Share

Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan
Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan
Penulis: Asterlyzii

Bab 1 : Berakhir Tragis

Malam itu, gemerlap lampu kota Mokviland memantul di salah satu jendela kamar hotel mewah.

Seorang pria yang tengah berdiri di depan cermin, merapikan pakaiannya dengan teliti. Dia adalah Gionel Attovhano, seorang aktor papan atas yang namanya selalu berada di puncak popularitas.

Gion menatap bayangannya di cermin, menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir keraguan yang sempat hinggap di hatinya. Malam ini, ia diundang ke sebuah acara eksklusif di salah satu klub paling bergengsi di kota. Seharusnya ini hanya sekadar pesta untuk bersenang-senang, tapi entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal di benaknya, dan ia tidak tahu apa alasan dibalik keraguan ini.

Namun, mengingat jadwal syuting yang padat, Gion memutuskan untuk melupakan firasat buruk itu. Toh, ia sudah terlalu sering menghadiri acara semacam ini.

Setibanya di klub, Gion disambut oleh sorak sorai penggemar dan kilatan kamera. Senyumnya mengembang sempurna, menyembunyikan segala kecemasan di balik pesona yang selalu ia tunjukkan di depan publik. Rekan-rekan seprofesinya menyambut hangat, kecuali di tengah keramaian di sana, Gion tak menyadari ada sepasang mata yang mengawasinya dengan tatapan penuh arti.

"Gion, sini!" Seorang pria dengan pakaian rapi melambaikan tangan, memanggilnya untuk bergabung.

Jensen adalah salah seorang aktor yang pernah bermain dalam film yang sama dengan Gion sekaligus partner kerjanya. Mereka selalu tampak akrab, tetapi sebenarnya hubungan mereka tidaklah seharmonis yang terlihat.

Malam makin larut, suasana klub semakin meriah. Alkohol mengalir deras, musik berdentam keras, dan tawa serta obrolan tak henti-hentinya memenuhi ruangan.

Di tengah keramaian itu, Gion menyadari Jensen menepuk bahunya sambil tersenyum. "Hei, Bro! Aku tahu tempat yang lebih tenang. Bagaimana kalau kita pindah ke sana? Ada beberapa orang yang ingin bertemu denganmu," tawarnya dengan nada bersahabat seperti biasanya. Ia seakan paham kalau Gion sedang tidak bersemangat berada di tempat itu.

Gion, yang sudah sedikit terpengaruh alkohol, hanya mengangguk setuju. Ia mengikuti Jensen menuju sebuah private room di lantai atas. Ruangan itu tampak mewah dengan sofa empuk serta pencahayaan yang redup, menciptakan suasana yang tenang dan nyaman.

Gion kemudian duduk di salah satu sofa, menunggu kedatangan tamu yang dimaksud oleh partnernya itu.

Namun, yang terjadi berikutnya benar-benar di luar dugaan. Pintu kamar dibuka, lalu ditutup, lantas dibuka lagi dengan keras, membuat Gion tersentak. Sebelum sempat ia bereaksi, beberapa pria bertopeng masuk menyerbu ke ruangan, kemudian menyeretnya dengan paksa.

Gion mencoba melawan, tapi tubuhnya terlalu lemah karena pengaruh alkohol dan kejutan yang tak terduga.

"Apa-apaan ini? Lepaskan aku!" Gion berteriak, tapi suaranya tenggelam oleh dentuman musik di luar ruangan dan sialnya ruangan tersebut didesain kedap suara.

Para pria itu tidak memberi kesempatan baginya untuk melawan. Tanpa menunggu waktu lebih lama mereka memukulinya tanpa ampun, membuat tubuhnya lemas tak berdaya. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh, tapi Gion masih berusaha mempertahankan kesadarannya. Ia melihat Jensen berdiri di sudut ruangan, menonton kejadian itu dengan ekspresi datar.

"Jensen ... to–long ...," rintih Gion, mencoba meminta bantuan dari pria yang dianggapnya sebagai partner terbaik.

Jensen hanya tersenyum sinis. "Maaf, Gion. Ini sudah seharusnya terjadi."

Gion tidak mengerti apa maksudnya. Perlahan tapi pasti, kengerian mulai merayap di benaknya. Pria-pria bertopeng itu mengikat tangannya ke kursi, kemudian mereka mulai menyiksanya dengan kejam.

Bugh! Bagh! Bugh!

Setiap pukulan, setiap tendangan, membuat Gion semakin melemah. Namun, rasa sakit fisik itu tidak sebanding dengan rasa sakit hati saat mengetahui bahwa orang yang paling dipercayanya adalah dalang dari semua ini.

......

Waktu seolah berhenti, dan Gion merasa seolah-olah nyawanya akan melayang kapan saja. Sayangnya, penderitaannya belum berakhir.

Tiba-tiba salah seorang pria bertopeng mulai membuka celananya, dan Gion tahu apa yang akan terjadi. Ia langsung berteriak sekuat tenaga, jantungnya berdegup begitu kencang. Hatinya merasa sangat kalut dan panik. Namun, suaranya hanya menggema di ruangan yang tertutup rapat.

Kejadian itu berlangsung dalam keheningan yang mengerikan. Gion merasa tubuh dan jiwanya tercabik-cabik, harga dirinya hancur berantakan. Air mata mengalir dari pelupuk matanya, tetapi tidak ada yang peduli.

Para pelaku pergi meninggalkannya begitu saja, seakan apa yang mereka lakukan adalah hal yang biasa saja.

Ketika kesadaran seolah mulai meninggalkannya, Gion mendengar suara pintu yang terbuka.

Seseorang masuk ke dalam ruangan, tapi penglihatan pria itu sudah terlalu kabur untuk mengenali siapa orang itu. Yang ia rasakan kini hanyalah dingin yang mulai merayap ke sekujur tubuhnya, dan gelap yang perlahan menelan kesadarannya.

"Selamat tinggal, Gionel Attovhano, aku membencimu," bisik suara itu di telinganya sebelum semuanya menjadi gelap....

Keesokan paginya, berita tentang kematian seorang bintang terkenal menggemparkan seluruh negeri. Informasi itu dengan sangat cepat menyebar dan bahkan mengguncang dunia hiburan Mokviland.

Semua orang berduka, tapi tidak ada yang tahu kebenaran di balik tragedi mengenaskan itu. Kecuali hanya satu orang yang tersenyum dengan begitu puas. Ia telah menyaksikan kehancuran seseorang yang pernah menghalangi jalannya menuju puncak.

Begitu banyak rahasia kelam yang tersembunyi di balik gemerlap dunia hiburan. Dan malam itu, Gion menjadi korban dari salah satu rahasia paling kelam yang pernah ada.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status