Share

Bab 3 : Keputusan

Penulis: Asterlyzii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Benar-benar bodoh." Gion mengutuk dirinya sendiri.

Bagaimana tidak! Ia sedang berdiri di depan lemari pakaian di kamarnya, mengamati isi dari lemari besar itu. Baju-baju yang tersimpan rapih di dalam sana memiliki desain serta model yang terlalu feminim untuk dipakai oleh pria dewasa.

Gion berpikir, bagaimana bisa saat itu ia tertarik membelinya dan merasa baik-baik saja saat memakainya di hadapan publik? Meskipun baju-baju itu dirancang bisa dipakai oleh pria maupun wanita, tetap saja, bukannya terlihat modis justru akan terlihat sangat aneh.

Kebiasaannya memakai semua itu adalah berawal dari rekomendasi salah satu teman wanitanya saat ia terpikirkan untuk mengubah gaya berpakaiannya. Awalnya, teman-teman dan rekan sesama artisnya memujinya cocok saat menambahkan kesan lucu karena dinilai sesuai dengan wajah serta proporsi tubuh mungilnya. Mereka bilang penggemarnya juga menyukainya, sehingga entah bagaimana ia akhirnya menuruti untuk mempertahankan gaya berpakaiannya.

Sayangnya seiring waktu berjalan, tampaknya orang-orang maupun penggemarnya mulai risih melihat penampilannya. Saat itu, Gion yang begitu keras kepala tidak begitu memperhatikan reaksi mereka. Banyak penggemar yang menyayangkan dan mengeluhkan perubahan gayanya. Kualitas akting yang menurun, serta minimnya bersosialisasi atau melakukan interaksi publik.

Hal itu rupanya berdampak sangat besar pada karir keartisannya dan menyebabkan reputasinya menurun dari hari ke hari. Bodohnya lagi, Gion justru selalu berusaha menutup mata dan telinga karena menganggap hal tersebut hanyalah ulah dari para pembencinya, serta lebih percaya kepada orang-orang yang sejatinya hanya berniat menjatuhkannya.

"Bagus, Gion. Kamu sangat layak mendapatkan piala penghargaan aktor terbodoh!" cibir Gion pada dirinya sendiri saat mengingat hal itu.

Gion menutup pintu lemari dengan kesal, beralih pada lemari lainnya yang dikhususkan untuk menyimpan pakaian lamanya. Masing-masing pakaian itu terlihat sangat modis dan tentunya bernilai fantastis. Dulu, ia sangat suka gaya berpakaian mix and match, memadukan berbagai model dalam sekali pakai sehingga sering kali menjadi pusat perhatian dan fashion icon tahunan.

"Ini tidak akan mudah, tapi aku harus selalu siap. Sang Emas Mokvilland siap bersinar kembali di tempatnya." Gion menatap wajahnya di cermin seraya menyeringai licik. Akan ia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya kepada dunia dan kepada musuh-musuhnya.

Selesai berganti pakaian, Gion berderap menuju dapur untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan, ia menemukan Previta sedang menyantap makanan instan di meja makan.

Gadis itu hanya meliriknya sekilas lalu kembali makan dengan santai sambil memainkan ponselnya. Jika itu dulu, Gion tidak akan terlalu peduli pada hal kecil seperti arti tatapan atau tanggapan Previta terhadapnya. Tetapi sekarang, ia menyadari tindakan sekecil apapun dari adiknya itu yang memang telah banyak berubah. Juga, Previta masih belum memaafkannya.

"Kenapa tidak memanggilku?" tanya Gion memulai pembicaraan.

Previta meliriknya dengan acuh tak acuh. "Untuk apa?"

"Aku bisa memasak makan malam untuk kita."

"Aku sudah dewasa, tidak seharusnya merepotkanmu terus-menerus, bukan?" Previta membalas sambil menampilkan senyuman yang sedikit dipaksakan.

Gion menghela napas mendengar balasan gadis itu. Ternyata mereka telah sejauh ini dan dulu ia sama sekali tidak memperhatikannya. Ia selalu terpikirkan untuk melepas tanggung jawab terhadap adiknya itu karena menganggap Previta sudah dewasa dan atas saran teman-temannya bahwa dirinya berhak menikmati hidup dengan bersenang-senang melakukan apapun tanpa terikat dengan tanggung jawab.

Malam itu, hujan rintik-rintik mulai turun, menambah suasana muram di rumah mereka yang sederhana. Gion berdiri di dapur, mulai menyiapkan bahan-bahan untuk memasak makan malam. Ia membuka lemari es dan mengambil beberapa sayuran, sementara pikirannya melayang jauh mengingat masa-masa saat ibu dan neneknya masih ada bersama mereka di rumah itu.

Dari kejauhan, Previta mengamati kakaknya, merasa bersalah telah menyindirnya. Ia tahu betapa keras Gion bekerja demi kesuksesan kariernya sebagai aktor, menjadi tulang punggung keluarga demi kebahagiaannya. Namun, sejak Gion mulai acuh tak acuh kepadanya dan sering menuduhnya, ia tahu bahwa kakaknya itu berniat menjauhinya. Itu sangat membuatnya sakit hati.

"Biarkan aku membantu, Kak," kata Previta, mengambil pisau dan mulai memotong sayuran.

Meskipun hatinya diliputi kemarahan, ia pada akhirnya memutuskan untuk membantu. Lagi pula, seharusnya Gion masih dalam proses pemulihan. "Kakak duduk saja, sana. Biar aku yang memasak makan malam untukmu."

Gion menatap adiknya dengan perasaan bersalah. Ada rasa bangga melihat Previta yang mandiri, tapi juga ada rasa penyesalan akan keegoisannya. "Engga, kamu habiskan saja makananmu. Kakak bisa masak sendiri."

Previta tidak membalas maupun mengindahkan perkataan Gion. Melihat itu, Gion membiarkannya. Mereka berdua bekerja dalam diam, hanya suara pisau yang beradu dengan talenan dan aroma masakan yang menguar memenuhi ruangan.

"Vi, maaf kalau selama ini aku terlalu sibuk," ujar Gion tiba-tiba, memecah kesunyian.

Semuanya adalah salahnya, ia sangat merasa bersalah kala mengingat janji kepada ibunya bahwa dirinya akan selalu menjaga dan membahagiakan Previta sedangkan kenyataannya, karier serta kehidupan pribadinya mengambil alih prioritasnya.

Previta berhenti sejenak dan menjawab tanpa menoleh. "Engga apa-apa, Kak. Kakak juga bekerja keras untuk kita berdua. Lagi, aku memang harus belajar hidup mandiri dan bersikap dewasa. Jangan khawatir, aku tidak pernah menyalahkanmu untuk itu."

Gion mengusap penuh kasih sayang rambut panjang bergelombang milik Previta. "Mulai saat ini, Kakak janji akan lebih sering menghabiskan waktu bersamamu dan tidak akan menyalahkanmu lagi sebelum mendengar semua penjelasanmu, hm?"

"Aku selalu menghargai setiap perhatian yang Kakak berikan untukku. Tapi ingatlah untuk jangan melupakan kesehatanmu sendiri," ucap Previta tulus. Setidaknya, perasaannya terasa jauh lebih baik setelah mendengar perkataan kakaknya itu barusan.

Gion mengangguk tegas. Bagaimanapun, meski karier dan kehidupan sosial penting, keluarga tetaplah yang utama.

...

Merasa tubuhnya telah pulih sepenuhnya, Gion kembali menjalani aktivitasnya sebagai selebriti pada esok harinya. Ia telah bersiap dari mulai dini hari sampai menyiapkan sarapan untuk adiknya sebelum berangkat menuju agensi yang menaunginya.

Perjalanan menuju agensi Golden Star Entertainment memakan maktu kurang dari satu jam menggunakan mobil. Hiruk pikuk kota yang di lalui selama perjalanan membuat semangatnya kian membara untuk menjalani hari ini.

Selesai memarkirkan mobil, Gion turun dari mobil dengan santai sambil menenteng tas selempang berisi barang-barang pribadi yang diperlukan. Terlihat beberapa penggemarnya yang kebetulan sedang mengunjungi agensi menyapa dengan ponsel di tangan mereka terarah kepadanya, sedang merekamnya.

"Kak Gion!"

"Yaampun, Kak Gionel sangat tampan hari ini."

"Wah, outfitmu hari ini sangat bagus. Sangat tampan! aku mencintaimu."

Seperti itulah kira-kira sapaan dan teriakan heboh dari para wanita penggemar itu saat Gion berjalan melewati mereka. Seperti biasa, ia membalas ramah sapaan dari penggemarnya maupun staff yang hanya meliriknya di sana.

Dalam perjalanan naik lift, Gion memeriksa ponselnya untuk memastikan tidak ada pesan penting yang terlewat. Setelah beberapa detik, pintu lift terbuka dengan bunyi "ding" yang khas, menandakan bahwa ia telah sampai di lantai tujuannya—lantai 5. Tempat yang sibuk dan hidup. Penuh dengan aktivitas dari para artis, manajer, serta staff agensi.

Di sudut ruangan, terlihat poster besar dari artis-artis ternama yang bernaung di bawah Golden Star Entertainment. Gion berjalan melewati mereka dengan langkah mantap, menuju ruang meeting di ujung koridor.

"Selamat pagi, Kak Gion!" sapa seorang staff sambil tersenyum ramah.

"Pagi," balas Gion, sedikit menganggukkan kepalanya.

Memasuki ruang meeting, Gion disambut oleh beberapa orang tim termasuk manajernya dan partner kerjanya, Jensen, yang telah menunggu di sana.

Mereka semua menoleh kearahnya lalu menyapanya, kecuali Jensen.

"Tumben sekali kamu datang lebih pagi, gimana keadaanmu sekarang?" tanya Karin—manager Gion.

Gion duduk di kursinya terlebih dahulu sebelum menjawab, "Aku sudah merasa baik-baik saja."

"Aku senang mendengarnya," balas Karin lega.

"Kulihat hari ini kau juga sedikit berbeda..." Jensen tiba-tiba menimpali sambil melirik dan memperhatikan penampilan Gion dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Mendengar itu, Gion tidak menunjukkan reaksi lebih. Ia hanya menjawab secara singkat, "Hari baru, gaya baru."

Bab terkait

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 4 : Perkembangan

    "Hari baru, gaya baru." . . Tidak ada lagi reaksi yang berlebihan. Gion sadar bahwa selama ini dirinya sudah terlalu mempermalukan diri sendiri dengan menempeli partnernya itu dan bertingkah seperti jalang murahan. Sungguh menjijikan. Selain itu, Ia masih sangat marah saat mengingat Jensen dengan sengaja menjebaknya malam itu. Hal itu semakin membuka lebar matanya bahwa selama ini keberadaannya sangat mengganggu di sisi pria itu hingga Jensen begitu membencinya. Gerak-geriknya diperhatikan oleh satu orang di ruangan itu tanpa Gion sadari. Entah kenapa, Jensen merasa ada yang salah dari Gion selain penampilannya. Tapi tidak tahu apa itu. Mungkin hanya perasaannya saja, pikirnya. Meeting beragendakan jadwal Gion dan Jenjen selama satu bulan kedepan pun di mulai. Gion memperhatikan dengan santai, ia sudah tahu dan mengerti isi dari pembahasan tersebut. Dan kalau dipikir-pikir sekarang, pekerjaan serta perannya saat ini cukup membosankan, terasa tidak sebanding dengan saat dirin

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 5 : Acara peluncuran produk

    "Aku tidak suka, dan aku tidak mau memakainya," tukas Gion. Di masa lalu, pakaian itu membuatnya dibicarakan semua orang. Tapi, bukan dalam sudut pandang positif.Di sisi lain, Alice tertegun sejenak, menatap Gion dengan tatapan tidak senang. "Kamu serius? Gion, ini bukan waktunya untuk main-main. Pakaian ini disiapkan oleh pihak brand untuk acara hari ini dan aku sudah menyiapkan riasan yang sesuai. Berhenti bersikap kekanakan, pergi dan ganti bajumu!"Gion berdecak kesal, akhirnya ia membawa setelan itu ke dalam bilik ganti. Dengan terpaksa ia memakai baju itu, namun sebelum keluar dari bilik, ia menghubungi seseorang terlebih dahulu agar membawakan sesuatu untuknya."Lihat, pakaian itu sangat cocok untukmu. Kemari, biar aku sempurnakan dengan keajaiban riasanku," ucap Alice menatap penuh kekaguman pada Gion yang baru saja keluar dari bilik ganti.Sayangnya, tak sampai di sana, Gion kembali menyuarakan ketidakpuasan terhadap komponen make up yang digunakan oleh Alice saat merias wa

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 6 : Kawan lama?

    "Untuk saat ini, tidak ada kegiatan berarti yang sedang aku kerjakan. Tapi aku berencana membuat sesuatu yang mungkin akan mengejutkan Ginovers. Untuk projek dengan Jensen, kami akan bekerja seperti basanya.""Wah, bolehkah kamu memberitahu kami sedikit informasi tentang rencana tersebut? Apakah itu tur luar negeri atau syuting acara show?" tanya sang pembawa acara dengan nada bercanda."Aku masih memikirkannya. Kalian semua akan tahu nanti," jawab Gion, melirik kerumunan penggemar sambil terkekeh ringan.Pertanyaan dan pembahasan lainnya terus bergulir, sampai salah satu penggemar yang mendapat kesempatan terdengar bertanya, "Bagaimana cara kamu menanggapi kritik atau kebencian yang muncul di media sosial?"Gion mendengarkan dengan seksama kemudian menghela napas sebelum menjawab, "Kritik adalah bagian dari hidup, terutama bagi seseorang yang berada di dunia hiburan. Aku selalu berusaha untuk menerima kritik yang membangun dan mengabaikan komentar negatif yang tidak berdasar selama t

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 7 : Awal dan masalah baru

    Di belakang Gion, Alice yang masih berdiri kaku di tempatnya merasa semakin bingung. Gion biasanya tidak akan menghindar atau terlihat ragu dalam memutuskan sesuatu yang menyangkut teman-temannya. Akan tetapi, hari ini, ada sesuatu yang berbeda darinya dan itu sangat mengganggunya. Karin yang memperhatikan situasi ini juga semakin merasa khawatir. Karena seperti yang publik ketahui, hubungan antara Gion dan Bryan tidak sebaik ini, bahkan sering kali Gion mewanti-wanti agar menolak tawaran yang memungkinkannya bertemu dengan Bryan. Tak ingin membiarkan situasi ini bertahan lebih lama, Karin memutuskan menghampiri mereka, berniat mengalihkan perhatian Gion sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi."Gion, kita harus bicara sebentar," bisik Karin ketika sudah cukup dekat.Gion menoleh dan mengangguk pada Bryan. "Sebenarnya ada banyak hal yang perlu aku bicarakan denganmu, tapi maaf, sekarang aku harus pergi. Mungkin kita bisa bicara lagi nanti?"Bryan tersenyum kecil, matanya menunj

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 8 : Pernyataan resmi

    Karin tampak kebingungan dengan reaksi Gion. Akan tetapi, ia tidak mau memikirkan hal lain dulu selain menyelesaikan masalah ini. "Pertama-tama kita harus meluruskan hubunganmu dengan Bryan! Apa kalian benar-benar sudah baikan? Aku tidak tahu dia dan managernya sudah tahu masalah ini atau belum. Aku akan mencari mereka. Kamu tunggu saja di ruangan ini." Karin kemudian menyerahkan sebuah kartu akses salah satu ruangan di hotel itu kepada Gion.Gion menerimanya dan bergegas keluar dari ruang pesta menuju ke kamar yang dimaksud. Karena Tommy dan petinggi brand lainnya telah meninggalkan pesta lebih dulu, mereka tidak perlu khawatir ikut meninggalkan pesta saat itu. Jika berita ini menyebar tanpa penjelasan yang tepat, itu bisa merusak reputasi mereka berdua dan juga proyek yang sedang mereka kerjakan.Sementara itu, Karin dengan hati-hati membawa Bryan dan managernya menjauh dari keramaian pesta, berusaha menghindari sorotan. Ketika mereka sampai di tempat yang lebih sepi, Bryan menatap K

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Pantang Mundur

    Alice duduk di sudut ruang tamu apartemennya yang luas, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Kota yang tampak tenang di luar sana seolah tak menyadari badai yang tengah berputar di dalam pikirannya. Dia menyesap anggur dari gelasnya, memikirkan banyak hal. "Bagaimana Dia bisa begitu naif?" gumam Alice pada dirinya sendiri. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan—bahwa Gion pantas menerima semua ini. Namun, rasa takut akan konsekuensi dari tindakannya tak bisa sepenuhnya ia abaikan. Bagaimana jika Gion mengetahui apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana jika pria itu memusuhinya? Bayangan itu membuat hatinya berdebar. Ketika bel pintu apartemennya berbunyi, Alice merasa gugup. Dia berjalan ke pintu dan membukanya, menemui sosok yang sudah ia tunggu-tunggu. "Hey, bukannya kamu ikut menemani Gion hari ini?" tanya orang itu setelah masuk dan menutup pintu dibelakangnya. Alice tampak bingung harus memulai dari mana. Yang kelua

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 10 : Detektif Investigasi Bayangan

    Keesokan paginya. Gion menjalani rutinitas pagi yang sudah jarang ia lakukan, berjoging dan berolahraga ringan di depan rumah. Previta yang baru keluar untuk joging bahkan terheran-heran melihat polah tingkah kakaknya itu. Dia mendekat untuk memastikan, "Kak?" Gion berbalik, memandangnya dan tersenyum dengan peluh menetes di dahinya. "Sudah siap?" "Kakak menungguku?" kata Previta, bingung. "Sudah lama kita nggak joging bareng, ayo!" Tanpa berlama-lama lagi, Gion menarik tangan adiknya itu dan keluar dari rumah untuk joging bersama. Selesai joging di sekitar komplek perumahan selama kurang lebih 1 jam, keduanya kembali ke rumah. Gion harus bersiap untuk pergi ke agensi, sementara Previta ada kelas pagi. Gion selesai bersiap lebih awal. Ia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan, sekaligus bekal bagi mereka berdua. Perasannya sedang bagus, oleh karenanya ia berinisiatif memasak tiga menu sederhana kesukaan mereka. "Dek, rumah yang pernah kamu tawarkan ke Kakak ha

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 11 : Peringatan

    Usai bertemu Riko, Gion bertolak ke gedung agensi dan langsung menuju lift, menekan tombol lantai 6—di mana ruang rekaman berada.Hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk sampai, sementara atmosfer di ruangan itu tampak tidak ada yang berubah dari yang diingatnya, selain ini adalah pertama kalinya ia menginjakan kaki di tempat itu lagi setelah 2 tahun.Sambil menunggu artis lain menyelesaikan rekaman, Gion memilih melatih nada dan suaranya terlebih dahulu bersama seorang instruktur profesional. Meskipun suaranya sudah bagus tanpa berlatih sekalipun, ia terkadang tetap tidak percaya diri dengan suaranya.Tak berselang lama, ketukan pintu terdengar, dan manajer rekaman muncul dari balik pintu, memberi isyarat kalau gilirannya sudah tiba. Gion berdiri, merapikan bajunya sedikit, dan mengambil nafas panjang sebelum melangkah masuk ke ruang rekaman.Di dalam booth, suasana terasa lebih sunyi. Hanya ada mikrofon, beberapa alat rekaman, dan kaca besar yang memisahkannya dengan ruangan kon

Bab terbaru

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 11 : Peringatan

    Usai bertemu Riko, Gion bertolak ke gedung agensi dan langsung menuju lift, menekan tombol lantai 6—di mana ruang rekaman berada.Hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk sampai, sementara atmosfer di ruangan itu tampak tidak ada yang berubah dari yang diingatnya, selain ini adalah pertama kalinya ia menginjakan kaki di tempat itu lagi setelah 2 tahun.Sambil menunggu artis lain menyelesaikan rekaman, Gion memilih melatih nada dan suaranya terlebih dahulu bersama seorang instruktur profesional. Meskipun suaranya sudah bagus tanpa berlatih sekalipun, ia terkadang tetap tidak percaya diri dengan suaranya.Tak berselang lama, ketukan pintu terdengar, dan manajer rekaman muncul dari balik pintu, memberi isyarat kalau gilirannya sudah tiba. Gion berdiri, merapikan bajunya sedikit, dan mengambil nafas panjang sebelum melangkah masuk ke ruang rekaman.Di dalam booth, suasana terasa lebih sunyi. Hanya ada mikrofon, beberapa alat rekaman, dan kaca besar yang memisahkannya dengan ruangan kon

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 10 : Detektif Investigasi Bayangan

    Keesokan paginya. Gion menjalani rutinitas pagi yang sudah jarang ia lakukan, berjoging dan berolahraga ringan di depan rumah. Previta yang baru keluar untuk joging bahkan terheran-heran melihat polah tingkah kakaknya itu. Dia mendekat untuk memastikan, "Kak?" Gion berbalik, memandangnya dan tersenyum dengan peluh menetes di dahinya. "Sudah siap?" "Kakak menungguku?" kata Previta, bingung. "Sudah lama kita nggak joging bareng, ayo!" Tanpa berlama-lama lagi, Gion menarik tangan adiknya itu dan keluar dari rumah untuk joging bersama. Selesai joging di sekitar komplek perumahan selama kurang lebih 1 jam, keduanya kembali ke rumah. Gion harus bersiap untuk pergi ke agensi, sementara Previta ada kelas pagi. Gion selesai bersiap lebih awal. Ia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan, sekaligus bekal bagi mereka berdua. Perasannya sedang bagus, oleh karenanya ia berinisiatif memasak tiga menu sederhana kesukaan mereka. "Dek, rumah yang pernah kamu tawarkan ke Kakak ha

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Pantang Mundur

    Alice duduk di sudut ruang tamu apartemennya yang luas, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Kota yang tampak tenang di luar sana seolah tak menyadari badai yang tengah berputar di dalam pikirannya. Dia menyesap anggur dari gelasnya, memikirkan banyak hal. "Bagaimana Dia bisa begitu naif?" gumam Alice pada dirinya sendiri. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan—bahwa Gion pantas menerima semua ini. Namun, rasa takut akan konsekuensi dari tindakannya tak bisa sepenuhnya ia abaikan. Bagaimana jika Gion mengetahui apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana jika pria itu memusuhinya? Bayangan itu membuat hatinya berdebar. Ketika bel pintu apartemennya berbunyi, Alice merasa gugup. Dia berjalan ke pintu dan membukanya, menemui sosok yang sudah ia tunggu-tunggu. "Hey, bukannya kamu ikut menemani Gion hari ini?" tanya orang itu setelah masuk dan menutup pintu dibelakangnya. Alice tampak bingung harus memulai dari mana. Yang kelua

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 8 : Pernyataan resmi

    Karin tampak kebingungan dengan reaksi Gion. Akan tetapi, ia tidak mau memikirkan hal lain dulu selain menyelesaikan masalah ini. "Pertama-tama kita harus meluruskan hubunganmu dengan Bryan! Apa kalian benar-benar sudah baikan? Aku tidak tahu dia dan managernya sudah tahu masalah ini atau belum. Aku akan mencari mereka. Kamu tunggu saja di ruangan ini." Karin kemudian menyerahkan sebuah kartu akses salah satu ruangan di hotel itu kepada Gion.Gion menerimanya dan bergegas keluar dari ruang pesta menuju ke kamar yang dimaksud. Karena Tommy dan petinggi brand lainnya telah meninggalkan pesta lebih dulu, mereka tidak perlu khawatir ikut meninggalkan pesta saat itu. Jika berita ini menyebar tanpa penjelasan yang tepat, itu bisa merusak reputasi mereka berdua dan juga proyek yang sedang mereka kerjakan.Sementara itu, Karin dengan hati-hati membawa Bryan dan managernya menjauh dari keramaian pesta, berusaha menghindari sorotan. Ketika mereka sampai di tempat yang lebih sepi, Bryan menatap K

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 7 : Awal dan masalah baru

    Di belakang Gion, Alice yang masih berdiri kaku di tempatnya merasa semakin bingung. Gion biasanya tidak akan menghindar atau terlihat ragu dalam memutuskan sesuatu yang menyangkut teman-temannya. Akan tetapi, hari ini, ada sesuatu yang berbeda darinya dan itu sangat mengganggunya. Karin yang memperhatikan situasi ini juga semakin merasa khawatir. Karena seperti yang publik ketahui, hubungan antara Gion dan Bryan tidak sebaik ini, bahkan sering kali Gion mewanti-wanti agar menolak tawaran yang memungkinkannya bertemu dengan Bryan. Tak ingin membiarkan situasi ini bertahan lebih lama, Karin memutuskan menghampiri mereka, berniat mengalihkan perhatian Gion sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi."Gion, kita harus bicara sebentar," bisik Karin ketika sudah cukup dekat.Gion menoleh dan mengangguk pada Bryan. "Sebenarnya ada banyak hal yang perlu aku bicarakan denganmu, tapi maaf, sekarang aku harus pergi. Mungkin kita bisa bicara lagi nanti?"Bryan tersenyum kecil, matanya menunj

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 6 : Kawan lama?

    "Untuk saat ini, tidak ada kegiatan berarti yang sedang aku kerjakan. Tapi aku berencana membuat sesuatu yang mungkin akan mengejutkan Ginovers. Untuk projek dengan Jensen, kami akan bekerja seperti basanya.""Wah, bolehkah kamu memberitahu kami sedikit informasi tentang rencana tersebut? Apakah itu tur luar negeri atau syuting acara show?" tanya sang pembawa acara dengan nada bercanda."Aku masih memikirkannya. Kalian semua akan tahu nanti," jawab Gion, melirik kerumunan penggemar sambil terkekeh ringan.Pertanyaan dan pembahasan lainnya terus bergulir, sampai salah satu penggemar yang mendapat kesempatan terdengar bertanya, "Bagaimana cara kamu menanggapi kritik atau kebencian yang muncul di media sosial?"Gion mendengarkan dengan seksama kemudian menghela napas sebelum menjawab, "Kritik adalah bagian dari hidup, terutama bagi seseorang yang berada di dunia hiburan. Aku selalu berusaha untuk menerima kritik yang membangun dan mengabaikan komentar negatif yang tidak berdasar selama t

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 5 : Acara peluncuran produk

    "Aku tidak suka, dan aku tidak mau memakainya," tukas Gion. Di masa lalu, pakaian itu membuatnya dibicarakan semua orang. Tapi, bukan dalam sudut pandang positif.Di sisi lain, Alice tertegun sejenak, menatap Gion dengan tatapan tidak senang. "Kamu serius? Gion, ini bukan waktunya untuk main-main. Pakaian ini disiapkan oleh pihak brand untuk acara hari ini dan aku sudah menyiapkan riasan yang sesuai. Berhenti bersikap kekanakan, pergi dan ganti bajumu!"Gion berdecak kesal, akhirnya ia membawa setelan itu ke dalam bilik ganti. Dengan terpaksa ia memakai baju itu, namun sebelum keluar dari bilik, ia menghubungi seseorang terlebih dahulu agar membawakan sesuatu untuknya."Lihat, pakaian itu sangat cocok untukmu. Kemari, biar aku sempurnakan dengan keajaiban riasanku," ucap Alice menatap penuh kekaguman pada Gion yang baru saja keluar dari bilik ganti.Sayangnya, tak sampai di sana, Gion kembali menyuarakan ketidakpuasan terhadap komponen make up yang digunakan oleh Alice saat merias wa

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 4 : Perkembangan

    "Hari baru, gaya baru." . . Tidak ada lagi reaksi yang berlebihan. Gion sadar bahwa selama ini dirinya sudah terlalu mempermalukan diri sendiri dengan menempeli partnernya itu dan bertingkah seperti jalang murahan. Sungguh menjijikan. Selain itu, Ia masih sangat marah saat mengingat Jensen dengan sengaja menjebaknya malam itu. Hal itu semakin membuka lebar matanya bahwa selama ini keberadaannya sangat mengganggu di sisi pria itu hingga Jensen begitu membencinya. Gerak-geriknya diperhatikan oleh satu orang di ruangan itu tanpa Gion sadari. Entah kenapa, Jensen merasa ada yang salah dari Gion selain penampilannya. Tapi tidak tahu apa itu. Mungkin hanya perasaannya saja, pikirnya. Meeting beragendakan jadwal Gion dan Jenjen selama satu bulan kedepan pun di mulai. Gion memperhatikan dengan santai, ia sudah tahu dan mengerti isi dari pembahasan tersebut. Dan kalau dipikir-pikir sekarang, pekerjaan serta perannya saat ini cukup membosankan, terasa tidak sebanding dengan saat dirin

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 3 : Keputusan

    "Benar-benar bodoh." Gion mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana tidak! Ia sedang berdiri di depan lemari pakaian di kamarnya, mengamati isi dari lemari besar itu. Baju-baju yang tersimpan rapih di dalam sana memiliki desain serta model yang terlalu feminim untuk dipakai oleh pria dewasa. Gion berpikir, bagaimana bisa saat itu ia tertarik membelinya dan merasa baik-baik saja saat memakainya di hadapan publik? Meskipun baju-baju itu dirancang bisa dipakai oleh pria maupun wanita, tetap saja, bukannya terlihat modis justru akan terlihat sangat aneh. Kebiasaannya memakai semua itu adalah berawal dari rekomendasi salah satu teman wanitanya saat ia terpikirkan untuk mengubah gaya berpakaiannya. Awalnya, teman-teman dan rekan sesama artisnya memujinya cocok saat menambahkan kesan lucu karena dinilai sesuai dengan wajah serta proporsi tubuh mungilnya. Mereka bilang penggemarnya juga menyukainya, sehingga entah bagaimana ia akhirnya menuruti untuk mempertahankan gaya berpakaiannya. Sayan

DMCA.com Protection Status