Home / Romansa / Kekasih Sang CEO / Pertemuan Tak Terduga

Share

Pertemuan Tak Terduga

Author: R.Shaleem
last update Last Updated: 2024-08-03 17:41:12

Hari itu, Hadasa merasa berat untuk bangkit dari tempat tidurnya. Pagi ini terasa sangat sulit setelah malam yang penuh kekacauan. Dalam keadaan masih pusing dan penuh rasa malu, Hadasa menyelesaikan rutinitas paginya di apartemen dengan cepat, berusaha mengabaikan rasa sakit yang menyelimutinya, dan gegas menuju kantor.

Hadasa bekerja sebagai analis riset pasar di DawnTech Industries, sebuah perusahaan teknologi yang dikenal dengan inovasi perangkat lunak dan solusi TI terdepan. Pekerjaannya melibatkan analisis data pasar, tren industri, dan memberikan wawasan strategis untuk membantu perusahaan dalam pengembangan produk dan strategi pemasaran. Sebagai salah satu anggota kunci tim analisis, Hadasa sering terlibat dalam pertemuan-pertemuan penting dan berhubungan langsung dengan berbagai departemen untuk mendukung pengambilan keputusan yang berbasis data.

Saat Hadasa tiba di kantor, suasana tampak berbeda. Para rekan kerja berkumpul di area pantry, berbicara dengan penuh antusiasme. Hadasa melihat beberapa rekan kerjanya—Nina, dari tim desain, dan Lisa, dari tim HR—tengah berbicara dengan semangat.

“Kamu harus lihat CEO baru kita!” Nina berkata dengan penuh semangat. “Arjun Vikram—dia benar-benar sangat tampan. Aku belum pernah melihat pria sepertinya sebelumnya.”

Lisa mengangguk setuju, matanya berbinar. “Aku tahu! Dia punya aura yang sangat menawan dan karisma yang membuat semua orang terpesona. Semua wanita di sini sepertinya tidak bisa berhenti membicarakannya.”

Hadasa merasa penasaran dan sedikit cemas. Dia memutuskan untuk segera masuk ke ruangannya dan menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk.

Namun, suasana kantornya yang gaduh semakin menarik perhatian Hadasa. Rasa penasaran membuatnya meninggalkan ruangannya untuk mencari tahu lebih lanjut. Ketika dia mendekati kelompok rekan kerjanya, Lisa yang sedang berdiskusi dengan Nina, menoleh ke arahnya.

“Hadasa, kamu sudah dengar tentang Arjun Vikram?” Lisa bertanya dengan nada bersemangat. “Dia benar-benar mengesankan. Semua orang di sini merasa dia bisa membawa perubahan besar untuk perusahaan.”

Hadasa terkejut mendengar nama itu. Arjun Vikram—namanya familiar, tapi dia tidak bisa mengingat dari mana. Tak lama kemudian, pintu ruang rapat terbuka, dan Hadasa melihat seorang pria yang tidak asing melangkah keluar dari dalam. Arjun Vikram—pria tampan yang telah menghabiskan malam bersamanya di Midnight Haven.

Hadasa tertegun di tempatnya. Arjun Vikram adalah CEO baru DawnTech Industries? Tak bisa dipungkiri, pria itu memiliki penampilan yang sangat mencolok. Penampilan formal dan sikap dinginnya menjadi pusat perhatian. Bahkan dari jauh, Hadasa bisa merasakan aura ketegasan dan kewibawaan yang mengelilinginya.

Di antara kerumunan karyawan yang terlihat terpesona, Hadasa merasakan hati dan pikirannya bergejolak. Bagaimana mungkin dia bisa bekerja di bawah orang yang telah menjadi bagian dari malam terburuknya? Dia berusaha menyembunyikan rasa malunya, tetapi merasa gugup setiap kali Arjun melintasi pandangannya.

Ketika Arjun memasuki ruangannya di lantai eksekutif, Hadasa mendapatkan tugas untuk mengantarkan beberapa dokumen penting. Dia mengumpulkan keberaniannya dan melangkah menuju ruang kantor CEO. Setiap langkahnya menuju pintu kantor Arjun terasa berat, dan dia berdoa agar tidak perlu berhadapan langsung dengan pria itu.

Hadasa mengetuk pintu dan masuk, dia melihat Arjun duduk di belakang meja besar. Pria itu terlihat serius, matanya yang tajam meneliti tumpukan dokumen di hadapannya. Ketika Arjun mendongak dan melihat Hadasa, ekspresi wajahnya tetap datar dan dingin, tanpa menunjukkan tanda-tanda kenangan malam sebelumnya. Ia sepertinya tidak ingat dengan wajah Hadasa. Dan itu entah mengapa membuat Hadasa sedikit lega.

“Hadasa, kan?” suara Arjun keluar dengan nada profesional dan tidak menunjukkan emosi. “Ada apa?”

Hadasa merasa terjebak di tengah situasi yang canggung. Dia mencoba menjaga sikap profesionalnya meskipun hatinya berdebar kencang. “Dokumen-dokumen ini, Sir,” katanya sambil menyerahkan berkas-berkas tersebut. “Saya ingin memastikan bahwa semuanya sudah lengkap.”

Arjun menerima dokumen tersebut dan memeriksanya sebentar sebelum mengangguk. “Terima kasih. Ada hal lain yang perlu Anda lakukan hari ini?” tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas itu.

Hadasa merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam dadanya, ia memperhatikan Arjun yang tenang dan tidak tampak mengenalinya, laki- laki terlihat sangat terhormat dan memiliki wibawa.. “Tidak, itu saja, Sir. Saya akan melanjutkan tugas saya yang lain.”

Dia berbalik dan berusaha untuk meninggalkan ruangan dengan tenang, tetapi Arjun memanggilnya sebelum dia sempat keluar. “Hadasa.”

Hadasa menoleh dengan gugup. Apakah lelaki itu akhirnya mengenali dirinya?

“Ya, Sir?”

Arjun memperhatikannya sebentar sebelum berbicara lagi, “Jika ada hal yang perlu dibahas terkait pekerjaan atau jika Anda membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk menghubungi saya. Saya ingin memastikan semuanya berjalan lancar.”

Ada nada yang datar dalam suaranya, tetapi Hadasa tetap merasa cemas. “Tentu, Sir. Terima kasih.”

Hadasa meninggalkan ruangan dengan rasa campur aduk. Kesadaran bahwa Arjun Vikram adalah CEO baru membuatnya merasa tidak nyaman, terutama setelah pengalaman malam yang tidak ingin dia ulangi. Namun, dia tahu dia harus profesional dan mengesampingkan masalah pribadinya.

Hari-harinya berlalu dengan Arjun tetap menjadi topik utama pembicaraan di kantor. Hadasa berusaha keras untuk mengabaikan perhatian yang mengelilingi Arjun, namun setiap kali mereka bertemu, tatapan tajam dan sikap dingin Arjun mengingatkannya pada malam tersebut. Hadasa bertekad untuk tidak membiarkan masa lalunya mempengaruhi pekerjaannya, meskipun ketegangan di antara mereka semakin terasa setiap kali mereka berinteraksi. Hadasa tahu bahwa Arjun mengenali dirinya, laki-laki itu selalu menatapnya lebih tajam daripada ia menatap yang lain.

Ketika Hadasa melihat rekan-rekannya terpesona oleh Arjun dan terus membicarakannya dengan penuh kekaguman, dia merasa seperti terjebak dalam labirin yang tidak bisa dia hindari. Arjun Vikram adalah pria yang menakjubkan dan penuh karisma, tetapi bagi Hadasa, ia terus dihantui rasa malu setiap kali melihat pria itu. Dan seolah takdir sangat senang mempermainkan dirinya, kini ia berkerja dibawah pria itu!

***

Hari itu adalah hari pertama Hadasa dari divisi analis melakukan presentasi di depan sang CEO baru dan dewan direksi yang lain. Ia menjadi lebih gugup dibandingkan presentasi -presentasi yang dilakukannya di masa lalu.

Ia sedang menjelaskan dengan segala usaha ketenangannya ketika suara berat sang CEO menyela.

Hadasa segera merasakan ada yang salah saat Arjun berhenti sejenak dan membalik halaman laporan.

"Maaf, Hadasa,” Arjun berkata dengan nada pelan tetapi cukup membuat Hadasa seperti diguncang kiamat.

“Ada kesalahan yang cukup signifikan di sini. Data pada grafik ini tidak sesuai dengan angka yang saya terima dari tim keuangan. Apakah Anda yakin laporan ini sudah diperiksa dengan teliti?”

Hadasa merasa jantungnya berdegup kencang. “Tapi... saya sudah memeriksa semuanya dengan hati-hati,” jawabnya, mencoba mempertahankan ketenangannya. “Mungkin ada kesalahan cetak.”

Arjun mengerutkan dahi. “Ini bukan sekadar kesalahan cetak. Kesalahan ini bisa memengaruhi keputusan strategis yang diambil perusahaan. Saya ingin Anda memeriksa kembali seluruh laporan dan memastikan semua data akurat. Ini adalah tanggung jawab besar, dan kesalahan seperti ini tidak bisa diterima dalam lingkungan profesional kita.”

Hadasa merasa sangat malu dan tertekan, terutama di hadapan dewan direksi yang mengamati dengan cermat. “Saya akan segera memperbaikinya, Sir,” katanya dengan suara gemetar. “Saya minta maaf atas kesalahan ini.”

Arjun Vikram menaruh laporan di atas meja dengan bunyi yang cukup menganggu. Meski suaranya bernada biasa tetapi Hadasa langsung merasa beku oleh tatapannya, "Saya menaruh harapan besar pada Anda, mereka mengatakan bahwa Anda adalah analis paling diperhitungkan, namun nyatanya Anda telah membuat kesalahan dalam kesan pertama saya." Ucapnya, senyumnya yang miring menambah ketampanannya, tapi telah membekukan Hadasa hingga ke tulang!

Laki-laki itu benar -benar menakutkan sekarang di matanya.

***

Related chapters

  • Kekasih Sang CEO   Hukuman dari Sang CEO

    Hadasa mengetuk pintu ruangan CEO dengan tangan gemetar. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan buruk tentang apa yang akan terjadi. Setelah kejadian di ruang rapat tadi, dia tahu bahwa tidak ada jalan untuk menghindari situasi ini lebih lama lagi. Pintu terbuka, dan dia melangkah masuk dengan hati-hati, berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang meskipun dadanya terasa sesak. Arjun berdiri di dekat jendela, memandang keluar dengan tangan terlipat di belakang punggung. Sosoknya tampak begitu berbeda dari pria yang Hadasa temui di malam itu—lebih dingin, lebih mengancam. Suasana ruangan itu begitu sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki Hadasa yang terasa berat. "Masuk," ucap Arjun dengan nada datar, tanpa berbalik. "Tutup pintunya." Hadasa menuruti perintahnya, menutup pintu dengan pelan, dan berdiri canggung di dekat meja. Perasaannya bercampur aduk antara takut dan penasaran, terutama karena dia tidak tahu apa yang ada di benak Arjun saat ini. "Ada yang ingin saya bicara

    Last Updated : 2024-08-03
  • Kekasih Sang CEO   Lembur

    Hadasa menatap layar komputernya dengan perasaan campur aduk. Arjun baru saja memberinya setumpuk data untuk dianalisis, dan itu bukanlah pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Sebagai analis riset pasar, tugas itu memang bagian dari pekerjaannya, tetapi volume kali ini terasa sangat berlebihan. Dia menghela napas dalam-dalam, memikirkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semuanya.Lisa, teman satu timnya, melongok ke ruang kerja Hadasa, melihat tumpukan dokumen di mejanya. "Das, kamu masih harus menyelesaikan semua ini?" tanyanya dengan nada prihatin.Hadasa tersenyum lemah, mencoba menyembunyikan rasa lelahnya. "Iya, kelihatannya aku akan lembur malam ini. Kamu sendiri sudah selesai?"Lisa mengangguk. "Iya, aku sudah selesai. Aku mau pulang sekarang. Cuaca di luar juga kelihatannya semakin buruk. Jangan lupa istirahat, ya. Jangan terlalu memaksakan diri."Hadasa mengangguk, tetapi di dalam hati dia tahu bahwa istirahat bukanlah pilihan malam ini. "K

    Last Updated : 2024-08-03
  • Kekasih Sang CEO   Secuil Masa Lalu

    Pagi itu, kantor masih sepi ketika Hadasa tiba lebih awal dari biasanya. Setelah kejadian mati lampu malam itu, dia merasa perlu menjaga jarak dari Arjun. Namun, semakin dia mencoba menghindari pria itu, semakin sering dia merasa Arjun selalu ada di sekitarnya—di lorong, di ruang kopi, bahkan di lift. Seolah-olah takdir mempermainkan mereka.Sambil mengerjakan tugas di meja, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Arjun:> *Datang ke ruanganku. Ada yang ingin kubicarakan.*Jantung Hadasa berdegup kencang. Dia menatap pesan itu beberapa saat, merasakan campuran antara rasa takut dan penasaran. Dengan langkah ragu, dia akhirnya menuju ke ruang kerja Arjun. Pintu terbuka saat dia mengetuk, dan suara tegas Arjun menyambutnya."Masuk, Hadasa," ujar Arjun dari balik mejanya, matanya masih terpaku pada dokumen yang sedang dibacanya. Suaranya tenang, tapi ada nada otoritas yang tak bisa diabaikan.Hadasa melangkah masuk, berdiri dengan gelisah di depan mejanya. "Ada yang bisa saya bantu,

    Last Updated : 2024-08-11
  • Kekasih Sang CEO   Paksaan

    --- Di ruang tamu yang luas dengan nuansa klasik, Hadasa duduk di sofa berhadapan dengan ibunya, Bu Erlangga. Wajah ibunya tampak tegang, dengan sorot mata yang penuh desakan. Sementara itu, Pak Erlangga duduk di kursi sebelah, diam tak bergeming, seperti biasanya. "Hadasa, kamu harus mempertimbangkan untuk menikah dengan Riz," kata ibunya dengan nada terburu-buru. "Kita butuh dukungan dari keluarganya untuk menyelamatkan bisnis kita. Ini demi kebaikan keluarga." Hadasa menatap ibunya dengan tajam, hatinya penuh dengan ketidakpercayaan. "Ibu, Riz sudah mengkhianati aku. Dia tidak bisa dipercaya," jawabnya dengan suara yang tegas, berusaha mengendalikan emosinya. "Pengkhianatan itu bukan masalah besar jika dibandingkan dengan apa yang bisa dia lakukan untuk keluarga kita," balas ibunya tanpa ragu. "Aku tidak peduli apa yang dia lakukan, yang penting adalah kita bisa menyelamatkan bisnis keluarga ini." Hadasa merasakan amarah yang perlahan naik ke dadanya. "Ibu, bagaimana Ibu

    Last Updated : 2024-08-12
  • Kekasih Sang CEO   Bujukan

    --- Di sebuah kamar hotel mewah yang terletak di puncak gedung pencakar langit, Riz dan Azalea terbaring di ranjang besar dengan lampu temaram yang menyinari suasana intim mereka. Suara bisikan lembut dan tawa ringan mengisi ruang, menandakan kemesraan yang sedang berlangsung. Azalea, dengan mata yang bersinar penuh hasrat, memandang Riz dengan penuh perhatian. “Kau benar-benar membuat malam ini istimewa,” bisiknya sambil mengelus rambut Riz. “Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.” Riz tersenyum tipis, tetapi pikirannya terasa terjaga dari suasana romantis yang ada. “Aku senang kau menikmatinya,” jawabnya dengan nada datar, meskipun senyumnya tampak dipaksakan. Namun, meski mulutnya mengatakan satu hal, pikirannya terus melayang pada Hadasa. Azalea adalah wanita yang manja dan selalu membuat hatinya terasa memiliki warna dan dibutuhkan. wanita itu, yang ia temui kembali setelah dua tahun berpacaran dengan Hadasa, memiliki cara yang lembut dan memanjakan yang tidak per

    Last Updated : 2024-08-13
  • Kekasih Sang CEO   A Woman Named Ana

    Di sebuah restoran hotel mewah yang terletak di puncak gedung pencakar langit, Arjun Vikram dan Hadasa dari DawnTech Industries, duduk bersama beberapa eksekutif terkemuka. Di sekeliling meja terdapat Rakesh Sharma dari Surya Group, Amit Rao dari Triad Tech, dan Priya Verma dari Zenith Capital. Mereka adalah para eksekutif yang disamping bekerjasama juga merupakan sahabat. Hadasa, analis Vikram Holdings, juga turut hadir, duduk di ujung meja dengan sikap tenang namun penuh perhatian. Mereka sedang mendiskusikan proyek besar yang melibatkan kolaborasi lintas perusahaan. "Jadi, Arjun,"Rakesh Sharma membuka pembicaraan dengan nada ingin tahu, "kami mendengar Vikram Holdings telah membuat terobosan baru dalam teknologi pengolahan data. Bagaimana dengan proyek kolaborasi kita? Aku ingin tahu lebih dalam tentang analisis yang Hadasa dan timnya kerjakan."* Arjun menatap Hadasa sejenak sebelum menjawab, "Tentu, Rakesh. Tim kami, dengan bantuan Hadasa, telah mengembangkan algoritma yan

    Last Updated : 2024-08-15
  • Kekasih Sang CEO   Sebuah Kenyataan

    "Apa yang kamu lakukan?" Hadasa merasa darahnya mendidih saat melihat pemandangan di depannya. Riz, kekasihnya yang selama ini dia bangga-banggakan, sedang mengelus kepala Azalea dengan lembut—gerakan yang sama yang dilakukannya pada Hadasa yang selalu membuat ia merasa istimewa. Hatinya retak. Dadanya mendadak sesak. Riz menoleh ke arahnya dengan ekspresi kaget dan sedikit bingung. Tanpa berpikir panjang, Hadasa melangkah maju dan menampar Riz dengan keras. Suara tamparan itu menggema di taman panti asuhan Bunga Lotus, mewakili rasa sakit dan cemburu yang di rasakannya “Brengs*k!” teriaknya dengan suara bergetar oleh emosi. “Ternyata kamu sama saja seperti laki-laki lain. Selama ini aku tertipu oleh sikap baikmu," Hadasa termundur, "Kamu benar-benar jahat padaku, Riz ..." Riz terperangah, memegang pipinya yang memerah. Azalea pun terkejut, langkahnya mundur beberapa langkah menjauh dari mereka. “Hadasa, tenang dulu! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan.” ujar Riz pula. “Untuk

    Last Updated : 2024-08-03
  • Kekasih Sang CEO   Melampaui Batasan

    Hadasa duduk sendirian di meja pojok bar Midnight Haven, tempat yang dikenal dengan suasana temaram dan musik jazz lembut yang mengalun di latar belakang. Minuman keras di depannya, segelas martini hijau dengan zaitun di dalamnya, menggoda dengan warna cerahnya. Tapi, Hadasa tidak benar-benar melihatnya; matanya menatap kosong ke arah meja.Dia telah meneguk martini ketiganya, dan pengaruh alkohol mulai terasa lebih kuat. Pandangannya menjadi kabur, dan suasana bar seakan bergetar di sekelilingnya. Hadasa tahu bahwa ini bukanlah ide yang baik, namun emosi dan alkohol membuatnya sulit berpikir jernih. Dia bergegas bangkit dengan terburu-buru dan terhuyung, namun langkahnya tidak stabil. Tanpa disengaja, dia menabrak seseorang yang melintas di sampingnya, dan martini yang dipegang pria itu tumpah, menetes di lantai dan menodai pakaian gelapnya.Pria itu menoleh dengan tatapan dingin dan penuh kejutan. Wajahnya tampan dan tegas, dengan mata hitam yang tajam dan penuh intensitas. Dia meng

    Last Updated : 2024-08-03

Latest chapter

  • Kekasih Sang CEO   A Woman Named Ana

    Di sebuah restoran hotel mewah yang terletak di puncak gedung pencakar langit, Arjun Vikram dan Hadasa dari DawnTech Industries, duduk bersama beberapa eksekutif terkemuka. Di sekeliling meja terdapat Rakesh Sharma dari Surya Group, Amit Rao dari Triad Tech, dan Priya Verma dari Zenith Capital. Mereka adalah para eksekutif yang disamping bekerjasama juga merupakan sahabat. Hadasa, analis Vikram Holdings, juga turut hadir, duduk di ujung meja dengan sikap tenang namun penuh perhatian. Mereka sedang mendiskusikan proyek besar yang melibatkan kolaborasi lintas perusahaan. "Jadi, Arjun,"Rakesh Sharma membuka pembicaraan dengan nada ingin tahu, "kami mendengar Vikram Holdings telah membuat terobosan baru dalam teknologi pengolahan data. Bagaimana dengan proyek kolaborasi kita? Aku ingin tahu lebih dalam tentang analisis yang Hadasa dan timnya kerjakan."* Arjun menatap Hadasa sejenak sebelum menjawab, "Tentu, Rakesh. Tim kami, dengan bantuan Hadasa, telah mengembangkan algoritma yan

  • Kekasih Sang CEO   Bujukan

    --- Di sebuah kamar hotel mewah yang terletak di puncak gedung pencakar langit, Riz dan Azalea terbaring di ranjang besar dengan lampu temaram yang menyinari suasana intim mereka. Suara bisikan lembut dan tawa ringan mengisi ruang, menandakan kemesraan yang sedang berlangsung. Azalea, dengan mata yang bersinar penuh hasrat, memandang Riz dengan penuh perhatian. “Kau benar-benar membuat malam ini istimewa,” bisiknya sambil mengelus rambut Riz. “Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya.” Riz tersenyum tipis, tetapi pikirannya terasa terjaga dari suasana romantis yang ada. “Aku senang kau menikmatinya,” jawabnya dengan nada datar, meskipun senyumnya tampak dipaksakan. Namun, meski mulutnya mengatakan satu hal, pikirannya terus melayang pada Hadasa. Azalea adalah wanita yang manja dan selalu membuat hatinya terasa memiliki warna dan dibutuhkan. wanita itu, yang ia temui kembali setelah dua tahun berpacaran dengan Hadasa, memiliki cara yang lembut dan memanjakan yang tidak per

  • Kekasih Sang CEO   Paksaan

    --- Di ruang tamu yang luas dengan nuansa klasik, Hadasa duduk di sofa berhadapan dengan ibunya, Bu Erlangga. Wajah ibunya tampak tegang, dengan sorot mata yang penuh desakan. Sementara itu, Pak Erlangga duduk di kursi sebelah, diam tak bergeming, seperti biasanya. "Hadasa, kamu harus mempertimbangkan untuk menikah dengan Riz," kata ibunya dengan nada terburu-buru. "Kita butuh dukungan dari keluarganya untuk menyelamatkan bisnis kita. Ini demi kebaikan keluarga." Hadasa menatap ibunya dengan tajam, hatinya penuh dengan ketidakpercayaan. "Ibu, Riz sudah mengkhianati aku. Dia tidak bisa dipercaya," jawabnya dengan suara yang tegas, berusaha mengendalikan emosinya. "Pengkhianatan itu bukan masalah besar jika dibandingkan dengan apa yang bisa dia lakukan untuk keluarga kita," balas ibunya tanpa ragu. "Aku tidak peduli apa yang dia lakukan, yang penting adalah kita bisa menyelamatkan bisnis keluarga ini." Hadasa merasakan amarah yang perlahan naik ke dadanya. "Ibu, bagaimana Ibu

  • Kekasih Sang CEO   Secuil Masa Lalu

    Pagi itu, kantor masih sepi ketika Hadasa tiba lebih awal dari biasanya. Setelah kejadian mati lampu malam itu, dia merasa perlu menjaga jarak dari Arjun. Namun, semakin dia mencoba menghindari pria itu, semakin sering dia merasa Arjun selalu ada di sekitarnya—di lorong, di ruang kopi, bahkan di lift. Seolah-olah takdir mempermainkan mereka.Sambil mengerjakan tugas di meja, ponselnya bergetar. Sebuah pesan masuk dari Arjun:> *Datang ke ruanganku. Ada yang ingin kubicarakan.*Jantung Hadasa berdegup kencang. Dia menatap pesan itu beberapa saat, merasakan campuran antara rasa takut dan penasaran. Dengan langkah ragu, dia akhirnya menuju ke ruang kerja Arjun. Pintu terbuka saat dia mengetuk, dan suara tegas Arjun menyambutnya."Masuk, Hadasa," ujar Arjun dari balik mejanya, matanya masih terpaku pada dokumen yang sedang dibacanya. Suaranya tenang, tapi ada nada otoritas yang tak bisa diabaikan.Hadasa melangkah masuk, berdiri dengan gelisah di depan mejanya. "Ada yang bisa saya bantu,

  • Kekasih Sang CEO   Lembur

    Hadasa menatap layar komputernya dengan perasaan campur aduk. Arjun baru saja memberinya setumpuk data untuk dianalisis, dan itu bukanlah pekerjaan yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Sebagai analis riset pasar, tugas itu memang bagian dari pekerjaannya, tetapi volume kali ini terasa sangat berlebihan. Dia menghela napas dalam-dalam, memikirkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semuanya.Lisa, teman satu timnya, melongok ke ruang kerja Hadasa, melihat tumpukan dokumen di mejanya. "Das, kamu masih harus menyelesaikan semua ini?" tanyanya dengan nada prihatin.Hadasa tersenyum lemah, mencoba menyembunyikan rasa lelahnya. "Iya, kelihatannya aku akan lembur malam ini. Kamu sendiri sudah selesai?"Lisa mengangguk. "Iya, aku sudah selesai. Aku mau pulang sekarang. Cuaca di luar juga kelihatannya semakin buruk. Jangan lupa istirahat, ya. Jangan terlalu memaksakan diri."Hadasa mengangguk, tetapi di dalam hati dia tahu bahwa istirahat bukanlah pilihan malam ini. "K

  • Kekasih Sang CEO   Hukuman dari Sang CEO

    Hadasa mengetuk pintu ruangan CEO dengan tangan gemetar. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan buruk tentang apa yang akan terjadi. Setelah kejadian di ruang rapat tadi, dia tahu bahwa tidak ada jalan untuk menghindari situasi ini lebih lama lagi. Pintu terbuka, dan dia melangkah masuk dengan hati-hati, berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang meskipun dadanya terasa sesak. Arjun berdiri di dekat jendela, memandang keluar dengan tangan terlipat di belakang punggung. Sosoknya tampak begitu berbeda dari pria yang Hadasa temui di malam itu—lebih dingin, lebih mengancam. Suasana ruangan itu begitu sunyi, hanya terdengar suara langkah kaki Hadasa yang terasa berat. "Masuk," ucap Arjun dengan nada datar, tanpa berbalik. "Tutup pintunya." Hadasa menuruti perintahnya, menutup pintu dengan pelan, dan berdiri canggung di dekat meja. Perasaannya bercampur aduk antara takut dan penasaran, terutama karena dia tidak tahu apa yang ada di benak Arjun saat ini. "Ada yang ingin saya bicara

  • Kekasih Sang CEO   Pertemuan Tak Terduga

    Hari itu, Hadasa merasa berat untuk bangkit dari tempat tidurnya. Pagi ini terasa sangat sulit setelah malam yang penuh kekacauan. Dalam keadaan masih pusing dan penuh rasa malu, Hadasa menyelesaikan rutinitas paginya di apartemen dengan cepat, berusaha mengabaikan rasa sakit yang menyelimutinya, dan gegas menuju kantor.Hadasa bekerja sebagai analis riset pasar di DawnTech Industries, sebuah perusahaan teknologi yang dikenal dengan inovasi perangkat lunak dan solusi TI terdepan. Pekerjaannya melibatkan analisis data pasar, tren industri, dan memberikan wawasan strategis untuk membantu perusahaan dalam pengembangan produk dan strategi pemasaran. Sebagai salah satu anggota kunci tim analisis, Hadasa sering terlibat dalam pertemuan-pertemuan penting dan berhubungan langsung dengan berbagai departemen untuk mendukung pengambilan keputusan yang berbasis data.Saat Hadasa tiba di kantor, suasana tampak berbeda. Para rekan kerja berkumpul di area pantry, berbicara dengan penuh antusiasme. H

  • Kekasih Sang CEO   Melampaui Batasan

    Hadasa duduk sendirian di meja pojok bar Midnight Haven, tempat yang dikenal dengan suasana temaram dan musik jazz lembut yang mengalun di latar belakang. Minuman keras di depannya, segelas martini hijau dengan zaitun di dalamnya, menggoda dengan warna cerahnya. Tapi, Hadasa tidak benar-benar melihatnya; matanya menatap kosong ke arah meja.Dia telah meneguk martini ketiganya, dan pengaruh alkohol mulai terasa lebih kuat. Pandangannya menjadi kabur, dan suasana bar seakan bergetar di sekelilingnya. Hadasa tahu bahwa ini bukanlah ide yang baik, namun emosi dan alkohol membuatnya sulit berpikir jernih. Dia bergegas bangkit dengan terburu-buru dan terhuyung, namun langkahnya tidak stabil. Tanpa disengaja, dia menabrak seseorang yang melintas di sampingnya, dan martini yang dipegang pria itu tumpah, menetes di lantai dan menodai pakaian gelapnya.Pria itu menoleh dengan tatapan dingin dan penuh kejutan. Wajahnya tampan dan tegas, dengan mata hitam yang tajam dan penuh intensitas. Dia meng

  • Kekasih Sang CEO   Sebuah Kenyataan

    "Apa yang kamu lakukan?" Hadasa merasa darahnya mendidih saat melihat pemandangan di depannya. Riz, kekasihnya yang selama ini dia bangga-banggakan, sedang mengelus kepala Azalea dengan lembut—gerakan yang sama yang dilakukannya pada Hadasa yang selalu membuat ia merasa istimewa. Hatinya retak. Dadanya mendadak sesak. Riz menoleh ke arahnya dengan ekspresi kaget dan sedikit bingung. Tanpa berpikir panjang, Hadasa melangkah maju dan menampar Riz dengan keras. Suara tamparan itu menggema di taman panti asuhan Bunga Lotus, mewakili rasa sakit dan cemburu yang di rasakannya “Brengs*k!” teriaknya dengan suara bergetar oleh emosi. “Ternyata kamu sama saja seperti laki-laki lain. Selama ini aku tertipu oleh sikap baikmu," Hadasa termundur, "Kamu benar-benar jahat padaku, Riz ..." Riz terperangah, memegang pipinya yang memerah. Azalea pun terkejut, langkahnya mundur beberapa langkah menjauh dari mereka. “Hadasa, tenang dulu! Ini tidak seperti yang kamu pikirkan.” ujar Riz pula. “Untuk

DMCA.com Protection Status