, Mbak. Sekarang Mbak Aisyah benar–benar tak berdaya, tak sadarkan diri. Mbak Aisyah koma dan keadaannya pun sangat memprihatinkan, karena tubuhnya penuh dengan luka.” Mala kembali terisak, dan Mbak Sum berusaha menenangkan Mala yang la