Share

Bab 4 : Perkembangan

"Hari baru, gaya baru."

.

.

Tidak ada lagi reaksi yang berlebihan. Gion sadar bahwa selama ini dirinya sudah terlalu mempermalukan diri sendiri dengan menempeli partnernya itu dan bertingkah seperti jalang murahan. Sungguh menjijikan. Selain itu, Ia masih sangat marah saat mengingat Jensen dengan sengaja menjebaknya malam itu. Hal itu semakin membuka lebar matanya bahwa selama ini keberadaannya sangat mengganggu di sisi pria itu hingga Jensen begitu membencinya.

Gerak-geriknya diperhatikan oleh satu orang di ruangan itu tanpa Gion sadari. Entah kenapa, Jensen merasa ada yang salah dari Gion selain penampilannya. Tapi tidak tahu apa itu. Mungkin hanya perasaannya saja, pikirnya.

Meeting beragendakan jadwal Gion dan Jenjen selama satu bulan kedepan pun di mulai. Gion memperhatikan dengan santai, ia sudah tahu dan mengerti isi dari pembahasan tersebut. Dan kalau dipikir-pikir sekarang, pekerjaan serta perannya saat ini cukup membosankan, terasa tidak sebanding dengan saat dirinya menjadi aktor individu.

Meskipun Morkviland adalah negara maju yang terbuka pada persoalan kesetaraan gender, peminat produk terkait hal tersebut masihlah cukup rendah dibandingkan peminat dari luar negeri. Masyarakat kota tidak mendukung, tidak juga menentang. Mereka hanya tidak mau peduli selama hal itu tidak menimbulkan kerugian pada diri mereka. Menelisik hal itu, Gion berpikir bahwa sudah waktunya ia berhenti.

"Tolong berikan aku waktu untuk mempertimbangkan keputusanku."

Ketiga orang lainnya di dalam ruangan itu saling memandang, keheranan mendengar kata-kata Gion.

"Kenapa tiba-tiba? Kau tidak ingin bekerja bersamaku lagi?" tanya Jensen dengan sebelah alisnya terangkat ke atas.

"Ya." Gion menjawab secara spontan serta tanpa ekspresi di wajahnya. Jawabannya itu cukup mengejutkan semua orang di sana.

"Tapi kenapa? Tunggu, apa kalian bertengkar lagi?... Ayolah, kalian tidak boleh terus seperti ini! Berhenti bersikap kekanakan, banyak penggemar diluar sana yang menantikan kalian." tukas Karin menasihati.

Jensen mengerutkan dahinya menatap Karin dan Gion secara bergantian dengan raut wajah tidak senang. "Kami tidak bertengkar, Kak. Sudah aku duga! Ada yang salah dengannya, kau jadi aneh setelah keluar dari rumah sakit." ucapnya pada Gion.

Jensen tidak masalah jika Gion ingin mengundurkan diri sebagai partnernya. Hanya saja, keputusan tiba-tiba ini membuatnya kesal mengingat dulu Gion sendiri yang memaksa ingin memilihnya sebagai partner. Ia juga frustasi memikirkan nasib penggemar mereka yang akan kecewa dan pergi saat mengetahui mereka berpisah arah.

Gion mengabaikan pria itu, matanya menatap lurus ke arah Karin. "Sebenarnya aku sudah lama memikirkan ini. Berhubung durasi kontrakku berakhir di bulan depan, aku rasa ini waktu yang tepat untuk mengutarakan keputusan akhirku."

Karin menghela napas panjang. Diluar kekhawatirannya, Gion berhak memutuskan jalan karirnya sendiri dan ia tidak bisa berbuat banyak untuk itu. Selama keputusan itu baik bagi semua orang, ia hanya bisa mendukungnya.

"Baiklah jika itu maumu, aku akan mencoba bicara dengan Tuan Thanif. Untuk saat ini, kalian hanya harus bekerja seperti biasanya, jangan coba-coba membuat fans berspekulasi buruk tentang hubungan kalian."

Usai pertemuan berakhir, Gion melanjutkan aktivitasnya, yaitu, berlatih untuk acara sore hari nanti bersama seorang koreografer profesional. Ia mengikuti semua arahan sang pelatih dengan tekun dan penuh semangat demi acara kali ini yang akan menjadi titik awal perubahannya. Dirinya harus menampilkan potensi terbaiknya.

"Bagus, aku suka peningkatan kualitasmu. Inilah yang ingin aku lihat darimu," ucap sang koreografer—Rindi bertepuk tangan bangga.

"Terima kasih, Kak Rindi. Aku masih harus banyak belajar darimu," jawab Gion dengan senyuman rendah hati.

Rindi sedikit tersentak melihat itu. Hal yang tidak biasa dilakukan oleh pemuda itu. "Eiy... ada apa denganmu? Habis menang lotre?"

Gion terpaku kebingungan. "Apa? Tidak..."

Rindi tidak melanjutkan lagi. Mereka kemudian berfokus menyempurnakan gerakan dan ekspresi yang harus ditampilkan oleh Gion selama penampilannya di atas panggung.

Waktu terus berjalan dan hari telah hampir menjelang sore.

Gion tiba di ruangan khusus artis dan staff untuk bersiap. Tim stylist sudah menyiapkan pakaian yang akan dikenakan olehnya. Namun, ketika ia melihat model pakaian itu, ekspresinya berubah tidak puas. Pakaian yang disiapkan adalah setelan dengan desain yang cukup terbuka dan memiliki kesan feminim.

"Cika, aku tidak bisa memakai ini. Terlalu terbuka. Bawakan pakaian yang lain," tolaknya dengan tegas.

Cika terlihat sedikit kaget, namun ia tetap profesional. "Tapi ini adalah setelan yang dipilihkan langsung oleh brand tersebut dan telah disesuaikan dengan konsep acara. Kita tidak bisa seenaknya mengganti sesuatu tanpa anjuran atau izin dari pemilik acara."

Gion menghela napas dan menggeleng dengan tegas. "Aku mengerti, tapi aku tidak bisa memakai itu. Mulai saat ini dan seterusnya, aku juga ingin kalian berhenti meriasku dengan gaya seperti itu, aku tidak suka. Apa kamu mengerti?"

Cika tercengang mendengar kata-kata Gion. Butuh waktu beberapa detik untuk mencerna perkataan pria itu. Apakah Gion ingin mengubah gayanya lagi? Sulit dipercaya hari ini akhirnya tiba.

"Kak Gion... Maaf sebelumnya, apa Kakak mau mengubah gaya? Tapi apa tidak apa-apa? Maksud saya, penggemar--"

"Kamu tidak perlu khawatir, ikuti saja apa kataku. Aku yakin, keputusanku ini adalah apa yang diinginkan oleh penggemarku juga. Sekarang, tolong carikan pakaian dengan warna senada dan yang menurutmu sesuai untuk acara ini. Aku yang bertanggung jawab jika pihak brand merasa keberatan dengan sedikit perubahan ini." Gion berucap dengan percaya diri dan senyuman lebar di bibirnya.

"Apa ini? Kenapa kamu masih belum bersiap? Waktu kita tidak banyak!" Seorang wanita berperawakan tinggi membuka pintu dan masuk ke dalam dengan terburu-buru, menginterupsi percakapan Gion dan Cika. Dia adalah Alice, Perias, juga salah satu teman dekat Gion.

"Kak Alice, kita harus mengubah semuanya," ucap Cika dengan nada ragu.

Alice menatap dua orang di depannya secara bergantian, menuntut penjelasan. "Kenapa? Apa yang terjadi di sini?"

"Aku ngga mau memakai setelan itu. Masih ada waktu, carikan yang lain," ujar Gion dengan nada tak ingin dibantah.

Kening Alice berkerut dalam. "Apa maksudmu? Apa yang salah dengan baju ini?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status