Share

Cemburu Buta

“Sayang kamu kok dari tadi cemberut terus sih? Kamu kenapa? Kamu masih marah ya sama kakak kamu itu?” tanya Hanung pada Mala yang sejak tadi hanya diam membisu seraya mencebikkan bibirnya lima centimeter.

“Pakai nanya lagi! Harusnya kamu tahu dan peka lah kenapa aku bisa marah, Mas!” jawab Mala dengan wajah yang jutek, namun tetap terlihat menggemaskan di mata Hanung yang sejak lama memang sudah menaruh hati pada Mala yang sudah tinggal bersama mereka setelah lulus kuliah.

“Sayang, Mas kan bukan dukun, jadi mana Mas tahu kamu marah karena apa? Yang Mas tahu, tadi kamu kesal karena Aisyah sudah menceramahi kamu. Sudahlah, toh itu kan nasihat yang bagus juga sayang, jadi sekarang tidak perlu kamu pirikan lagi, okay!” ujar Hanung seraya mencubit pipi Mala dengan gemasnya.

“Mas aku itu cemburu! Masa iya kamu tadi cium–cium Mbak Aisyah di depan aku kayak gitu! Memangnya kamu pikir perasaan aku terbuat dari batu apa, makanya kamu pikir kalau aku ini gak bisa merasakan cemburu?”

Mendengar ucapan Mala, Hanung pun tersenyum. Ia merasa senang, karena ternyata Mala marah karena merasa cemburu padanya yang tadi sempat mencium kening sang Kakak di hadapannya.

“Ya ampun, ternyata kamu jealous sama Aisyah ya sayang? Ah senangnya hatiku, kalau pujaan hatiku ternyata masih memiliki rasa cemburu seperti ini. Tenang saja sayangku, itu kan hanya bagian dari akting saja kok. Karena saat ini Mas sudah menyerahkan seluruh hatiku sama kamu seorang saja sayang. Jangan marah lagi ya Mala ku, dunia ku, karena seutuhnya hati dan cinta ini hanya milik kamu seorang!”

Hanung mencoba meyakinkan Mala yang sedang tantrum karena cemburu pada kakaknya sendiri. Padahal ia sebenarnya sangat sadar jika rasa cemburunya itu memang tidak mendasar, karena Hanung memanglah suami sah nya sang Kakak.

“Apa buktinya?”

“Bukti? Apa kamu masih membutuhkan bukti setelah kita biasa berhubungan suami istri setiap malam sayang?” tanya Hanung seraya memegangi tangan kanan Mala dengan erat. “Kurang bukti apalagi, kalau aku saja berani menyelinap ke kamar kamu tiap malam kalau Aisyah lagi live toktok. Tiga jam bagi kamu apa belum cukup? Dan tiga jam itu sebenarnya sedikit mengurangi kerinduan aku sama kamu, sayang?”

“Kurang lah Mas, karena aku maunya kamu menjadi milikku seutuhnya. Aku ingin sepanjang malam kamu tidur bersamaku, apalagi aku juga istri kamu Mas! Walaupun kita hanya nikah siri, tapi di mata agama aku sah istri kamu! Ingat itu Mas Hanung!”

Kali ini Mala terlihat sangat serius, kedua matanya nampak tajam menatap ke arah dua bola mata Hanung yang langsung terdiam. Dari suaranya saja terdengar jelas jika Mala seolah menuntut lebih, agar Hanung bisa memberikan waktu lebih untuknya.

Karena setelah Hanung resmi menikahi Mala secara siri seminggu yang lalu di kediaman orang tua Mala, ia menjadi lebih protektif karena ia juga merasa memiliki Hanung.

“Tunggu dulu sayang, nanti ada saatnya kalau—”

“Kalau apa? Kapan itu Mas aku tanya?” jawab Mala yang langsung memotong ucapannya Hanung yang belum selesai. “Memangnya aku nggak sakit hati melihat kamu dan Mbak Aisyah mesra–mesraan seperti tadi Mas? Kamu percaya nggak kalau tadi rasanya aku ingin berteriak? Aku nggak rela Mas melihat kamu mencium kening Mbak Aisyah di depanku, aku nggak rela Mas Hanung!”

Mendengar Mala yang berteriak histeris, Hanung pun langsung meminggirkan mobilnya. Apalagi Mala terlihat langsung menangis, tidak seperti biasanya. Dan Hanung pun kemudian langsung menangkup kedua pipi Mala dengan kedua tangannya.

“Ssttt sayang, sayang, sabar sayang, dengarkan Mas dulu ya! Mas kan sudah janji sama kamu dan juga Mama, kalau dalam setahun ini Aisyah tetap tidak bisa hamil anakku, maka aku akan menceraikan dia. Ini sudah perjanjian kita, makanya aku harap kamu bersabar dulu ya sayang. Setahun itu tidak lama kok sayang, jadi kamu—”

“Iya itu kalau Mbak Aisyah tidak hamil kan? Lantas kalau dia hamil bagaimana? Apa kamu akan begitu saja mencampakkan aku Mas? Kamu akan membuang Aku bagai sampah? Iya kan?!! Bilang saja kalau kamu hanya membutuhkan kehangatan dari aku saja kan? Dan semua yang kamu lakukan sama aku semata–mata atas dasar nafsu saja! Bukan karena cinta kan?! Ayo jawab Mas Hanung! Jawab!”

Teriak Mala yang lagi–lagi memotong ucapannya Hanung, yang sedang berusaha untuk meyakinkannya sambil memukuli dada Hanung yang bidang itu.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status