Share

Bab 4 : Perkembangan

Penulis: Asterlyzii
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 15:39:34

"Hari baru, gaya baru."

.

.

Tidak ada lagi reaksi yang berlebihan. Gion sadar bahwa selama ini dirinya sudah terlalu mempermalukan diri sendiri dengan menempeli partnernya itu dan bertingkah seperti jalang murahan. Sungguh menjijikan. Selain itu, Ia masih sangat marah saat mengingat Jensen dengan sengaja menjebaknya malam itu. Hal itu semakin membuka lebar matanya bahwa selama ini keberadaannya sangat mengganggu di sisi pria itu hingga Jensen begitu membencinya.

Gerak-geriknya diperhatikan oleh satu orang di ruangan itu tanpa Gion sadari. Entah kenapa, Jensen merasa ada yang salah dari Gion selain penampilannya. Tapi tidak tahu apa itu. Mungkin hanya perasaannya saja, pikirnya.

Meeting beragendakan jadwal Gion dan Jenjen selama satu bulan kedepan pun di mulai. Gion memperhatikan dengan santai, ia sudah tahu dan mengerti isi dari pembahasan tersebut. Dan kalau dipikir-pikir sekarang, pekerjaan serta perannya saat ini cukup membosankan, terasa tidak sebanding dengan saat dirinya menjadi aktor individu.

Meskipun Morkviland adalah negara maju yang terbuka pada persoalan kesetaraan gender, peminat produk terkait hal tersebut masihlah cukup rendah dibandingkan peminat dari luar negeri. Masyarakat kota tidak mendukung, tidak juga menentang. Mereka hanya tidak mau peduli selama hal itu tidak menimbulkan kerugian pada diri mereka. Menelisik hal itu, Gion berpikir bahwa sudah waktunya ia berhenti.

"Tolong berikan aku waktu untuk mempertimbangkan keputusanku."

Ketiga orang lainnya di dalam ruangan itu saling memandang, keheranan mendengar kata-kata Gion.

"Kenapa tiba-tiba? Kau tidak ingin bekerja bersamaku lagi?" tanya Jensen dengan sebelah alisnya terangkat ke atas.

"Ya." Gion menjawab secara spontan serta tanpa ekspresi di wajahnya. Jawabannya itu cukup mengejutkan semua orang di sana.

"Tapi kenapa? Tunggu, apa kalian bertengkar lagi?... Ayolah, kalian tidak boleh terus seperti ini! Berhenti bersikap kekanakan, banyak penggemar diluar sana yang menantikan kalian." tukas Karin menasihati.

Jensen mengerutkan dahinya menatap Karin dan Gion secara bergantian dengan raut wajah tidak senang. "Kami tidak bertengkar, Kak. Sudah aku duga! Ada yang salah dengannya, kau jadi aneh setelah keluar dari rumah sakit." ucapnya pada Gion.

Jensen tidak masalah jika Gion ingin mengundurkan diri sebagai partnernya. Hanya saja, keputusan tiba-tiba ini membuatnya kesal mengingat dulu Gion sendiri yang memaksa ingin memilihnya sebagai partner. Ia juga frustasi memikirkan nasib penggemar mereka yang akan kecewa dan pergi saat mengetahui mereka berpisah arah.

Gion mengabaikan pria itu, matanya menatap lurus ke arah Karin. "Sebenarnya aku sudah lama memikirkan ini. Berhubung durasi kontrakku berakhir di bulan depan, aku rasa ini waktu yang tepat untuk mengutarakan keputusan akhirku."

Karin menghela napas panjang. Diluar kekhawatirannya, Gion berhak memutuskan jalan karirnya sendiri dan ia tidak bisa berbuat banyak untuk itu. Selama keputusan itu baik bagi semua orang, ia hanya bisa mendukungnya.

"Baiklah jika itu maumu, aku akan mencoba bicara dengan Tuan Thanif. Untuk saat ini, kalian hanya harus bekerja seperti biasanya, jangan coba-coba membuat fans berspekulasi buruk tentang hubungan kalian."

Usai pertemuan berakhir, Gion melanjutkan aktivitasnya, yaitu, berlatih untuk acara sore hari nanti bersama seorang koreografer profesional. Ia mengikuti semua arahan sang pelatih dengan tekun dan penuh semangat demi acara kali ini yang akan menjadi titik awal perubahannya. Dirinya harus menampilkan potensi terbaiknya.

"Bagus, aku suka peningkatan kualitasmu. Inilah yang ingin aku lihat darimu," ucap sang koreografer—Rindi bertepuk tangan bangga.

"Terima kasih, Kak Rindi. Aku masih harus banyak belajar darimu," jawab Gion dengan senyuman rendah hati.

Rindi sedikit tersentak melihat itu. Hal yang tidak biasa dilakukan oleh pemuda itu. "Eiy... ada apa denganmu? Habis menang lotre?"

Gion terpaku kebingungan. "Apa? Tidak..."

Rindi tidak melanjutkan lagi. Mereka kemudian berfokus menyempurnakan gerakan dan ekspresi yang harus ditampilkan oleh Gion selama penampilannya di atas panggung.

Waktu terus berjalan dan hari telah hampir menjelang sore.

Gion tiba di ruangan khusus artis dan staff untuk bersiap. Tim stylist sudah menyiapkan pakaian yang akan dikenakan olehnya. Namun, ketika ia melihat model pakaian itu, ekspresinya berubah tidak puas. Pakaian yang disiapkan adalah setelan dengan desain yang cukup terbuka dan memiliki kesan feminim.

"Cika, aku tidak bisa memakai ini. Terlalu terbuka. Bawakan pakaian yang lain," tolaknya dengan tegas.

Cika terlihat sedikit kaget, namun ia tetap profesional. "Tapi ini adalah setelan yang dipilihkan langsung oleh brand tersebut dan telah disesuaikan dengan konsep acara. Kita tidak bisa seenaknya mengganti sesuatu tanpa anjuran atau izin dari pemilik acara."

Gion menghela napas dan menggeleng dengan tegas. "Aku mengerti, tapi aku tidak bisa memakai itu. Mulai saat ini dan seterusnya, aku juga ingin kalian berhenti meriasku dengan gaya seperti itu, aku tidak suka. Apa kamu mengerti?"

Cika tercengang mendengar kata-kata Gion. Butuh waktu beberapa detik untuk mencerna perkataan pria itu. Apakah Gion ingin mengubah gayanya lagi? Sulit dipercaya hari ini akhirnya tiba.

"Kak Gion... Maaf sebelumnya, apa Kakak mau mengubah gaya? Tapi apa tidak apa-apa? Maksud saya, penggemar--"

"Kamu tidak perlu khawatir, ikuti saja apa kataku. Aku yakin, keputusanku ini adalah apa yang diinginkan oleh penggemarku juga. Sekarang, tolong carikan pakaian dengan warna senada dan yang menurutmu sesuai untuk acara ini. Aku yang bertanggung jawab jika pihak brand merasa keberatan dengan sedikit perubahan ini." Gion berucap dengan percaya diri dan senyuman lebar di bibirnya.

"Apa ini? Kenapa kamu masih belum bersiap? Waktu kita tidak banyak!" Seorang wanita berperawakan tinggi membuka pintu dan masuk ke dalam dengan terburu-buru, menginterupsi percakapan Gion dan Cika. Dia adalah Alice, Perias, juga salah satu teman dekat Gion.

"Kak Alice, kita harus mengubah semuanya," ucap Cika dengan nada ragu.

Alice menatap dua orang di depannya secara bergantian, menuntut penjelasan. "Kenapa? Apa yang terjadi di sini?"

"Aku ngga mau memakai setelan itu. Masih ada waktu, carikan yang lain," ujar Gion dengan nada tak ingin dibantah.

Kening Alice berkerut dalam. "Apa maksudmu? Apa yang salah dengan baju ini?"

Bab terkait

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 5 : Acara peluncuran produk

    "Aku tidak suka, dan aku tidak mau memakainya," tukas Gion. Di masa lalu, pakaian itu membuatnya dibicarakan semua orang. Tapi, bukan dalam sudut pandang positif.Di sisi lain, Alice tertegun sejenak, menatap Gion dengan tatapan tidak senang. "Kamu serius? Gion, ini bukan waktunya untuk main-main. Pakaian ini disiapkan oleh pihak brand untuk acara hari ini dan aku sudah menyiapkan riasan yang sesuai. Berhenti bersikap kekanakan, pergi dan ganti bajumu!"Gion berdecak kesal, akhirnya ia membawa setelan itu ke dalam bilik ganti. Dengan terpaksa ia memakai baju itu, namun sebelum keluar dari bilik, ia menghubungi seseorang terlebih dahulu agar membawakan sesuatu untuknya."Lihat, pakaian itu sangat cocok untukmu. Kemari, biar aku sempurnakan dengan keajaiban riasanku," ucap Alice menatap penuh kekaguman pada Gion yang baru saja keluar dari bilik ganti.Sayangnya, tak sampai di sana, Gion kembali menyuarakan ketidakpuasan terhadap komponen make up yang digunakan oleh Alice saat merias wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 6 : Kawan lama?

    "Untuk saat ini, tidak ada kegiatan berarti yang sedang aku kerjakan. Tapi aku berencana membuat sesuatu yang mungkin akan mengejutkan Ginovers. Untuk projek dengan Jensen, kami akan bekerja seperti basanya.""Wah, bolehkah kamu memberitahu kami sedikit informasi tentang rencana tersebut? Apakah itu tur luar negeri atau syuting acara show?" tanya sang pembawa acara dengan nada bercanda."Aku masih memikirkannya. Kalian semua akan tahu nanti," jawab Gion, melirik kerumunan penggemar sambil terkekeh ringan.Pertanyaan dan pembahasan lainnya terus bergulir, sampai salah satu penggemar yang mendapat kesempatan terdengar bertanya, "Bagaimana cara kamu menanggapi kritik atau kebencian yang muncul di media sosial?"Gion mendengarkan dengan seksama kemudian menghela napas sebelum menjawab, "Kritik adalah bagian dari hidup, terutama bagi seseorang yang berada di dunia hiburan. Aku selalu berusaha untuk menerima kritik yang membangun dan mengabaikan komentar negatif yang tidak berdasar selama t

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 7 : Awal dan masalah baru

    Di belakang Gion, Alice yang masih berdiri kaku di tempatnya merasa semakin bingung. Gion biasanya tidak akan menghindar atau terlihat ragu dalam memutuskan sesuatu yang menyangkut teman-temannya. Akan tetapi, hari ini, ada sesuatu yang berbeda darinya dan itu sangat mengganggunya. Karin yang memperhatikan situasi ini juga semakin merasa khawatir. Karena seperti yang publik ketahui, hubungan antara Gion dan Bryan tidak sebaik ini, bahkan sering kali Gion mewanti-wanti agar menolak tawaran yang memungkinkannya bertemu dengan Bryan. Tak ingin membiarkan situasi ini bertahan lebih lama, Karin memutuskan menghampiri mereka, berniat mengalihkan perhatian Gion sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi."Gion, kita harus bicara sebentar," bisik Karin ketika sudah cukup dekat.Gion menoleh dan mengangguk pada Bryan. "Sebenarnya ada banyak hal yang perlu aku bicarakan denganmu, tapi maaf, sekarang aku harus pergi. Mungkin kita bisa bicara lagi nanti?"Bryan tersenyum kecil, matanya menunj

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 8 : Pernyataan resmi

    Karin tampak kebingungan dengan reaksi Gion. Akan tetapi, ia tidak mau memikirkan hal lain dulu selain menyelesaikan masalah ini. "Pertama-tama kita harus meluruskan hubunganmu dengan Bryan! Apa kalian benar-benar sudah baikan? Aku tidak tahu dia dan managernya sudah tahu masalah ini atau belum. Aku akan mencari mereka. Kamu tunggu saja di ruangan ini." Karin kemudian menyerahkan sebuah kartu akses salah satu ruangan di hotel itu kepada Gion.Gion menerimanya dan bergegas keluar dari ruang pesta menuju ke kamar yang dimaksud. Karena Tommy dan petinggi brand lainnya telah meninggalkan pesta lebih dulu, mereka tidak perlu khawatir ikut meninggalkan pesta saat itu. Jika berita ini menyebar tanpa penjelasan yang tepat, itu bisa merusak reputasi mereka berdua dan juga proyek yang sedang mereka kerjakan.Sementara itu, Karin dengan hati-hati membawa Bryan dan managernya menjauh dari keramaian pesta, berusaha menghindari sorotan. Ketika mereka sampai di tempat yang lebih sepi, Bryan menatap K

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Pantang Mundur

    Alice duduk di sudut ruang tamu apartemennya yang luas, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Kota yang tampak tenang di luar sana seolah tak menyadari badai yang tengah berputar di dalam pikirannya. Dia menyesap anggur dari gelasnya, memikirkan banyak hal. "Bagaimana Dia bisa begitu naif?" gumam Alice pada dirinya sendiri. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan—bahwa Gion pantas menerima semua ini. Namun, rasa takut akan konsekuensi dari tindakannya tak bisa sepenuhnya ia abaikan. Bagaimana jika Gion mengetahui apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana jika pria itu memusuhinya? Bayangan itu membuat hatinya berdebar. Ketika bel pintu apartemennya berbunyi, Alice merasa gugup. Dia berjalan ke pintu dan membukanya, menemui sosok yang sudah ia tunggu-tunggu. "Hey, bukannya kamu ikut menemani Gion hari ini?" tanya orang itu setelah masuk dan menutup pintu dibelakangnya. Alice tampak bingung harus memulai dari mana. Yang kelua

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-20
  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 10 : Detektif Investigasi Bayangan

    Keesokan paginya. Gion menjalani rutinitas pagi yang sudah jarang ia lakukan, berjoging dan berolahraga ringan di depan rumah. Previta yang baru keluar untuk joging bahkan terheran-heran melihat polah tingkah kakaknya itu. Dia mendekat untuk memastikan, "Kak?" Gion berbalik, memandangnya dan tersenyum dengan peluh menetes di dahinya. "Sudah siap?" "Kakak menungguku?" kata Previta, bingung. "Sudah lama kita nggak joging bareng, ayo!" Tanpa berlama-lama lagi, Gion menarik tangan adiknya itu dan keluar dari rumah untuk joging bersama. Selesai joging di sekitar komplek perumahan selama kurang lebih 1 jam, keduanya kembali ke rumah. Gion harus bersiap untuk pergi ke agensi, sementara Previta ada kelas pagi. Gion selesai bersiap lebih awal. Ia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan, sekaligus bekal bagi mereka berdua. Perasannya sedang bagus, oleh karenanya ia berinisiatif memasak tiga menu sederhana kesukaan mereka. "Dek, rumah yang pernah kamu tawarkan ke Kakak ha

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-24
  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 11 : Peringatan

    Usai bertemu Riko, Gion bertolak ke gedung agensi dan langsung menuju lift, menekan tombol lantai 6—di mana ruang rekaman berada.Hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk sampai, sementara atmosfer di ruangan itu tampak tidak ada yang berubah dari yang diingatnya, selain ini adalah pertama kalinya ia menginjakan kaki di tempat itu lagi setelah 2 tahun.Sambil menunggu artis lain menyelesaikan rekaman, Gion memilih melatih nada dan suaranya terlebih dahulu bersama seorang instruktur profesional. Meskipun suaranya sudah bagus tanpa berlatih sekalipun, ia terkadang tetap tidak percaya diri dengan suaranya.Tak berselang lama, ketukan pintu terdengar, dan manajer rekaman muncul dari balik pintu, memberi isyarat kalau gilirannya sudah tiba. Gion berdiri, merapikan bajunya sedikit, dan mengambil nafas panjang sebelum melangkah masuk ke ruang rekaman.Di dalam booth, suasana terasa lebih sunyi. Hanya ada mikrofon, beberapa alat rekaman, dan kaca besar yang memisahkannya dengan ruangan kon

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-15
  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 1 : Berakhir Tragis

    Malam itu, gemerlap lampu kota Mokviland memantul di salah satu jendela kamar hotel mewah. Seorang pria yang tengah berdiri di depan cermin, merapikan pakaiannya dengan teliti. Dia adalah Gionel Attovhano, seorang aktor papan atas yang namanya selalu berada di puncak popularitas. Gion menatap bayangannya di cermin, menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir keraguan yang sempat hinggap di hatinya. Malam ini, ia diundang ke sebuah acara eksklusif di salah satu klub paling bergengsi di kota. Seharusnya ini hanya sekadar pesta untuk bersenang-senang, tapi entah mengapa ada sesuatu yang mengganjal di benaknya, dan ia tidak tahu apa alasan dibalik keraguan ini. Namun, mengingat jadwal syuting yang padat, Gion memutuskan untuk melupakan firasat buruk itu. Toh, ia sudah terlalu sering menghadiri acara semacam ini. Setibanya di klub, Gion disambut oleh sorak sorai penggemar dan kilatan kamera. Senyumnya mengembang sempurna, menyembunyikan segala kecemasan di balik pesona yang selalu i

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04

Bab terbaru

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 11 : Peringatan

    Usai bertemu Riko, Gion bertolak ke gedung agensi dan langsung menuju lift, menekan tombol lantai 6—di mana ruang rekaman berada.Hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk sampai, sementara atmosfer di ruangan itu tampak tidak ada yang berubah dari yang diingatnya, selain ini adalah pertama kalinya ia menginjakan kaki di tempat itu lagi setelah 2 tahun.Sambil menunggu artis lain menyelesaikan rekaman, Gion memilih melatih nada dan suaranya terlebih dahulu bersama seorang instruktur profesional. Meskipun suaranya sudah bagus tanpa berlatih sekalipun, ia terkadang tetap tidak percaya diri dengan suaranya.Tak berselang lama, ketukan pintu terdengar, dan manajer rekaman muncul dari balik pintu, memberi isyarat kalau gilirannya sudah tiba. Gion berdiri, merapikan bajunya sedikit, dan mengambil nafas panjang sebelum melangkah masuk ke ruang rekaman.Di dalam booth, suasana terasa lebih sunyi. Hanya ada mikrofon, beberapa alat rekaman, dan kaca besar yang memisahkannya dengan ruangan kon

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 10 : Detektif Investigasi Bayangan

    Keesokan paginya. Gion menjalani rutinitas pagi yang sudah jarang ia lakukan, berjoging dan berolahraga ringan di depan rumah. Previta yang baru keluar untuk joging bahkan terheran-heran melihat polah tingkah kakaknya itu. Dia mendekat untuk memastikan, "Kak?" Gion berbalik, memandangnya dan tersenyum dengan peluh menetes di dahinya. "Sudah siap?" "Kakak menungguku?" kata Previta, bingung. "Sudah lama kita nggak joging bareng, ayo!" Tanpa berlama-lama lagi, Gion menarik tangan adiknya itu dan keluar dari rumah untuk joging bersama. Selesai joging di sekitar komplek perumahan selama kurang lebih 1 jam, keduanya kembali ke rumah. Gion harus bersiap untuk pergi ke agensi, sementara Previta ada kelas pagi. Gion selesai bersiap lebih awal. Ia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan, sekaligus bekal bagi mereka berdua. Perasannya sedang bagus, oleh karenanya ia berinisiatif memasak tiga menu sederhana kesukaan mereka. "Dek, rumah yang pernah kamu tawarkan ke Kakak ha

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Pantang Mundur

    Alice duduk di sudut ruang tamu apartemennya yang luas, menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Kota yang tampak tenang di luar sana seolah tak menyadari badai yang tengah berputar di dalam pikirannya. Dia menyesap anggur dari gelasnya, memikirkan banyak hal. "Bagaimana Dia bisa begitu naif?" gumam Alice pada dirinya sendiri. Ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini adalah hal yang benar untuk dilakukan—bahwa Gion pantas menerima semua ini. Namun, rasa takut akan konsekuensi dari tindakannya tak bisa sepenuhnya ia abaikan. Bagaimana jika Gion mengetahui apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana jika pria itu memusuhinya? Bayangan itu membuat hatinya berdebar. Ketika bel pintu apartemennya berbunyi, Alice merasa gugup. Dia berjalan ke pintu dan membukanya, menemui sosok yang sudah ia tunggu-tunggu. "Hey, bukannya kamu ikut menemani Gion hari ini?" tanya orang itu setelah masuk dan menutup pintu dibelakangnya. Alice tampak bingung harus memulai dari mana. Yang kelua

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 8 : Pernyataan resmi

    Karin tampak kebingungan dengan reaksi Gion. Akan tetapi, ia tidak mau memikirkan hal lain dulu selain menyelesaikan masalah ini. "Pertama-tama kita harus meluruskan hubunganmu dengan Bryan! Apa kalian benar-benar sudah baikan? Aku tidak tahu dia dan managernya sudah tahu masalah ini atau belum. Aku akan mencari mereka. Kamu tunggu saja di ruangan ini." Karin kemudian menyerahkan sebuah kartu akses salah satu ruangan di hotel itu kepada Gion.Gion menerimanya dan bergegas keluar dari ruang pesta menuju ke kamar yang dimaksud. Karena Tommy dan petinggi brand lainnya telah meninggalkan pesta lebih dulu, mereka tidak perlu khawatir ikut meninggalkan pesta saat itu. Jika berita ini menyebar tanpa penjelasan yang tepat, itu bisa merusak reputasi mereka berdua dan juga proyek yang sedang mereka kerjakan.Sementara itu, Karin dengan hati-hati membawa Bryan dan managernya menjauh dari keramaian pesta, berusaha menghindari sorotan. Ketika mereka sampai di tempat yang lebih sepi, Bryan menatap K

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 7 : Awal dan masalah baru

    Di belakang Gion, Alice yang masih berdiri kaku di tempatnya merasa semakin bingung. Gion biasanya tidak akan menghindar atau terlihat ragu dalam memutuskan sesuatu yang menyangkut teman-temannya. Akan tetapi, hari ini, ada sesuatu yang berbeda darinya dan itu sangat mengganggunya. Karin yang memperhatikan situasi ini juga semakin merasa khawatir. Karena seperti yang publik ketahui, hubungan antara Gion dan Bryan tidak sebaik ini, bahkan sering kali Gion mewanti-wanti agar menolak tawaran yang memungkinkannya bertemu dengan Bryan. Tak ingin membiarkan situasi ini bertahan lebih lama, Karin memutuskan menghampiri mereka, berniat mengalihkan perhatian Gion sebelum sesuatu yang tidak diinginkan terjadi."Gion, kita harus bicara sebentar," bisik Karin ketika sudah cukup dekat.Gion menoleh dan mengangguk pada Bryan. "Sebenarnya ada banyak hal yang perlu aku bicarakan denganmu, tapi maaf, sekarang aku harus pergi. Mungkin kita bisa bicara lagi nanti?"Bryan tersenyum kecil, matanya menunj

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 6 : Kawan lama?

    "Untuk saat ini, tidak ada kegiatan berarti yang sedang aku kerjakan. Tapi aku berencana membuat sesuatu yang mungkin akan mengejutkan Ginovers. Untuk projek dengan Jensen, kami akan bekerja seperti basanya.""Wah, bolehkah kamu memberitahu kami sedikit informasi tentang rencana tersebut? Apakah itu tur luar negeri atau syuting acara show?" tanya sang pembawa acara dengan nada bercanda."Aku masih memikirkannya. Kalian semua akan tahu nanti," jawab Gion, melirik kerumunan penggemar sambil terkekeh ringan.Pertanyaan dan pembahasan lainnya terus bergulir, sampai salah satu penggemar yang mendapat kesempatan terdengar bertanya, "Bagaimana cara kamu menanggapi kritik atau kebencian yang muncul di media sosial?"Gion mendengarkan dengan seksama kemudian menghela napas sebelum menjawab, "Kritik adalah bagian dari hidup, terutama bagi seseorang yang berada di dunia hiburan. Aku selalu berusaha untuk menerima kritik yang membangun dan mengabaikan komentar negatif yang tidak berdasar selama t

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 5 : Acara peluncuran produk

    "Aku tidak suka, dan aku tidak mau memakainya," tukas Gion. Di masa lalu, pakaian itu membuatnya dibicarakan semua orang. Tapi, bukan dalam sudut pandang positif.Di sisi lain, Alice tertegun sejenak, menatap Gion dengan tatapan tidak senang. "Kamu serius? Gion, ini bukan waktunya untuk main-main. Pakaian ini disiapkan oleh pihak brand untuk acara hari ini dan aku sudah menyiapkan riasan yang sesuai. Berhenti bersikap kekanakan, pergi dan ganti bajumu!"Gion berdecak kesal, akhirnya ia membawa setelan itu ke dalam bilik ganti. Dengan terpaksa ia memakai baju itu, namun sebelum keluar dari bilik, ia menghubungi seseorang terlebih dahulu agar membawakan sesuatu untuknya."Lihat, pakaian itu sangat cocok untukmu. Kemari, biar aku sempurnakan dengan keajaiban riasanku," ucap Alice menatap penuh kekaguman pada Gion yang baru saja keluar dari bilik ganti.Sayangnya, tak sampai di sana, Gion kembali menyuarakan ketidakpuasan terhadap komponen make up yang digunakan oleh Alice saat merias wa

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 4 : Perkembangan

    "Hari baru, gaya baru." . . Tidak ada lagi reaksi yang berlebihan. Gion sadar bahwa selama ini dirinya sudah terlalu mempermalukan diri sendiri dengan menempeli partnernya itu dan bertingkah seperti jalang murahan. Sungguh menjijikan. Selain itu, Ia masih sangat marah saat mengingat Jensen dengan sengaja menjebaknya malam itu. Hal itu semakin membuka lebar matanya bahwa selama ini keberadaannya sangat mengganggu di sisi pria itu hingga Jensen begitu membencinya. Gerak-geriknya diperhatikan oleh satu orang di ruangan itu tanpa Gion sadari. Entah kenapa, Jensen merasa ada yang salah dari Gion selain penampilannya. Tapi tidak tahu apa itu. Mungkin hanya perasaannya saja, pikirnya. Meeting beragendakan jadwal Gion dan Jenjen selama satu bulan kedepan pun di mulai. Gion memperhatikan dengan santai, ia sudah tahu dan mengerti isi dari pembahasan tersebut. Dan kalau dipikir-pikir sekarang, pekerjaan serta perannya saat ini cukup membosankan, terasa tidak sebanding dengan saat dirin

  • Kehidupan Kedua: Kesempatan sang Aktor Terlupakan   Bab 3 : Keputusan

    "Benar-benar bodoh." Gion mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana tidak! Ia sedang berdiri di depan lemari pakaian di kamarnya, mengamati isi dari lemari besar itu. Baju-baju yang tersimpan rapih di dalam sana memiliki desain serta model yang terlalu feminim untuk dipakai oleh pria dewasa. Gion berpikir, bagaimana bisa saat itu ia tertarik membelinya dan merasa baik-baik saja saat memakainya di hadapan publik? Meskipun baju-baju itu dirancang bisa dipakai oleh pria maupun wanita, tetap saja, bukannya terlihat modis justru akan terlihat sangat aneh. Kebiasaannya memakai semua itu adalah berawal dari rekomendasi salah satu teman wanitanya saat ia terpikirkan untuk mengubah gaya berpakaiannya. Awalnya, teman-teman dan rekan sesama artisnya memujinya cocok saat menambahkan kesan lucu karena dinilai sesuai dengan wajah serta proporsi tubuh mungilnya. Mereka bilang penggemarnya juga menyukainya, sehingga entah bagaimana ia akhirnya menuruti untuk mempertahankan gaya berpakaiannya. Sayan

DMCA.com Protection Status