Share

2). Mengalah

Author: Cacavip
last update Last Updated: 2024-05-10 08:06:21

***

"Aku suka sama Gema sejak SMP sebenarnya, Na. Waktu itu sebagai kakak kelas, dia kan sering lindungin kita dari orang-orang yang suka ganggu. Nah, perlahan sikapnya itu bikin aku tertarik karena kesannya hebat aja gitu. Aku pikir perasaan ke Gema cuman kagum aja, tapi lama kelamaan ternyata makin dalam, Na, cuman aku enggak pernah berani confess karena aku takut Gema nolak aku. Jangankan bilang ke dia, cerita ke kamu, Mama, bahkan Papa aja enggak aku lakuin saking malunya aku."

Berdiri di depan cermin wastafel kamar mandi, kedua mata Alnaira yang sudah memerah kembali mengeluarkan cairan bening yang kini menggenang di kedua pelupuk.

Teringat kembali pada ucapan panjang lebar Aneska beberapa waktu lalu, Alnaira sakit karena ucapan tersebut membuat dirinya terpaksa merelakan hubungan dia bersama Gema.

Mendapat informasi perihal rencana perjodohan Aneska dengan Gema, Alnaira kaget. Sempat punya niat mengungkap hubungannya dengan sang kekasih, dia seketika mundur setelah mendengar pernyataan Aneska yang ternyata sudah sangat lama memendang perasaan suka pada Gema.

Menyukai Gema sejak SMP, Alnaira seketika berpikir jika Aneska rasanya lebih pantas untuk menjadi pendamping kekasihnya itu, karena dirinya sendiri baru menyukai Gema semenjak mereka kuliah kedokteran.

Tak hanya hal tersebut, faktor lain seperti rasa sayangnya pada Aneska pun rasa bersalah karena kejadian di masa lalu turut menjadi pendorong, sehingga ketika sang saudara kembar bertanya tentang Gema yang punya atau tidaknya kekasih, jawaban Alnaira adalah;

"Enggak ada sih setahuku."

Tak sekadar memberikan jawaban tersebut, dalam waktu yang singkat Alnaira memutuskan untuk mengikhlaskan Gema agar bisa bersama Aneska, sehingga niat untuk memberitahu keluarga perihal dilamarnya dia oleh sang kekasih seketika batal.

Tak mau egois, Alnaira ingin berkorban untuk saudara kembarnya itu sebagai balas budi karena di masa lalu, Aneska pernah menyelamatkan nyawanya bahkan tak hanya itu, Aneska rela tak menjadi dokter setelah tragedi yang terjadi belasan tahun lalu membuat gadis itu mengalami hematophobia atau phobia terhadap darah.

Ya, meskipun terasa begitu sakit, Alnaira harus mengalah karena selain ini, dia mungkin tak punya lagi kesempatan untuk membalas budi sang saudara kembar.

"Kamu bisa, Nana, kamu kuat," ucap Alnaira pada dirinya sendiri. "Ini emang enggak mudah, tapi cepat atau lambat kamu pasti ikhlas. Ini demi Anes."

Realita tak sesuai sugesti, setelahnya Alnaira justru kembali menangis hingga dering ponsel dari dalam kamar membuat atensinya beralih.

Masih memakai pakaian lengkap, Alnaira keluar dari kamar mandi untuk mengecek dan betapa sakitnya dia ketika yang terpampang di layar sekarang adalah nama Gema—lengkap dengan emoji hati berwarna biru.

Tak langsung mengangkat telepon, Alnaira memilih untuk menstabilkan dulu perasaannya hingga setelah sisa isakkan tangis tak terdengar, dia lekas menjawab panggilan dari kekasihnya itu.

"Halo, Gem."

"Na, aku baru baca chat kamu, maaf ya belum sempat balas," kata Gema. "Tadi pas sampe rumah aku mendadak mules terus pergi ke wc deh. Habis dari wc ada Mama ke kamar dan ya ... kita ngobrol."

"Ngobrolin apa kalau boleh tahu?"

"Makan malam yang kamu maksud," kata Gema.

Tak ada yang berubah, suara Gema masih terdengar sama sehingga dugaan Alnaira sementara ini adalah; sang kekasih belum tahu perihal perjodohan yang digadang-gadangkan oleh kedua orang tua mereka.

Bukan hal buruk, itu justru bagus karena jika Gema tahu sekarang, pria itu akan membongkar semuanya dan Alnaira tak mau karena sebagai adik, dia tak tega membuat Aneska kecewa bahkan sedih.

Bukan saudara kembar yang sering bertengkar, Alnaira adalah saudara yang sangat akur bahkan saling menyayangi sehingga tak pernah ada perselisihan, sejauh ini keduanya selalu saling mendukung satu sama lain.

Namun, memang perihal Gema, Alnaira memutuskan untuk merahasiakannya seperti Aneska karena meskipun Regan bisa dipercaya, Alnaira tetap khawatir hubungannya bocor di kalangan para pegawai rumah sakit terlebih itu para dokter senior.

"Oh itu, gimana kata Mama kamu?"

"Mama bilang sih malam minggu nanti kita mau makan sama keluarga kamu karena kan udah lama juga udah enggak ngumpul," ungkap Gema. "Pas aku tanya ada tujuan apa enggak, Mama bilangnya enggak. Jadi mungkin sekadar kumpul aja."

"Oh."

"Tante El sama Om Regan udah kasih tahu kamu juga?"

"Udah dan pernyataannya sama kaya mama kamu," kata Alnaira.

"Kebetulan enggak sih?" tanya Gema dengan suara yang terdengar bahagia. "Kita kan mau bilang soal lamaran aku ke kamu. Nah, malam minggu nanti ada makan malam. Gimana kalau kita sekalian umumin? Mereka pasti senang tuh dengar kita punya hubungan serius."

Tak menjawab, Alnaira justru tersenyum dengan perasaan yang lagi-lagi sakit. Kembali berkaca-kaca, selanjutnya itulah yang terjadi hingga tak berselang lama Gema buka suara.

"Na, kok diem?"

"Aku cuman lagi bayangin aja, Gem," kata Alnaira. "Makanya diem."

"Bayangin respon baik mereka pas tahu kita udah tunangan?" tanya Gema antusias. "Aku yakin pada happy sih, Na, secara kan keluarga kita berhubungan baik dan-"

"Besok ngobrol mau enggak?" tanya Alnaira—memotong ucapan Gema sebelum selesai. "Ada yang mau aku bicarain sama kamu."

"Bukannya tiap hari juga kita ngobrol?"

"Ya maksudnya ini bicara serius, Gema," kata Alnaira setengah mendesah. "Bisa enggak?"

"Di mana?"

"Taman aja sebelum ke kampus," kata Alnaira. "Bisa?"

"Kalau buat kamu apa sih yang enggak bisa?" tanya Gema.

"Oke, berarti sebelum ke kampus, kita ke taman dulu ya sebentar. Dua puluh menit mungkin di sana."

"Siap, tapi mau bicarain apa emangnya? Aku mendadak degdegan."

"Besok aja biar jelas."

"Bukan sesuatu yang buruk, kan?"

Tak menjawab, Alnaira kembali diam—membuat Gema lekas memanggil.

"Na."

"Bukan, kamu tenang aja."

"Oke deh."

Karena belum membersihkan badan, selanjutnya Alnaira memutuskan sambungan telepon dan Gema tak protes. Panggilan berakhir, yang dia lakukan setelahnya justru kembali terisak hingga ketika atensinya tertuju pada cincin di jemari, rasa sesak di dada muncul.

Memberikan usapan lembut, Alnaira terisak seraya melontarkan beberapa kalimat.

"Aku sayang banget sama kamu, Gem, tapi sayangku ke Anes juga enggak kalah besar," cicit Alnaira dengan air mata yang terus menetes. "Anes udah lakuin banyak hal buat aku, dan merelakan dia sama kamu adalah bentuk balas budi aku ke orang yang dulu selamatin nyawa aku. Sebenarnya sakit, Gem, tapi mungkin lebih sakit kalau aku harus nyakitin Anes dengan status kita. Anes selalu sayang sama aku dan dia enggak pernah nyakitin aku sedikit pun. Jadi mungkin enggak ada salahnya aku berkorban untuk dia."

Tenggelam dalam rasa sedih bahkan sakit, selanjutnya itulah yang terjadi pada Alnaira hingga setelah beberapa menit berlalu, keputusan untuk melepas cincin pemberian Gema, diambil.

Berat.

Sungguh, perasaan itu kini bergelayut. Namun, demi Aneska Zea Mahendra—sang saudara yang dulu menghuni rahim sama dengannya selama sembilan bulan, Alnaira mencoba ikhlas.

"Maafin aku, Gem."

Memasukan cincin tersebut ke dalam kotak perhiasan kosong miliknya, Alnaira lagi-lagi menangis ketika kotak tersebut masuk ke dalam tas yang biasa dia pakai sehari-hari.

"Padahal, belum sehari aku pakai cincin ini, tapi mungkin ini yang terbaik karena takdirnya bukan aku yang pantas memakai cincin ini. Ya Allah, ikhlaskan aku."

Meratapi nasib untuk beberapa saat, setelahnya Alnaira memutuskan untuk membersihkan badan dan tak sekadar mengguyur tubuh, selama setengah jam dia berendam di dalam bathub guna menenangkan pikiran yang bahkan tak mau tenang.

Selesai, Alnaira memutuskan untuk langsung terlelap sambil sesekali berharap jika apa yang terjadi malam ini hanyalah mimpi buruk semata. Namun, harapan hanyalah tinggal harapan karena ketika pagi datang, rasa sakitnya masih ada.

"Kosong," ucap Alnaira sambil memandang jari manisnya yang tak lagi dilingkari cincin.

Berusaha mengusir sedih, Alnaira berkegiatan seperti biasa dan turun ke lantai bawah untuk sarapan setelah sebelumnya bersiap-siap.

"Mata kamu sembab, Na, kenapa?"

Duduk di depan meja makan, Alnaira cukup terkejut ketika pertanyaan tersebut diberikan Regan.

"Eh, Pa, enggak apa-apa kok. Semalam nonton drakor ada sedihnya. Jadi nangis."

"Beneran?" Aneska ikut buka suara. "Sembabnya kentara banget."

"Beneran dong," kata Alnaira. "Udah ah enggak usah bahas mata aku. Mendingan sekarang sarapan."

Tak ada perbincangan lagi, sarapan dimulai hingga sekitar pukul delapan kurang lima belas menit, dia bergegas menuju rumah sakit setelah Gema datang menjemput.

Tak banyak mengobrol, suasana mobil didominasi hening. Namun, meskipun begitu Alnaira berusaha bersikap seperti biasa agar Gema tak curiga sebelum sore nanti tiba.

Tiba di rumah sakit, seperti biasa Alnaira dan Gema berjalan menuju ruangan untuk berganti baju. Ditempatkan di bangsal berbeda, keduanya berpisah dan hampir sehari penuh, Alnaira juga Gema tak berinteraksi.

"Jadi ke taman?"

Sore tiba, Alnaira dan Gema pulang. Tak langsung ke rumah, kegiatan mereka setelah ini adalah pergi ke kampus guna menjalani pendidikan lanjutan yang sudah digeluti hampir dua tahun.

"Jadi."

"Taman mana?" tanya Gema.

"Bebas."

Jika biasanya setelah dari rumah sakit, keduanya langsung ke kampus, maka kali ini Alnaira dan Gema mampir ke sebuah taman dan menempati sebuah bangku yang tersedia, pasangan kekasih tersebut duduk bersebelahan.

"Jadi apa yang mau Nanaku ini omongin hm?" tanya Gema—membuka percakapan. "Soal pernikankah? Atau mungkin destinasi bulan madukah?"

"Jauh banget ngomongnya."

"Tapi aku serius," kata Gema. "Kalau seandainya itu yang mau kamu omongin, aku siap dengar."

"Sayangnya bukan."

"Terus apa dong?"

Tak menjawab, Alnaira memilih untuk memandang Gema selama beberapa saat sebelum akhirnya buka suara.

"Aku mau ngomongin soal nasib hubungan kita dan kalau kamu enggak keberatan, aku pengen semuanya berakhir sampai di sini."

Tak ada respon, Gema yang semula mengukir senyum seketika mengubah ekspresi wajahnya menjadi serius. Berusaha mencerna kata demi kata yang dilontarkan Alnaira, dia tak kunjung paham sehingga pada akhirnya Gema bertanya,

"Maksudnya apa, Na? Kok aku mendadak bego dan enggak paham ya sama arti dari kalimat kamu?"

"Gem."

"Aku serius, Na, maksudnya apa kamu ngomong kaya gitu?" tanya Gema. "Lagi prankkah?"

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Netty Kurnia
Sabar ya Na..
goodnovel comment avatar
Bhoenciz Poenya
nana tuh kaya aludra,ngalah demi kakaknya. sabar yha na
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   3). Menyudahi Hubungan

    ***"Enggak ada prank di sini, Gem, aku serius."Tak lagi menatap Gema, kedua mata Alnaira kini tertuju pada kedua kaki yang dibalut sepatu berwarna putih. Sakit bahkan sesak, itulah yang dia rasakan setelah melontarkan beberapa kalimat pada sang kekasih.Namun, tak punya pilihan lain, Alnaira harus melakukannya karena sebelum makan malam di hari sabtu nanti, dia dan Gema harus tak memiliki hubungan agar perjodohan diantara pria yang dicintainya itu dengan sang kakak, bisa berjalan dengan lancar.Ya, tentu saja.Aneska sangat mencintai Gema dan sebagai adik yang punya banyak hutang budi, Alnaira harus mengalah karena sebelum ini Aneska sudah beberapa kali mengalami kerugian karena dirinya."Na.""Orang tua kita mau jodohin kamu sama Aneska, Gem," ucap Alnaira yang akhirnya memberanikan diri untuk kembali menatap kedua manik hitam Gema. Sakit, lagi-lagi itu yang menggerogoti hatinya. Namun, sesakit apa pun perasaannya, Alnaira harus menyelesaikan semua hingga tuntas. "Kemarin pas pulan

    Last Updated : 2024-05-10
  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   4). Sikap Dingin

    ***"Kita sampai."Setelah menempuh perjalanan dalam kondisi hening, ucapan tersebut akhirnya dilontarkan Gema pada Alnaira yang seperti biasa berada di samping kirinya.Drama taman selesai, keputusan menyesakan akhirnya diambil Gema yaitu; dia bersedia menerima perjodohan dengan Aneska. Tak gratis, hal tersebut perlu ditebus oleh syarat yang dia ajukan pada Alnaira dan tentunya tak mudah, syarat yang harus dipenuhi sang kekasih adalah menikah dengan pria lain sehari sebelum dirinya menikah dengan Aneska nanti.Tak mau berkorban dan sakit sendirian karena harus menikah dengan orang yang tak dicinta, Gema mengajak Alnaira untuk merasakan hal serupa dan tak ada penolakan, Alnaira menyanggupi permintaan tersebut sehingga setelahnya kedua insan itu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju universitas.Tak datang tepat waktu, keduanya jelas terlambat. Namun, meskipun begitu Alnaira mau pun Gema berharap sang pengajar mengizinkan keduanya masuk karena waktu keterlambatan mereka pun ta

    Last Updated : 2024-05-10
  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   5). Menghindar

    ***"Nginep di rumah Oma," ungkap Alnaira to the point. "Enggak tahu kenapa hari ini tuh aku mendadak kangen Oma dan kayanya aku pengen nginep. Jadi aku enggak akan pulang ke rumah. Enggak apa-apa, kan?""Oma yang mana?" tanya Regan. "Oma Dara apa Oma Rara? Sama Gema enggak ke sananya? Lumayan jauh juga, kan, dari kampus kamu."Mendengar pertanyaan beruntun dari sang papa, Alnaira menghela napas sebelum kemudian buka suara untuk memberikan jawaban."Oma Rara, Pa, dan aku kayanya sendiri aja karena Gema udah aku minta pulang duluan," kata Alnaira. "Enggak apa-apa kok, aku berani.""Lho, kenapa enggak bilang sama Papa aja kalau gitu?" tanya Regan. "Kamu perempuan lho, Na, dan ini udah mau setengah sembilan. Masa sendiri? Tunggu deh ya di sana biar Pap-""Enggak usah, Pa," potong Alnaira dengan segera. "Aku bisa sendiri kok. Lagipula aku bukan anak kecil.""Ya emang bukan, tapi kamu anak gadis Papa, Nana," ucap Regan. "Papa khawatir kalau kamu sendiri. Takut ada apa-apa.""Doainnya semog

    Last Updated : 2024-05-10
  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   6). Bertemu Sky

    ***"Mau makan siang di mana?"Baru masuk ke ruangan tempatnya dan Gema beristirahat, pertanyaan tersebut langsung didapat Alnaira dari sang mantan kekasih yang nampak duduk di meja kerja.Sabtu kerja.Hari ini Alnaira dan Gema memang tetap menjalani rutinitasnya seperti biasa. Tak ada libur sabtu, keduanya hanya mendapatkan libur di hari minggu sehingga meskipun weekend, pasangan yang sudah mengakhiri hubungan tersebut tetap bekerja."Kantin, kaya biasa."Tak ada interaksi manis seperti sebelumnya, Gema dan Alnaira sama-sama mendinginkan sikap semenjak kejadian semalam.Tak ada berangkat bersama bahkan bertegur sapa ketika bertemu, keduanya kompak acuh—terlebih itu Gema yang masih dilanda kecewa untuk apa yang terjadi pada hubungannya dengan putri tengah Regan tersebut."Sama siapa?""Teman.""Teman?" tanya Gema sambil menaikkan sebelah alis. "Teman di sini?""Bukan," ucap Alnaira. "Kamu sendiri udah makan belum?""Lagi enggak nafsu.""Gem," panggil Alnaira. "Ayolah, kamu udah janji

    Last Updated : 2024-06-14
  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   7). Menjadi Pacar Pura-pura

    ***Tak menjawab, Sky diam sambil berpikir sebelum akhirnya mengiakan permintaan Alnaira untuk menjaga rahasia.Tak cukup dengan ucapan, selanjutnya—sebelum menceritakan lebih lanjut masalah yang dialami, Alnaira meminta Sky untuk menautkan kelingking dan lagi-lagi pria yang berprofesi sebagai pembalap itu patuh sehingga selanjutnya Alnaira pun bercerita.Meskipun masih dilanda takut terhadap Sky yang mungkin saja menyampaikan semua ceritanya pada orang lain, Alnaira tetap melanjutkan semuanya hingga setelah dirinya selesai menyampaikan apa yang terjadi termasuk tujuannya meminta bertemu Sky, pria di depannya buka suara."Harus banget lo lakuin itu, Na?""Maksudnya?""Ya itu," kata Sky. "Harus banget lo korbanin hubungan lo sama Gema cuman karena Aneska? Okelah, saudara kembar lo suka sama Gema dari lama, tapi kan lo pacarnya, Na. Lo lebih punya kuasa atas Gema dan gue yakin orang tua lo pasti paham kalau lo jujur. Benar enggak?"Alnaira tersenyum. "Kalau seandainya mereka enggak paha

    Last Updated : 2024-06-14
  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   8). Malam Perjodohan

    ***"Kita bangun kebahagiaan kita masing-masing ya, Gem. Kamu sama Aneska, aku sama Sky, karena mungkin inilah takdir kita yang sebenarnya."Duduk dengan kedua kaki panjangnya yang sengaja ditekuk, Gema menghela napas kasar setelah ucapan Alnaira beberapa waktu lalu kembali melintas di benak.Tak di mobil ataupun di rumah, saat ini Gema menyendiri di pinggir danau tempatnya beberapa hari lalu melamar Alnaira.Menikmati semilir angin sore menjelang malam, itulah kegiatan Gema beberapa waktu lalu karena setelah tahu Alnaira dengan mudah menerima pernyataan cinta Sky, hatinya kembali hancur.Tak bisa untuk baik-baik saja ketika gadisnya menerima cinta orang lain, Gema terluka. Namun, karena kadung berjanji untuk menerima perjodohan dengan Aneska, dia tak bisa melakukan apa pun selain pasrah dan meresapi sakitnya seorang diri.Tak bercerita pada siapa pun termasuk kedua teman dekatnya di rumah sakit, Gema memilih untuk menyimpan semuanya karena dia pikir bercerita pun tak ada gunanya."Ak

    Last Updated : 2024-06-17
  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   9). Perjodohan Aneska dan Gema

    ***"Pesan dulu kayanya, Mas Devon, biar nanti pas nunggu makanan jadi. Kita baru ngobrol," ucap Elara yang disetujui semua orang, sehingga selanjutnya memanggil pelayan pun dilakukan.Mendapat buku menu masing-masing, semua orang di meja makan sibuk memilih makanan yang ingin disantap, terkecuali Gema yang justru sibuk mencuri pandang ke arah Alnaira yang kini duduk bersebelahan dengan Aneska."Na," bisik Aneska pada sang adik."Ya?""Itu Gema kenapa lihatin terus ke sini ya?" tanya Aneska—masih dengan suara pelan. "Ada yang aneh enggak sih sama penampilan aku? Mendadak degdegan.""Enggak kok, malam ini kamu cantik," balas Alnaira sambil melirik Gema lewat ekor matanya. "Gema lihat ke sini mungkin karena terkesima sama kecantikan kamu.""Na.""Serius aku," kata Alnaira. "Dan ini bisa jadi sinyal baik buat kalian.""Duh, doain aja deh ya. Degdegan aku," ucap Aneska. "Takut banget Gema nolak karena punya gebetan atau mungkin pacar."Alnaira tersenyum tipis. “Aamiin.”Beberapa menit ber

    Last Updated : 2024-06-17
  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   10). Gema dan Aneska Segera Menikah?

    ***"Gue tunggu di depan ya. Kebetulan posisi gue sama restoran tempat lo makan, enggak jauh. Jadi sepuluh menitan kayanya gue sampe di sana."Setelah mengobrol selama beberapa menit, ucapan tersebut Alnaira dengar sari Sky usai dirinya menyetujui ajakan pria itu untuk pergi berjalan-jalan.Mengadu tentang rasa sakit yang dia rasakan setelah perjodohan Gema dan Aneska resmi diumumkan, Alnaira memang langsung mendapat ajakan dari Sky, dan karena khawatir tak akan sanggup, Alnaira mau sehingga tanpa banyak ba bi bu, Sky siap menjemput."Iya, Sky. Makasih ya," ucap Alnaira. "Dan maaf kalau aku lagi-lagi ngerepotin kamu.""Ngerepotin dari Hongkong?" tanya Sky. "Gue kebetulan lagi enggak ada kegiatan, Na, jadi tenang aja. Udah sekarang sana pergi dari toilet. Kasihan tuh yang mau berak, karena ada lo."Alnaira tersenyum tipis. "Kamu tuh.""Jangan lupa rapihin penampilan biar yang lain enggak tahu lo habis nangis," ucap Sky. "Terus kalau sekiranya orang tua lo enggak izinin lo pergi, hubung

    Last Updated : 2024-06-17

Latest chapter

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   147). Alnaira Menyerah?

    ***"Tapi Gema enggak cinta sama Anes, Na, dia cintanya sama lo dan gue rasa percuma juga kalau pernikahan mereka dilanjutin," kata Sky. "Jujur deh coba ke Om Regan sama Tante El. Siapa tahu mereka bisa cari jalan keluar terbaik atau barangkali kalau tahu semuanya, pernikahan Anes sama Gema bakalan langsung dibatalin.""Apa aku bisa sejahat itu?" tanya Alnaira. "Menikah sama Gema pasti impian Anes banget. Apa aku tega hancurin mimpi dia setelah sebelumnya aku pernah lakuin hal sama? Kamu ingat? Anes pengen jadi dokter lho, Sky, tapi semuanya enggak bisa diwujudin setelah dia punya phobia sama darah dan kamu enggak lupa, kan, siapa yang bikin Anes punya phobia?""Ya tapi kan, Anes juga udah jahat sama lo, Na," kata Sky. "Peduli amat lo sama perasaan dia. Anes aja enggak peduli."Tak menjawab, Alnaira hanya bisa menghela napas kasar sebagai respon. Memandang Sky dengan raut wajah bingung, itulah dia sekarang sehingga untuk beberapa saat suasana diantara dirinya dan Sky hening."Na.""En

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   146). Bercerita pada Sky

    ***"Makanannya enggak enak ya, Na?"Setelah sebelumnya memperhatikan, pertanyaan tersebut Sky lontarkan dengan rasa penasaran yang kini melanda. Tengah makan malam bersama, itulah dia dan Alnaira sekarang karena memang usai banyak drama menghampiri putri tengah Regan tersebut, Sky akhirnya datang juga.Belum tahu apa pun termasuk undangan pernikahan Aneska dan Gema, Sky sendiri datang sekitar dua puluh menit lalu, sehingga belum bercerita apa-apa, Alnaira masih menyimpan semuanya sendirian."Eh, enak kok. Kata siapa enggak enak?" tanya Alnaira yang memang sejak beberapa saat lalu menyantap makanan pemberian Sky.Bukan masakan sang mama, makanan tersebut Sky beli dari restoran favoritnya seperti biasa, dan tak aneh, makanan yang dia bawa adalah; nasi dengan olahan daging sapi dan sayuran."Kirain enggak enak," kata Sky. "Gue perhatiin lo makannya enggak semangat kaya biasa. Jadi gue pikir makanannya enggak enak.""Enak kok, cuman emang pikiran aku lagi agak ke mana-mana. Jadi gitu deh

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   145). Membongkar Rahasia

    *** "Aku cinta sama kamu dan sampai kapan pun perasaanku enggak akan berubah," kata Gema—membuat Alnaira memasang raut wajah kaget. Namun, tentunya tetap bersikap tenang sehingga setelahnya dia pun melanjutkan ucapan. "Kalau kamu pikir keputusan aku buat nikahin Anes dilandasi rasa capek karena hubungan kita yang enggak bisa mulus, kamu salah karena kalau bisa milih, aku lebih baik hadapin jalan terjal asalkan sama kamu dibanding lewatin jalanan mulus tapi sama orang lain." "Jadi intinya apa?" tanya Alnaira. "Coba to the point karena aku bingung sama ucapan kamu." Gema menghela napas pelan. "Intinya aku nikahin Anes demi keselamatan hidup kamu," ucapnya kemudian. Tak mau terus memendam rahasia besar tersebut sendirian, pada akhirnya Gema memutuskan untuk jujur. Meskipun semua tak akan berubah karena Alnaira yang akan tetap memintanya bersama Aneska, setidaknya dia ingin sang pujaan hati tahu jika sampai detik ini, tak ada sedikit pun perubahan di dalam rasa cintanya untuk perempua

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   144). Kedatangan Gema

    ***"Nah, itu pasti Sky."Dengan senyuman merekah, tebakan tersebut keluar dari mulut Alnaira setelah bunyi bel dari pintu apartemen kembali terdengar. Tak banyak menunda, dengan segera dia bergegas menuju pintu.Sudah menunggu Sky cukup lama, Alnaira antusias menunggu kedatangan sahabatnya itu sehingga ketika pintu terbuka, tanpa ba bi bu sapaan pun dilontarkan."Sky, akhirnya kamu datang jug ... Gema?"Senyuman seketika luntur, itulah yang terjadi pada Alnaira setelah di depannya kini yang dia dapati bukan Sky, melainkan Gema. Sebulan tak bertemu, jujur saja Alnaira kaget ketika calon suami dari kakaknya itu datang tanpa permisi sehingga setelaahnya yang dia lakukan adalah; diam—memandang sang calon kakak ipar lekat.Beberapa detik berlalu, suasana masih saja hening hingga akhirnya Gema buka suara lebih dulu."Hai, Na. Apa kabar?""Gem," panggil Alnaira. "Kabar aku baik. Kamu sendiri gimana?"Canggung.Demi apa pun itulah yang Alnaira rasakan karena cukup lama tak bertemu, bahkan be

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   143). Alnaira Ikut Bahagia

    ***Meskipun kesal, dongkol, bahkan benci pada calon istrinya itu, Gema tetap mengejar Aneska menuju lift. Berbeda dengan dia dan sang calon istri yang masih terus berdebat, Alnaira sendiri sudah kembali tenang.Tak lagi memegang undangan, dia kini tengah menikmati angin di balkon hingga di tengah kegiatannya itu, sebuah panggilan masuk.Mengambil ponselnya itu, senyuman terukir di bibir Alnaira setelah nama Regan terpampang, sehingga dengan segera dia pun menjawab panggilan."Halo, Pa.""Halo, cantiknya Papa. Apa kabar kamu hari ini, Nak? Baik?""Alhamdulillah baik, Pa," ucap Alnaira. "Papa sama Mama gimana? Baik?""Baik, Cantik. Alhamdulillah," kata Regan. "Oh ya, Anes sama Gema udah ke sana? Mereka katanya mau anterin undangan ke kamu sama yang lainnya di Bandung.""Udah, Pa," kata Alnaira. "Anes aja sih, Gema enggak ada. Dia mungkin nunggu di mobil atau anterin undangan ke tempat lain, aku sendiri enggak tahu.""Oh gitu," kata Regan. "Lama enggak Anesnya di sana? Sebulan enggak ke

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   142). Gema Rindu Alnaira

    ***"Bukan siapa-siapa. Orang iseng kayanya, udah pergi juga tuh barusan yang pencet bel."Memberikan jawaban bohong, itulah Aneska setelah pertanyaan tentang siapa yang datang ke apartemen Alnaira, dilontarkan sang pemilik.Bukan tanpa alasan, jawaban bohong tersebut sengaja dia katakan karena bukan orang asing, faktanya yang sejak tadi menekan bel adalah Gema dan sebagai calon istri yang akan segera dinikahi oleh pria itu, Aneska tak mau Gema bertemu dengan Alnaira."Oh, kirain Sky," kata Alnaira. "Dia janji buat ke sini soalnya.""Bukan," kata Aneska sambil tersenyum. Mendekat pada Alnaira, dia kemudian berkata, "Oh ya, Na, karena aku masih ada urusan di Bandung, aku pamit dulu ya. Kamu nanti jangan lupa pulang karena aku sama Gema nunggu kehadiran kamu.""Buru-buru banget.""Iya, karena masih ada undangan yang harus aku bagiin," kata Aneska. "Teman aku kan ada juga yang di Bandung.""Oh gitu ya," kata Alnaira. "Ya udah kalau gitu hati-hati di jalan ya. Habis dari Bandung, kalau bi

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   141). Undangan Pernikahan

    ***"Iyalah, apa coba yang enggak gue tahu tentang lo?" tanya Sky. "Semua rasa sakit lo aja gue tahu. Iya enggak?""Mulai deh," kata Alnaira sambil tersenyum."Kenapa?" tanya Sky."Enggak sih," kata Alnaira. "Bingung juga harus ngomong apa.""Yeee, enggak jelas," kata Sky yang direspon senyuman oleh Alnaira, sehingga tak ada lagi obrolan, setelahnya suasana hening.Berlangsung selama beberapa detik, Sky kembali memulai percakapan dan kalimat yang dia lontarkan adalah; sebuah harapan."Semoga enggak cuman kaki, hati lo bisa sembuh juga di sini ya, Na," kata Sky. "Enggak ada lagi kesedihan dan air mata, gue harap ke depannya cuman senyuman yang lo tampilin dan kalau boleh, gue berharap lo bisa nemuin pengganti Gema di sini yang jauh lebih baik daripada dia. Lo gadis yang baik dan lo sangat pantas buat dapatin laki-laki baik."Tersenyum sambil memandang Sky yang kini berdiri sambil bersandar pada pagar, kedua mata Alnaira berkaca-kaca. Bukan karena sedih, semua terjadi karena dirinya bah

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   140). Apartemen Baru

    ***"Udah, kan? Kita udah tahu di mana apartemen Nana selama tinggal di Bandung. Jadi daripada diem terus di sini mendingan kita pergi, karena selama di Bandung aku pengen mampir dulu ke suatu tempat."Memandangi Alnaira dan yang lainnya di lobi gedung apartemen, ucapan tersebut Aneska lontarkan pada Gema. Berada di parkiran depan apartemen, sejak beberapa waktu lalu dia dan sang calon suami mengawasi Alnaira beserta keluarganya karena kata Gema, pria itu tak mau pergi sebelum Alnaira memasuki apartemen.Beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya sampai di Bandung. Tak ketahuan, keberadaan Aneska dan Gema sampai saat ini aman karena meskipun selalu berada di dekat mobil yang dikendarai Sky, tak ada satu pun yang curiga perihal Aneska dan Gema yang ikut pergi ke Bandung.Tak sia-sia meminjam mobil sang sahabat, Gema lega karena meskipun tak bisa bertemu langsung, setidaknya dia bisa mengawal Alnaira dengan selamat sampai tempat tujuan, dan karena cintanya pada perempuan itu masih sangat

  • Kekasihku, Jodoh Saudara Kembarku?   139). Sky yang Selalu Menghibur

    ***"Selama gue belum punya istri, lo boleh bergantung sama gue kapan pun lo mau, Na," ucap Sky. "Gue bakalan selalu ada buat lo, karena gue cinta sama lo, cuman tolong jangan terbebani sama perasaan gue karena meskipun cinta, gue enggak berambisi buat dapatin lo. Ambisi gue tuh bahagiain lo dan kalau nanti lo bahagia sama cowok lain, gue tentunya ikhlas. Lega malah karena lo bahagia, gue bahagia.""Kamu baik banget Sky," ucap Alnaira. "Aku sampe bingung mau bilang apa saking baiknya kamu.""Bilang gue ganteng aja udah cukup kok," kata Sky sambil tersenyum. "Udah ah, jangan sedih-sedih. Daripada mikirin Anes, mendingan lo nikmatin perjalanan sambil senderan di bahu gue. Setelahnya mau tidur? Silakan, gue enggak akan keberatan.""Pegal nanti.""Enggak akan," ucap Sky. "Ayo buruan senderan.""Enggak apa-apa?""Enggak apa-apa, Nana. Ayo buruan mumpung gue lagi baik."Tak banyak bicara, selanjutnya Alnaira memilih untuk melakukan apa yang Sky anjurkan. Bersandar di bahu kiri sang sahabat,

DMCA.com Protection Status