Sembari berbicara, Tiara mengulurkan tangan untuk melepas kacamataku.Aku segera menghindar.Gerakanku inilah yang membongkar kebohonganku."Sialan, bukannya kamu buta? Kok begitu cepat menghindarnya?" tanya Tiara sambil menatapku.Aku mempunyai firasat buruk. Gawat, aku ketahuan."Kamu pura-pura, 'kan? Tadi, kamu suruh aku telanjang, kamu lihat semuanya?"Makin dipikirkan, Tiara makin marah dan menerjang untuk melepas kacamataku.Karena tidak bisa berbohong lagi, aku pun menghindarinya sambil berkata, "Aku bukan sengaja pura-pura buta, ini syarat buat kerja di sini.""Kujamin, waktu aku pijat kamu, aku nggak buka mata.""Kamu kira aku anak-anak? Aku nggak percaya! Cepat lepas kacamatamu. Kalau nggak, kuhabisi kamu!"Tiara sangat ganas!Tak disangka, wanita sekurus dan sekecil ini akan begitu kuat.Aku terus menghindar. Dia tidak berhasil menangkapku dan hendak memecahkan barangku.Barang-barang ini disediakan oleh klinik, semuanya bermerek dan berharga.Kalau rusak, aku perlu ganti ru
Karena ini adalah wilayahku, aku yang berkuasa.Pendatang tidak akan bisa mengalahkan penduduk lokal.Kamu datang ke wilayahku, ingin menggertakku?Kamu bercanda?Namun, aku tahu wanita ini sedang memakiku di dalam hati.Tidak masalah. Lagi pula, aku tidak mendengar umpatannya.Dia boleh mengumpatku sesuka hati.Bella kembali berbaring, aku mulai memijatnya.Aku mengusilinya, bukan berarti aku tidak akan mengobatinya.Aku tukang pijat, masih memiliki etika kerja."Kamu duduk terlalu lama, nggak olahraga. Otot pinggangmu tegang. Selain itu, pinggangmu nggak sengaja terkilir.""Aku penasaran, kok pinggangmu bisa terkilir?"Aku bertanya dengan penuh maksud.Sebenarnya, aku ingin bertanya apakah dia terkilir saat berhubungan?Bella memahami maksudku, dia berkata dengan kesal, "Aku terjatuh waktu menuruni tangga. Kenapa? Nggak boleh?"Mendengar ucapan Bella, entah mengapa aku agak bahagia.Baguslah kalau pinggangnya bukan terkilir karena berhubungan dengan pria lain.Semua pria posesif, ter
Ketika aku memijatnya, dia tiba-tiba berkata dengan emosional, "Aku nggak mau dipijat lagi, pergi sana.""Aku baru mulai, belum apa-apa ...."Sebelum aku selesai berbicara, Bella sudah menyelaku dengan galak, "Sudah kubilang nggak mau dipijat lagi."Aku dikejutkan oleh teguran Bella.Aku mulai berpikir bahwa diriku keterlaluan.Aku merasa bersalah.Aku hanya ingin mengusilinya, tidak bermaksud lain.Namun, melihat Bella begitu emosional, aku tidak lanjut mengusilinya."Kalau begitu kamu istirahat sebentar, nanti panggil aku."Aku memakai kacamata hitam dan hendak pergi.Tanpa sengaja, aku menemukan ada yang aneh dengan Bella.Aku berpikir, 'Ada apa dengan Bella?'Tiba-tiba, suatu jawaban muncul di benakku.Aku tercengang.Aku sontak memandang Bella.Bella duduk di meja pijat dengan canggung.Aku yakin tebakanku benar.Ekspresinya dan gaya duduknya aneh.Aku berpikir, 'Masa, sih? Pijatanku tadi membuat Bella terangsang dan langsung ....'Jangan-jangan setelah kami berpisah, dia tidak pe
"Nggak apa-apa. Tiara, kamu boleh keluar sebentar?"Bella ingin menyuruh Tiara keluar. Dengan begitu, dia bisa diam-diam membersihkan area yang basah.Namun, Tiara menolak. Dia bahkan berlari ke sisi Bella dan bertanya dengan prihatin, "Ada apa denganmu? Nggak enak badan? Mana yang nggak nyaman? Kasih tahu aku."Area yang basah itu membuat Bella sangat tertekan.Dia berharap sahabatnya tidak begitu perhatian.Namun, Tiara tidak menyadari ada yang aneh dan menolak untuk keluar.Dia bahkan mengguncangkan tangan Bella. Kalau terus seperti ini, Bella khawatir rok pendeknya akan ikut ternodai.Namun, dia tidak sanggup memberi tahu sahabatnya.Dia terpaksa memakai jaketnya untuk menutupi rasa malunya."Sampai di sini dulu, kita pergi." Bella tidak sabar ingin meninggalkan tempat ini."Hah? Kamu nggak mau dipijat lagi? Pinggangmu masih sakit, nggak?""Nggak, ayo pergi."Bella memakai jaket, topi dan masker, lalu berbalik pergi.Tekadnya sangat kuat.Tiara pun ikut keluar.Ketika mereka keluar
Aku kembali ke kamarku, lalu menutup pintu. Dengan begitu, aku bisa mengobrol dengan Kak Lina.Kak Lina tersenyum lembut. Senyumannya ini sangat menawan.Aku berkata ke arah layar ponsel, "Kak Lina, aku kangen kamu.""Kangen aku, kok nggak telepon aku?""Aku salah. Ke depannya, aku bakal sering-sering telepon kamu. Takutnya kamu merasa terganggu."Aku tidak menyangkal, karena ini memang adalah salahku."Tentu saja nggak merasa terganggu. Aku nggak punya aktivitas, seharian di rumah juga bosan.""Aku malah senang kalau kamu luangkan waktu buat ngobrol denganku."Aku segera bertanya, "Bagaimana dengan adik sepupumu? Sudah pergi?"Lina berkata, "Sharlina bilang tugas minggu ini sangat banyak. Kalau nggak pulang, dia bakal ketinggalan pelajaran. Pagi ini baru pergi."Aku sontak berkata dengan penuh semangat, "Artinya, malam ini aku bisa pergi ke rumahmu?"Meskipun Kak Lina tidak menjawab, tatapannya sudah mengekspresikan segalanya.Dia berharap aku pergi ke rumahnya."Sepulang kerja, aku p
Sepulang kerja, aku tidak sabar ingin menemui Kak Lina.Kami baru berpisah dua hari, tetapi aku merasa sangat lama.Aku sangat merindukannya.Aku membeli sebuket bunga di toko bunga dan beberapa camilan favorit Kak Lina.Aku tidak memanggil Kak Lina, melainkan langsung membuka pintu dengan kunci dan masuk.Aku ingin memberikan kejutan pada Kak Lina.Ketika masuk, aku melihat Kak Lina sedang memasak di dapur.Kak Lina mengenakan gaun biru yang dilapisi dengan celemek, dia sedang membuat makan malam.Adegan ini sangat hangat dan bahagia!Aku diam-diam berjalan mendekat dan memeluk Kak Lina dari belakang.Kak Lina kaget dan langsung memukulku dengan sekop."Kak Lina, aku, Edo."Begitu dipukul dengan sekop, aku langsung menjelaskan.Mendengar suaraku, Kak Lina pun menghentikan aksinya. "Edo, kok kamu? Kamu jalan nggak bersuara. Buat aku kaget saja, kukira Johan tiba-tiba pulang."Meskipun dipukuli Kak Lina, aku sangat bahagia.Kak Lina sangat sensitif pada Johan, tetapi sangat baik padaku.
Pada pukul sebelas malam.Aku pergi lari malam di taman di bawah rumah kakakku.Tiba-tiba aku mendengar suara gemerisik seorang pria dan seorang wanita yang datang dari rerumputan."Wiki, kamu sebenarnya mampu nggak? Kamu bilang kamu nggak terangsang kalau di rumah. Aku ikut ke sini bersamamu, kenapa kamu masih seperti ini?"Saat aku mendengarnya, bukankah ini suara anggun Kak Nia?Bukankah kakakku dan Kak Nia pergi makan malam? Kenapa muncul di taman, bahkan di rerumputan?Biarpun belum pernah punya pacar, aku sudah menonton banyak video instruksional, jadi aku langsung mengerti bahwa mereka sedang mencari sensasi.Nggak kuduga kakakku dan Kak Nia jago mainnya! Mereka ternyata melakukannya di taman ... ini seru sekali.Mau tak mau aku pun mendekat dan menguping.Kak Nia sangat cantik dan memiliki bodi yang super seksi. Mendengar rintihan Kak Nia adalah impianku.Aku berjingkat ke rumput dan diam-diam menjulurkan kepalaku.Kulihat Kak Nia duduk di atas kakakku. Walaupun punggungnya men
"Lina, kamu sudah sampai, ayo masuk, duduk dulu." Selagi aku bertanya-tanya, Kak Nia menghampiri dan berkata kepada wanita itu dengan sangat antusias.Wanita itu masuk ke dalam rumah atas ajakan Kak Nia.Kak Nia memperkenalkan kami satu sama lain.Ternyata wanita itu adalah sahabatnya yang bernama Lina Lasma yang tinggal di sebelah."Lina, ini adik Wiki dari desa yang sama. Namanya Edo Didi. Dia baru tiba kemarin."Lina menatapku dengan heran, lalu berkata sambil tersenyum, "Aku nggak menyangka adiknya Wiki begitu muda dan tampan!""Edo baru saja lulus kuliah, bagaimana mungkin nggak muda? Selain itu, dia bukan hanya muda, dia juga sangat kuat."Entah apakah itu hanya imajinasiku, aku merasa perkataan Kak Nia ada maksud lain dan matanya menatap bagian tertentu di tubuhku.Itu membuatku merasa sangat tidak nyaman.Lina menatapku dari atas ke bawah dan bertanya, "Nia, kalau begitu tukang pijat yang kamu bicarakan itu adikmu ini 'kan?""Benar, itu Edo. Dia belajar ilmu pijat dari kakeknya