Share

Pertemuan Tak Terduga

Hari itu, Hadasa merasa berat untuk bangkit dari tempat tidurnya. Pagi ini terasa sangat sulit setelah malam yang penuh kekacauan. Dalam keadaan masih pusing dan penuh rasa malu, Hadasa menyelesaikan rutinitas paginya di apartemen dengan cepat, berusaha mengabaikan rasa sakit yang menyelimutinya, dan gegas menuju kantor.

Hadasa bekerja sebagai analis riset pasar di DawnTech Industries, sebuah perusahaan teknologi yang dikenal dengan inovasi perangkat lunak dan solusi TI terdepan. Pekerjaannya melibatkan analisis data pasar, tren industri, dan memberikan wawasan strategis untuk membantu perusahaan dalam pengembangan produk dan strategi pemasaran. Sebagai salah satu anggota kunci tim analisis, Hadasa sering terlibat dalam pertemuan-pertemuan penting dan berhubungan langsung dengan berbagai departemen untuk mendukung pengambilan keputusan yang berbasis data.

Saat Hadasa tiba di kantor, suasana tampak berbeda. Para rekan kerja berkumpul di area pantry, berbicara dengan penuh antusiasme. Hadasa melihat beberapa rekan kerjanya—Nina, dari tim desain, dan Lisa, dari tim HR—tengah berbicara dengan semangat.

“Kamu harus lihat CEO baru kita!” Nina berkata dengan penuh semangat. “Arjun Vikram—dia benar-benar sangat tampan. Aku belum pernah melihat pria sepertinya sebelumnya.”

Lisa mengangguk setuju, matanya berbinar. “Aku tahu! Dia punya aura yang sangat menawan dan karisma yang membuat semua orang terpesona. Semua wanita di sini sepertinya tidak bisa berhenti membicarakannya.”

Hadasa merasa penasaran dan sedikit cemas. Dia memutuskan untuk segera masuk ke ruangannya dan menyelesaikan pekerjaan yang menumpuk.

Namun, suasana kantornya yang gaduh semakin menarik perhatian Hadasa. Rasa penasaran membuatnya meninggalkan ruangannya untuk mencari tahu lebih lanjut. Ketika dia mendekati kelompok rekan kerjanya, Lisa yang sedang berdiskusi dengan Nina, menoleh ke arahnya.

“Hadasa, kamu sudah dengar tentang Arjun Vikram?” Lisa bertanya dengan nada bersemangat. “Dia benar-benar mengesankan. Semua orang di sini merasa dia bisa membawa perubahan besar untuk perusahaan.”

Hadasa terkejut mendengar nama itu. Arjun Vikram—namanya familiar, tapi dia tidak bisa mengingat dari mana. Tak lama kemudian, pintu ruang rapat terbuka, dan Hadasa melihat seorang pria yang tidak asing melangkah keluar dari dalam. Arjun Vikram—pria tampan yang telah menghabiskan malam bersamanya di Midnight Haven.

Hadasa tertegun di tempatnya. Arjun Vikram adalah CEO baru DawnTech Industries? Tak bisa dipungkiri, pria itu memiliki penampilan yang sangat mencolok. Penampilan formal dan sikap dinginnya menjadi pusat perhatian. Bahkan dari jauh, Hadasa bisa merasakan aura ketegasan dan kewibawaan yang mengelilinginya.

Di antara kerumunan karyawan yang terlihat terpesona, Hadasa merasakan hati dan pikirannya bergejolak. Bagaimana mungkin dia bisa bekerja di bawah orang yang telah menjadi bagian dari malam terburuknya? Dia berusaha menyembunyikan rasa malunya, tetapi merasa gugup setiap kali Arjun melintasi pandangannya.

Ketika Arjun memasuki ruangannya di lantai eksekutif, Hadasa mendapatkan tugas untuk mengantarkan beberapa dokumen penting. Dia mengumpulkan keberaniannya dan melangkah menuju ruang kantor CEO. Setiap langkahnya menuju pintu kantor Arjun terasa berat, dan dia berdoa agar tidak perlu berhadapan langsung dengan pria itu.

Hadasa mengetuk pintu dan masuk, dia melihat Arjun duduk di belakang meja besar. Pria itu terlihat serius, matanya yang tajam meneliti tumpukan dokumen di hadapannya. Ketika Arjun mendongak dan melihat Hadasa, ekspresi wajahnya tetap datar dan dingin, tanpa menunjukkan tanda-tanda kenangan malam sebelumnya. Ia sepertinya tidak ingat dengan wajah Hadasa. Dan itu entah mengapa membuat Hadasa sedikit lega.

“Hadasa, kan?” suara Arjun keluar dengan nada profesional dan tidak menunjukkan emosi. “Ada apa?”

Hadasa merasa terjebak di tengah situasi yang canggung. Dia mencoba menjaga sikap profesionalnya meskipun hatinya berdebar kencang. “Dokumen-dokumen ini, Sir,” katanya sambil menyerahkan berkas-berkas tersebut. “Saya ingin memastikan bahwa semuanya sudah lengkap.”

Arjun menerima dokumen tersebut dan memeriksanya sebentar sebelum mengangguk. “Terima kasih. Ada hal lain yang perlu Anda lakukan hari ini?” tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas-berkas itu.

Hadasa merasa seperti ada sesuatu yang mengganjal di dalam dadanya, ia memperhatikan Arjun yang tenang dan tidak tampak mengenalinya, laki- laki terlihat sangat terhormat dan memiliki wibawa.. “Tidak, itu saja, Sir. Saya akan melanjutkan tugas saya yang lain.”

Dia berbalik dan berusaha untuk meninggalkan ruangan dengan tenang, tetapi Arjun memanggilnya sebelum dia sempat keluar. “Hadasa.”

Hadasa menoleh dengan gugup. Apakah lelaki itu akhirnya mengenali dirinya?

“Ya, Sir?”

Arjun memperhatikannya sebentar sebelum berbicara lagi, “Jika ada hal yang perlu dibahas terkait pekerjaan atau jika Anda membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk menghubungi saya. Saya ingin memastikan semuanya berjalan lancar.”

Ada nada yang datar dalam suaranya, tetapi Hadasa tetap merasa cemas. “Tentu, Sir. Terima kasih.”

Hadasa meninggalkan ruangan dengan rasa campur aduk. Kesadaran bahwa Arjun Vikram adalah CEO baru membuatnya merasa tidak nyaman, terutama setelah pengalaman malam yang tidak ingin dia ulangi. Namun, dia tahu dia harus profesional dan mengesampingkan masalah pribadinya.

Hari-harinya berlalu dengan Arjun tetap menjadi topik utama pembicaraan di kantor. Hadasa berusaha keras untuk mengabaikan perhatian yang mengelilingi Arjun, namun setiap kali mereka bertemu, tatapan tajam dan sikap dingin Arjun mengingatkannya pada malam tersebut. Hadasa bertekad untuk tidak membiarkan masa lalunya mempengaruhi pekerjaannya, meskipun ketegangan di antara mereka semakin terasa setiap kali mereka berinteraksi. Hadasa tahu bahwa Arjun mengenali dirinya, laki-laki itu selalu menatapnya lebih tajam daripada ia menatap yang lain.

Ketika Hadasa melihat rekan-rekannya terpesona oleh Arjun dan terus membicarakannya dengan penuh kekaguman, dia merasa seperti terjebak dalam labirin yang tidak bisa dia hindari. Arjun Vikram adalah pria yang menakjubkan dan penuh karisma, tetapi bagi Hadasa, ia terus dihantui rasa malu setiap kali melihat pria itu. Dan seolah takdir sangat senang mempermainkan dirinya, kini ia berkerja dibawah pria itu!

***

Hari itu adalah hari pertama Hadasa dari divisi analis melakukan presentasi di depan sang CEO baru dan dewan direksi yang lain. Ia menjadi lebih gugup dibandingkan presentasi -presentasi yang dilakukannya di masa lalu.

Ia sedang menjelaskan dengan segala usaha ketenangannya ketika suara berat sang CEO menyela.

Hadasa segera merasakan ada yang salah saat Arjun berhenti sejenak dan membalik halaman laporan.

"Maaf, Hadasa,” Arjun berkata dengan nada pelan tetapi cukup membuat Hadasa seperti diguncang kiamat.

“Ada kesalahan yang cukup signifikan di sini. Data pada grafik ini tidak sesuai dengan angka yang saya terima dari tim keuangan. Apakah Anda yakin laporan ini sudah diperiksa dengan teliti?”

Hadasa merasa jantungnya berdegup kencang. “Tapi... saya sudah memeriksa semuanya dengan hati-hati,” jawabnya, mencoba mempertahankan ketenangannya. “Mungkin ada kesalahan cetak.”

Arjun mengerutkan dahi. “Ini bukan sekadar kesalahan cetak. Kesalahan ini bisa memengaruhi keputusan strategis yang diambil perusahaan. Saya ingin Anda memeriksa kembali seluruh laporan dan memastikan semua data akurat. Ini adalah tanggung jawab besar, dan kesalahan seperti ini tidak bisa diterima dalam lingkungan profesional kita.”

Hadasa merasa sangat malu dan tertekan, terutama di hadapan dewan direksi yang mengamati dengan cermat. “Saya akan segera memperbaikinya, Sir,” katanya dengan suara gemetar. “Saya minta maaf atas kesalahan ini.”

Arjun Vikram menaruh laporan di atas meja dengan bunyi yang cukup menganggu. Meski suaranya bernada biasa tetapi Hadasa langsung merasa beku oleh tatapannya, "Saya menaruh harapan besar pada Anda, mereka mengatakan bahwa Anda adalah analis paling diperhitungkan, namun nyatanya Anda telah membuat kesalahan dalam kesan pertama saya." Ucapnya, senyumnya yang miring menambah ketampanannya, tapi telah membekukan Hadasa hingga ke tulang!

Laki-laki itu benar -benar menakutkan sekarang di matanya.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status