Share

Bab 7 : Awal dan masalah baru

Di belakang Gion, Alice yang masih berdiri kaku di tempatnya merasa semakin bingung.

Gion biasanya tidak akan menghindar atau terlihat ragu dalam memutuskan sesuatu yang menyangkut teman-temannya. Akan tetapi, hari ini, ada sesuatu yang berbeda darinya dan itu sangat mengganggunya. Karin yang memperhatikan situasi ini juga semakin merasa khawatir. Karena seperti yang publik ketahui, hubungan antara Gion dan Bryan tidak sebaik ini, bahkan sering kali Gion mewanti-wanti agar menolak tawaran yang memungkinkannya bertemu dengan Bryan. Tak ingin membiarkan situasi ini bertahan lebih lama, Karin memutuskan menghampiri mereka, berniat mengalihkan perhatian Gion sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.



"Gion, kita harus bicara sebentar," bisik Karin ketika sudah cukup dekat.



Gion menoleh dan mengangguk pada Bryan. "Sebenarnya ada banyak hal yang perlu aku bicarakan denganmu, tapi maaf, sekarang aku harus pergi. Mungkin kita bisa bicara lagi nanti?"



Bryan tersenyum kecil, matanya menunjukkan sesuatu yang lebih dalam dan tidak terbaca. "Tentu saja. Sampai bertemu lagi."



Setelah Bryan pergi, Gion menghela napas dalam-dalam, seolah melepaskan beban yang tertahan. Karin menatapnya tajam, mengetahui bahwa sesuatu yang serius sedang terjadi tanpa sepengetahuannya.



"Apa yang barusan kamu lakukan? Semua orang tahu hubungan kalian seperti apa. Tapi, tiba-tiba menemuinya ditengah publik seperti ini bukanlah ide yang bagus! Setidaknya kamu beritahu aku, kalian bisa bertemu setelah acara. Lihatlah, kalian berhasil membuat mereka beropini," omel Karin dengan nada kesal, "setelah ini, siapkan mentalmu untuk berbicara kepada media dan penggemar!" Ia sangat jengkel setiap kali artis asuhannya itu melakukan hal ceroboh sesukanya.



"Maaf, aku terlalu bersemangat melihat teman lamaku tanpa memperhatikan sekitar ...." Gion sedikit menundukkan wajahnya, merasa bersalah.



"Baiklah, lupakan. Lain kali perhatikan sikapmu dan berpikir ulanglah sebelum bertindak jika kamu tidak ingin kehilangan reputasimu."



Gion mengangguk penuh pengertian.



Sepeninggal Karin, Alice kembali mendekatinya. Tatapan wanita itu menelisik dan penuh intimidasi. "Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya. Apa barusan itu kamu sedang mencoba menghindariku? Sebenarnya ada apa denganmu?! Dengar, Gion. Aku tidak mau mengatakan ini, tapi sesekali sepertinya aku perlu mengingatkanmu bahwa tanpa kami, kamu bahkan nggak akan bisa bergerak di industri gila ini!"



Gion menggertakkan giginya menahan amarah yang bisa meledak kapan saja. Jika itu dulu ia tentu akan selalu patuh. Alice tidak salah bahwa selama dalam masa sulitnya, mereka akan ada untuknya. Tetapi begitu mendengar nada peringatan wanita itu barusan, Gion tersadar bahwa mungkin ia telah keliru tentang sesuatu.



"Kamu benar, mungkin aku sudah terlalu bergantung kepada kalian." Gion merasakan dadanya sesak begitu mengingat kembali semua momen di mana ia harus membuat keputusan yang berat dan seringkali tidak sesuai dengan keinginannya, hanya demi menjaga hubungan dengan orang-orang itu. "Yang salah adalah aku selalu merasa tidak bisa membuat keputusan untuk diriku sendiri. Aku tidak bisa terus-menerus hidup dengan perasaan seperti itu, bukan? Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengakhirinya."



Alice mengernyitkan dahi, garis-garis halus muncul di antara alisnya yang rapi. "Apa maksudmu?"



"Kita bicara lagi nanti. Tidak baik membicarakan masalah pribadi di tengah keramaian pesta." Gion memilih mengakhiri pembicaraannya dengan nada tegas, lalu berbalik dan pergi sebelum Alice sempat merespons.



Meninggalkan Alice di belakangnya, Gion merasa beban di dadanya sedikit berkurang. Mungkin jalannya akan menjadi lebih sulit ke depan, tetapi setidaknya, kali ini ia akan berjalan dengan keyakinan penuh bahwa setiap langkah yang di ambil adalah keputusannya sendiri.

Sepanjang acara, Gion, yang biasanya terlihat tenang dan tertutup, kini tampak lebih terbuka dan bersahabat. Pemandangan ini berhasil membantah anggapan umum bahwa ia adalah aktor yang paling pendiam di industri. Bahkan beberapa orang mulai berbisik-bisik, kagum dengan betapa menariknya ia dalam pergaulan sosial. Di antara keramaian, seorang produser ternama mendekati Gion dengan penuh antusias. Pria paruh baya itu tampak terkesan dengan cara Gion membawa dirinya malam ini.

"Saya tidak menyangka, kamu sangat menyenangkan dan berwawasan luas meskipun tidak melanjutkan studi di perguruan tinggi seperti artis lain ...."

Kata-kata itu membuat Gion sedikit terkejut. Senyum di wajahnya sedikit memudar, meskipun hanya sesaat. Ia telah lama meninggalkan dunia pendidikan formal untuk fokus mengejar kariernya sebagai aktor. Sebuah keputusan yang diambilnya dengan penuh keyakinan untuk tidak melanjutkan kuliah demi mengabdikan diri sepenuhnya pada dunia akting.

Ia ingin membuktikan bahwa dirinya bisa sukses tanpa gelar akademis, bahwa bakat dan kerja kerasnya cukup untuk mencapai impian-impian besarnya. Keputusan itu dipengaruhi oleh keinginannya untuk membuat ibunya bangga, mengingat perjuangan keras ibunya dalam mendukung kariernya sejak awal.

Namun, di balik keyakinannya itu, Gion tidak bisa mengabaikan fakta bahwa pendidikan memberikan banyak keuntungan. Bukan hanya gelar, tetapi juga wawasan dan jaringan yang luas. Seiring berjalannya waktu, ia kadang-kadang merasa kehilangan kesempatan untuk berkembang di luar dunia akting.

Produser itu melanjutkan bicaranya tanpa menyadari perubahan halus dalam ekspresi Gion. "Saya juga telah melihat bakat serta potensimu dalam membintangi serial-serial populer. Jika kamu berkenan, saya memiliki proyek film layar lebar yang telah lama tertunda karena belum menemukan pemain yang tepat untuk menjadi pemeran utamanya. Sepertinya kamu cocok memainkan peran itu."

Gion menimbang-nimbang sejenak, berpikir dengan cepat. Proyek film layar lebar adalah kesempatan besar, sebuah langkah maju yang signifikan dalam kariernya. Namun, ia tetap tidak boleh mengambil jalan yang salah. Bagaimanapun, kehidupannya kini benar-benar berubah dari sebelumnya, jangan sampai terjerumus pada lubang yang sama.

"Terima kasih atas kepercayaan Anda. Tapi saya perlu melihat dan memahami karakternya lebih dulu, barulah saya bisa memberikan jawaban yang pasti," jawab Gion akhirnya setelah penuh pertimbangan. Ia tidak ingin terburu-buru mengambil keputusan, terutama ketika tawaran tersebut bisa menjadi penentu langkah karier selanjutnya.

Produser itu tersenyum puas, tampaknya senang dengan tanggapan Gion. "Tentu saja, saya akan mengirimkan naskah dan detail karakter tersebut kepada manajermu."

Usai membahas hal lain, mereka mengakhiri pembicaraan. Gion berbalik berniat menemui rekan satu profesinya yang lain. Namun, lengannya tiba-tiba ditarik dari belakang yang membuatnya menoleh dengan cepat, terkejut oleh tindakan mendadak Karin.

"Kita punya masalah besar!"

"Masalah besar apa?"

"Cek ponselmu, sekarang!" titah Karin, masih dengan nada panik.

Gion buru-buru merogoh saku jasnya dan mengeluarkan benda pipih tersebut lalu menyalakannya. Segera ia membuka akun pribadinya.

Benar saja, keributan terjadi di sana. Banyak penggemarnya yang memposting ulang sebuah video berdurasi pendek di mana ia sedang berinteraksi dengan Bryan. Gion tidak terkejut dan sudah memperkirakan hal ini. Yang membuatnya terkejut justru masalah tentang kejadian di ruang ganti tampaknya membesar dan semakin menyebar.

"Di mana Alice?"

"Hah? Alice, dia pamit pulang duluan tadi ...."

"Brengsek! Sebenarnya apa mau wanita itu?" Gion mengumpat kesal, sudah pasti yang menyebarkan rumor tersebut adalah Alice. Diam-diam ternyata wanita itu menyimpan dendam terhadapnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status