Share

Kekasih Sang CEO
Kekasih Sang CEO
Penulis: R.Shaleem

Sebuah Kenyataan

"Apa yang kamu lakukan?" Hadasa merasa darahnya mendidih saat melihat pemandangan di depannya. Riz, kekasihnya yang selama ini dia bangga-banggakan, sedang mengelus kepala Azalea dengan lembut—gerakan yang sama yang dilakukannya pada Hadasa yang selalu membuat ia merasa istimewa. Hatinya retak. Dadanya mendadak sesak. Riz menoleh ke arahnya dengan ekspresi kaget dan sedikit bingung.

Tanpa berpikir panjang, Hadasa melangkah maju dan menampar Riz dengan keras. Suara tamparan itu menggema di taman panti asuhan Bunga Lotus, mewakili rasa sakit dan cemburu yang di rasakannya

“Brengs*k!” teriaknya dengan suara bergetar oleh emosi. “Ternyata kamu sama saja seperti laki-laki lain. Selama ini aku tertipu oleh sikap baikmu," Hadasa termundur, "Kamu benar-benar jahat padaku, Riz ..."

Riz terperangah, memegang pipinya yang memerah. Azalea pun terkejut, langkahnya mundur beberapa langkah menjauh dari mereka. “Hadasa, tenang dulu! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan.” ujar Riz pula.

“Untuk apa aku mendengarkanmu lagi?” jawab Hadasa tajam, menahan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. “Kamu sudah mempermainkan perasaanku selama ini!”

Tak tahan dengan rasa sesak yang menyerang dadanya, Hadasa berbalik, melangkah cepat meninggalkan taman panti asuhan Bunga Lotus itu. Namun, Riz dengan cepat mengejarnya dan menahan pergelangan tangannya. “Hadasa, tunggu!” Riz menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. “Dengarkan aku dulu.”

“Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi darimu!” Hadasa melepaskan tangannya dengan kasar. “Kamu selalu membuatku merasa istimewa, memperlakukanku dengan begitu baik. Tapi sekarang, kamu menunjukkan wajah aslimu.”

Riz menggelengkan kepala, frustasi. “Aku tidak bermaksud menyakitimu,” katanya dengan nada rendah. “Aku... Aku... Hanya....”

“Hanya apa?” Hadasa menatapnya dengan wajah penuh air mata. Ucapan itu seperti menamparnya hingga ke tulang. Rasanya sangat menyakitkan hingga ia merasa tangannya menjadi dingin.

“Kenapa kamu memperlakukan aku seperti itu? Kenapa kamu membuatku merasa istimewa?” desis Hadasa getir.

Riz mencoba menjelaskan, suaranya rendah dan penuh penyesalan. “Karena kamu kekasihku!"

"Lalu, dia siapa?"

"Aku Azalea, aku adalah tunangannya Riz. Aku akan menikah dengan Riz.” Perempuan itu, entah bagaimana. Tiba-tiba muncul, sepertinya dia mengikuti Hadasa dan Riz.

“Apa? Kenapa kamu tidak pernah memberitahuku, Riz? Kenapa kamu membuatku berharap lebih bahkan sampai bermimpi bisa menikah denganmu?” tanya Hadasa, suaranya hampir tidak terdengar. "Apa kamu tahu, aku sangat mencintaimu Riz! Kamu satu-satunya alasan kebahagiaanku... Aku tidak menyangka akan sesakit ini ...." Hadasa bahkan mulai sulit bernapas karena sesak yang menekan dadanya.

Riz terdiam di tempatnya. "Hadasa... Aku tidak bermaksud..." Ulangnya linglung.

Hadasa ganti terdiam. Ia menggigit bibirnya sendiri, air mata mengalir tanpa henti. "Sebuta itukah kamu dengan perasaanku? kamu membuat hidupku berwarna selama ini. Semua perlakuanmu membuat aku merasa dilindungi dan dihargai...."

Riz terhenyak, untuk sesaat ia seperti kehilangan kata kata. Setelah menemukan penguasaan dirinya, laki -laki itu akhirnya berbicara.

“Aku tidak ingin menyakitimu. Aku minta maaf,” kata Riz, mencoba memeluk Hadasa untuk menenangkannya.

"Tidak ingin menyakitiku? Lalu, apa semua ini? Bukankah ini berarti kamu menyakitiku?!" Hadasa tak bisa menahan emosinya lagi. Suaranya menggelegar. "Kau! Kau perempuan jahat! Kau merebut Riz dariku!"

Hadasa kemudian melangkah mendekati Azalea, langkahnya sangat menggebu-gebu dan ekspresinya tampak sangat menyeramkan. Tangannya sudah hampir mencapai rambut Azalea ketika Riz mencegahnya. Airmuka gadis itu tampak dipenuhi oleh kesedihan.

"Kenapa, Riz?" Hadasa bertanya kepada Riz, kedua matanya tampak nanar. Air mata memupuk di pelupuk matanya.

Ia mencengkram tangan Hadasa, "Jangan pernah berpikir untuk melukainya,"

Hadasa tersenyum pahit. Bahkan, sekarang nada bicara Riz terdengar sangat menyebalkan untuknya. "Kau begitu mencintainya, huh? Bahkan caramu bicara saat ini benar-benar sangat menyebalkan, terdengar menyakitkan bagiku."

"Kamu menyentuh sehelai rambutnya, dan aku akan membencimu." Hadasa membulatkan kedua matanya. Tak menyangka kalau akan mendengar hal tersebut dari mulut pria yang selama ini dia cintai.

"Kamu akan membenciku?" Hadasa mengulang ucapan Riz, lalu ia menghempaskan tangan Riz yang masih mencengkram erat tangannya.

"Baiklah kalau begitu, selamat atas kebahagiaanmu dengan perempuan itu! Lihat saja nanti!" Hadasa kemudian berjalan bersungut-sungut dan sempat menabrak pundak Azalea, menatapnya dengan tajam. 

Hadasa berjalan dengan cepat, dia masuk ke dalam mobilnya dan pergi dari sana dengan rasa sakit dan tekad yang dalam. Dia akan mencari laki-laki yang lebih dari Riz. Rasa sakit hatinya yang mendalam ini harus segera ditebus.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status