Share

Bab 438

Penulis: Galang Damares
Sepulang kerja, aku tidak sabar ingin menemui Kak Lina.

Kami baru berpisah dua hari, tetapi aku merasa sangat lama.

Aku sangat merindukannya.

Aku membeli sebuket bunga di toko bunga dan beberapa camilan favorit Kak Lina.

Aku tidak memanggil Kak Lina, melainkan langsung membuka pintu dengan kunci dan masuk.

Aku ingin memberikan kejutan pada Kak Lina.

Ketika masuk, aku melihat Kak Lina sedang memasak di dapur.

Kak Lina mengenakan gaun biru yang dilapisi dengan celemek, dia sedang membuat makan malam.

Adegan ini sangat hangat dan bahagia!

Aku diam-diam berjalan mendekat dan memeluk Kak Lina dari belakang.

Kak Lina kaget dan langsung memukulku dengan sekop.

"Kak Lina, aku, Edo."

Begitu dipukul dengan sekop, aku langsung menjelaskan.

Mendengar suaraku, Kak Lina pun menghentikan aksinya. "Edo, kok kamu? Kamu jalan nggak bersuara. Buat aku kaget saja, kukira Johan tiba-tiba pulang."

Meskipun dipukuli Kak Lina, aku sangat bahagia.

Kak Lina sangat sensitif pada Johan, tetapi sangat baik padaku.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 439

    Perutku hampir meledak.Aku meregangkan pinggang sambil berkata, "Kenyang sekali. Alangkah indahnya kalau setiap hari bisa seperti ini.""Kalau gitu, tinggal di sini. Aku juga malas masak kalau sendirian.""Oke, sepakat.""Lugas sekali jawabnya, nggak bilang ke kakak iparmu dulu?"Mendengarnya menyebut Kak Nia, aku mengembuskan napas. "Sekarang, Kak Nia lagi ada masalah, mana sempat urusi aku?""Edo, ada apa dengan Nia dan kakakmu?"Aku tidak bisa menceritakan soal masalah kakakku dan Kak Nia. Bagaimanapun, setiap orang punya privasi dan kehidupan masing-masing.Aku hanya bisa berkata, "Terjadi sedikit masalah, tapi aku yakin mereka bisa atasi.""Sebenarnya, kamu bisa manfaatkan kesempatan ini untuk taklukkan kakak iparmu." Kak Lina kembali membahas masalah ini.Namun, dia tidak tahu bahwa aku dan Kak Nia sudah berhubungan.Aku tidak mungkin memberitahunya.Jadi, aku berpura-pura menolak. "Kak Lina, soal Kak Nia, lupakan saja. Aku nggak bisa lakukan.""Bukan apa-apa. Anggap saja dia it

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 440

    Meskipun aku terus menjelek-jelekkan Kak Nancy, sebenarnya aku peduli padanya.Karena aku peduli, ketika aku mengetahui bahwa dia mempermainkanku, aku sangat marah.Bagaimana boleh dia melakukan itu padaku?Aku marah karena aku bukan satu-satunya kekasihnya.Aku tahu aku agak egois, tetapi pria mana yang tidak egois dalam hal seperti ini?Pria mana yang tidak ingin dikelilingi oleh wanita cantik?"Kamu suka Nancy?" tanya Kak Lina.Aku kaget dan segera menjawab, "Nggak, nggak mungkin. Di hatiku, cuma ada kamu seorang."Aku takut Kak Lina menganggapku tidak setia.Namun, Kak Lina malah berkata, "Sekalipun kamu suka Nancy, nggak masalah. Dia cantik, baik, punya tubuh ideal dan jago menghibur pria.""Kalau aku pria, aku pasti suka wanita macam dia."Aku mengira Kak Lina sedang menyindirku, aku segera menjelaskan, "Tapi, aku nggak suka Kak Nancy. Bukan, tepatnya, aku merasa dia nggak cocok dijadikan istri.""Dasar bodoh. Kalau kamu ngomong begitu ke wanita lain, mereka bisa marah," kata Kak

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 441

    Aku langsung menyebutnya istriku.Karena aku makin yakin ingin menikahi Lina."Siapa istrimu? Menyebalkan." Mendengarku menyebutnya istriku, Kak Lina tersipu malu.Aku memeluk Kak Lina dan merasa sangat bahagia.Meskipun kami tidak berbuat apa-apa di malam hari, aku bersyukur dan bahagia dapat tidur dengan memeluk Kak Lina.Keesokan paginya.Aku memeluk Kak Lina dan menciumnya untuk cukup lama. Alhasil, Kak Lina kesulitan bernapas."Sudah, Edo. Sana mandi, nanti telat."Aku memandang Kak Lina dengan tidak rela. "Tapi, aku nggak rela berpisah denganmu, adikku juga."Setelah berkata demikian, aku meraih tangan Kak Lina dan meletakkannya di salah satu anggota tubuhku.Wajah Kak Lina sontak memerah."Keras sekali ...."Aku berkata dengan sedih, "Ya, kalau nggak diselesaikan, nggak bisa pakai celana."Bukannya aku tidak mau bangun, tetapi aku tidak sanggup bangun.Rasanya sangat tidak nyaman.Aku menatap Kak Lina dengan tatapan memelas sambil bertanya, "Kak Lina, bolehkah bantu aku?""Dasar

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 442

    Wiki tersenyum canggung, lalu berkata, "Aku nggak larang kamu. Lina itu wanita baik, bagus juga kalau kalian bersama."Aku bertanya dari lubuk hati terdalam, "Kak, kamu tulus?"Aku berharap Wiki kembali ke jalan yang benar. Dengan begitu, dia akan memperlakukan Kak Nia dengan baik.Wiki menatapku sambil menganggukkan kepala dengan serius. "Edo, setiap kata yang kuucapkan tulus.""Beberapa hari ini, aku tinggal sendirian. Rasanya sangat menderita. Aku berharap kamu dan Nia pulang, kita bisa bercanda seperti dulu."Aku menatap mata Wiki dan dapat merasakan bahwa dia mengucapkan kata-kata ini dengan tulus.Aku meraih tangannya dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Pasti, semuanya akan membaik. Hari ini, aku telepon Kak Nia lagi buat tanyakan kapan dia akan kembali. Sejujurnya, aku juga berharap kamu dan Kak Nia baikan, akan lebih baik lagi kalau kalian bisa punya anak ...."Aku menyadari ada yang salah dengan ucapanku dan segera berhenti berbicara.Mendengarku membahas soal anak, Wiki hany

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 443

    Bagaimanapun, aku dan Wiki berasal dari desa yang sama. Alangkah baiknya kalau kami bisa mempertahankan pertemanan kami.Aku berharap semua kejadian buruk ini segera berlalu dan semuanya menjalani hidup seperti semula.Aku menyalakan mobil dan hendak berkendara menuju Aula Damai.Saat ini, seseorang berjalan mendekat.Dia adalah Bella.Dilihat dari cara berjalan Bella, sepertinya dia datang untuk menemuiku."Tuk tuk tuk." Bella mengetuk jendela mobilku.Aku menurunkan jendela, lalu bertanya, "Ada apa?""Keluar, ada yang mau kubicarakan." Sikap Bella sangat dingin, dia seolah-olah sedang memerintahku.Setiap kali dia bersikap seperti ini, aku memiliki keinginan untuk menentangnya. "Bu Charlene, ini bukan rumah sakit pengobatan tradisional, aku nggak perlu tunduk sama kamu. Kalau ada yang mau kamu bicarakan, katakan, aku bisa dengar."Melihat sikapku, ekspresi Bella berubah drastis.Namun, sepertinya dia malas berdebat denganku dan langsung berkata, "Masalah kemarin, jangan bilang ke ora

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 444

    "Hei, apa maksudmu? Cepat turun."Aku ketakutan. Aku mengangkat tanganku dan tidak berani menyentuhnya.Namun, Bella langsung melepas pakaianku sambil berkata, "Kamu merasa dirugikan, 'kan? Sekarang, kubayar. Kelak, jangan katai aku lagi."Tadi pagi, aku sudah menahan hasratku pada Kak Lina. Setelah dirangsang oleh Bella, aku makin tertekan.Apalagi Bella duduk di area sensitifku, aku sangat kesakitan.Aku terpaksa memegang pantat Bella dan mengangkatnya. "Jangan gila. Aku sudah mau telat, cepat turun.""Nggak, aku mau bayar. Kelak, kalau kamu bilang aku memanfaatkanmu lagi, kuhabisi kamu!"Sembari berbicara, Bella kembali duduk.Jiwaku hampir melayang.Bukan jiwaku, melainkan jiwa adikku."Kalau berani, sini. Aku sudah seperti ini, kalau kamu nggak beraksi, kamu bukan pria."Sembari melepas pakaianku, Bella merangsangku dengan kata-kata.Aku sungguh ingin menahan diri, tetapi setelah dirangsang olehnya, aku benar-benar kehilangan akal sehat.Apalagi dia duduk di pangkuanku dan membuat

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 445

    Kursi pengemudi sangat sempit, dia bisa bersembunyi di mana?"Turunkan kursimu, kenapa masih diam?" kata Bella dengan kesal.Aku tersadar dan segera menurunkan kursiku.Bella seperti seekor belut. Dia langsung melepaskan diri dari pelukanku dan bersembunyi di bawah kursi.Untungnya, dia kurus dan kecil. Kalau dia adalah Kak Nia, dia tidak akan bisa bersembunyi.Bella memperingatkanku dengan pelan, "Jangan diam, cepat kendarai mobil.""Sialan, kamu bersembunyi di sana, aku mana bisa kendarai mobil?"Aku bahkan tidak bisa merentangkan kakiku, bagaimana bisa menginjak rem dan pedal gas?Namun, Bella tidak peduli dan terus mendesakku untuk mengemudikan mobil.Hal ini tidak memungkinkan.Saat ini, Tiara melihatku. Dia berjalan ke arahku.Aku segera mengingatkan Bella. "Sembunyi baik-baik, jangan bersuara. Sahabatmu datang."Setelah berkata demikian, aku menyadari sesuatu dan segera memakai kacamata hitam.Tak lama kemudian, Tiara datang."Dasar penipu. Aku sudah tahu kamu nggak buta, kok ma

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 446

    Aku mengemudikan mobil ke tempat sepi, lalu menghentikan mobil.Bagaimanapun, Bella masih bersembunyi di bawah, aku tidak leluasa menginjak pedal gas dan rem. Jadi, aku tidak berani berkendara dengan kecepatan tinggi.Setelah memarkir mobil, aku berkata pada Bella, "Sudah, sahabatmu sudah kusingkirkan. Cepat pergi."Bella keluar dari bawah dan mendelikku dengan galak.Aku berpikir dalam hati, 'Kenapa lihat-lihat?'Bukan aku yang menyuruhmu bersembunyi di sana.Dasar wanita gila.Namun, aku tidak mengucapkan apa pun. Bagaimanapun, kami baru saja berhubungan. Kalau aku mengasarinya, aku agak keterlaluan.Bella merangkak keluar dari pelukanku. Setelah merapikan pakaian, sikapnya masih sangat dingin. "Mulai sekarang, kita nggak saling berutang. Kelak, jangan muncul di hadapanku.""Maksudmu ... lupakan saja. Aku malas berdebat denganku. Kalau ketemu kamu, aku menghindar, oke?"Aku tidak ingin berdebat dengannya dan berusaha untuk berdamai dengannya.Tanpa basa-basi, Bella langsung berbalik

Bab terbaru

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1188

    Aku mengacungkan 4 jariku. "40 juta."Hal semacam ini harus dilakukan selangkah demi selangkah. Aku tidak bisa meminta terlalu banyak sekaligus. Jika seperti itu, aku akan membuat orang tua itu takut.Jika dibandingkan dengan keuntungan selama dua hari terakhir, 40 juta hanyalah setetes air di lautan.Pria tua itu menggertakkan giginya. "Oke. Aku akan memberikannya."Saat berkata, dia mengeluarkan ponsel dan hendak mentransfer uang padaku."Aku nggak mau terima transfer, aku hanya mau uang tunai!" Hal ini untuk menghindari tertinggalnya bukti apapun.Pria tua itu mengerutkan keningnya. "Bagaimana mungkin aku punya uang tunai? Saat ini, aku hanya menggunakan aplikasi ....""Ada bank di seberang kompleksmu. ATM-nya buka 24 jam sehari. Aku akan menunggumu di sini."Pria tua itu melotot tajam ke arahku, lalu dia berbalik dan pergi.Saat Zudith mendengar pintu terbuka, dia segera bersembunyi di tangga.Sementara aku menunggu dengan tenang di dalam rumah.Wanita menawan itu muncul lagi. Dia

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1187

    Kami tinggal di sana sampai setelah pukul sepuluh malam. Saat ini, jumlah pelanggan di sini berangsur-angsur berkurang.Pemilik klinik itu begitu gembira hingga tersenyum lebar.Setelah dia masuk ke mobil dan pergi, aku dan Zudith segera mengikutinya.Kami mengikutinya sampai ke kompleksnya.Kami mengikuti hingga di depan rumahnya.Pria tua ini sudah tua, tetapi istrinya masih muda, cantik, bertubuh indah, berkulit putih, menawan dan memesona."Sialan, dia suka daun muda," kata Zudith dengan rasa iri.Menurutku, wanita itu bukan istrinya, tetapi lebih seperti simpanannya.Namun, ini tidak penting."Kamu siap?" tanyaku pada Zudith.Tiba-tiba, Zudith merasa sedikit gugup. Dia menepuk dadanya dengan kuat, "Ini pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini. Aku sangat takut. Apa yang harus aku lakukan?""Tenangkan suasana hatimu. Sekarang kamu sudah di sini, kamu harus berhasil."Zudith segera menepuk dadanya.Setelah menenangkan diri, akhirnya Zudith merasa lebih baik."Kalau begitu, aku

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1186

    Kiki adalah orang yang paling tidak sabaran. Karena dia kekurangan uang, dia tidak berani membiarkan klinik rugi."Pergilah."Aku memaksanya untuk kembali dan memilah-milah tanaman herba.Aku melihat apotek di sana. Perang harga makin sengit. Arus pelanggan pun makin meningkat.Aku juga ingin menjadi seperti Harmin yang tenang, tetapi aku tidak bisa tinggal diam.Jika Xander ingin macam-macam denganku, dia pasti tidak akan membiarkan pihak lain mengakhiri perang harga secepat ini.Jika ini terus berlanjut, klinik kami tidak akan mampu bertahan.Aku harus menemukan cara untuk menyelesaikannya.Aku kembali ke klinik, lalu menarik Zudith ke kantorku."Kemarilah, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.""Apa yang kamu lakukan? Kamu sangat misterius. Kenapa kamu nggak mengajak Kiki?"Aku menjelaskan, "Kiki nggak sabaran. Aku khawatir kalau aku memberitahunya, dia nggak akan bisa menahan diri sedetik pun. Selain itu, masalah ini agak berbahaya. Kita nggak bisa mendapat masalah di saat bersa

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1185

    Setelah Cindy pergi, aku berbaring di ranjang. Aku ingin beristirahat dengan nyaman.Telepon itu tiba-tiba berdering. Panggilan itu adalah panggilan Xander.Aku tidak menjawabnya. Aku langsung mematikannya.Namun, Xander meneleponku lagi.Aku langsung memblokirnya.Xander mengirimkanku pesan WhatsApp, [Edo, aku nggak menyangka kamu begitu berbakat. Kamu bahkan membuat salinannya. Karena kamu nggak menginginkannya lagi, aku akan menghancurkannya.]Di bawahnya adalah sebuah video.Xander melemparkan buku medis peninggalan kakekku ke dalam anglo. Buku itu dilalap api, lalu terbakar sedikit demi sedikit.Meskipun aku memiliki salinannya, aku tetap merasa iba melihat kerja keras kakekku dirusak.Aku membalas Xander, [Apa gunanya ini bagimu?]Xander segera membalasku, [Nggak ada gunanya, tapi ini bisa membuatmu kesal.]Orang ini benar-benar gila!Aku bahkan memblokir kontak WhatsApp-nya.Sore harinya, aku pergi ke Aula Damai dan memberi tahu Harmin tentang masalah Xander.Harmin berkata samb

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1184

    Aku merasa sangat puas dengan jawaban ini.Karena jawaban itu benar-benar menonjolkan kelebihan mereka. Masing-masing dari mereka memiliki karakteristik sendiri.Namun, Dama dan Kendru tidak merasa puas."Edo, kami memintamu untuk menjawab pertanyaan pilihan ganda, bukan pertanyaan esai."Dama juga berkata dengan nada dingin, "Kamu harus memilih salah satu dari keduanya.""Aku nggak akan memilih opsi mana pun. Aku berpikir keduanya hebat."Sebagai orang dewasa, saat diminta untuk memilih antara dua pilihan yang bagus, aku menginginkan keduanya.Tentu saja aku tidak berani mengatakannya dengan lantang. Aku hanya bisa mengeluh dalam hatiku.Setelah berkata, aku bergegas pergi. Tempat itu berbahaya. Aku tidak bisa tinggal di sini sedetik pun.Aku berlari turun ke bawah secepat yang aku bisa. Aku ingin menghindari mereka memanggilku kembali.Aku berpikir orang tua Bella ada di sini. Aku tidak perlu tinggal di sini, jadi aku langsung meninggalkan rumah sakit.Aku pergi ke klinik.Kiki berta

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1183

    Perkataannya itu adalah pidato seorang wanita mandiri!Dulu, Lina lemah dan pemalu. Dia seperti seorang kakak yang lugu. Aku tidak pernah menyangka ada hari di mana pemikirannya akan berubah.Aku merasa sangat bahagia untuknya."Aku merasa ada lapisan cahaya di tubuhmu yang membuatmu makin menawan." Hal ini merupakan kelebihan lain yang aku temukan mengenai Lina.Mendengar kata-kataku, Lina terhibur. "Kamu sangat pandai bicara. Kamu pandai membuatku senang.""Nggak, aku mengatakan yang sebenarnya."Aku melihat ke arah koridor. Aku melihat Dama masih berdebat dengan Kendru.Aku bertanya dengan rasa ingin tahu, "Ada apa dengan ayahmu? Bukankah dia selalu meremehkanku? Kenapa dia bersaing dengan Paman Kendru untuk merebutku?""Ayahku sama sekali nggak merebutmu. Dia hanya suka melawan Paman Kendru."Ternyata seperti itu. Lina telah berubah. Apakah Dama juga telah berubah?Ternyata aku terlalu berangan-angan.Namun, aku merasa menarik menyaksikan dua orang tua sukses bertengkar.Mereka tid

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1182

    "Charlene telah banyak membantuku, jadi aku harus melakukan sesuatu untuknya. Aku tahu dia nggak butuh uang. Kamu juga nggak butuh uang. Tapi, ini satu-satunya hal yang dapat aku lakukan."Tiara baru saja mendapat pekerjaan baru-baru ini. Dia tidak bisa tinggal untuk menjaga Bella, jadi dia ingin berusaha sebaik mungkin untuk membantu.Aku terlalu malas untuk berdebat dengannya, jadi aku menerima kartu itu.Adapun penggunaan uangnya, itu terserah padaku."Jangan beri tahu Charlene," kataku Tiara mengingatkanku lagi.Aku mengangguk sambil berkata aku mengerti. Kemudian, dia masuk dengan tenang.Setelah beberapa saat, Kendru dan Diana muncul.Bangsal itu penuh dengan orang. Aku membuat keputusan tepat untuk keluar dari bangsal.Namun, tidak seorang pun dari mereka yang tinggal. Akhirnya, mereka pergi satu demi satu.Kendru juga mengingatkanku, "Edo, aku tahu kamu masih peduli dengan Charlene. Manfaatkan kesempatan ini untuk memupuk hubungan kalian. Aku sangat optimis dengan kalian."Dian

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1181

    Aku mengusap kepalaku dan berkata, "Bu Jessy, kamu memukulku terlalu keras. Kamu membuat kepalaku berdengung.""Huh, siapa yang menyuruhmu memanfaatkan Charlene? Menurutmu, kamu bisa memanfaatkan Charlene?"Semuanya telah berakhir.Suasana yang indah hancur seperti ini. Aku khawatir aku tidak akan mempunyai kesempatan untuk bertanya lagi.Bella diam-diam menghela napas lega. Kemudian, dia menatap Jessy dan Yuna sambil tersenyum."Jessy, Yuna, kalian sudah tiba."Yuna duduk di dekat jendela. Dia memegang tangan Bella dengan lembut. "Bagaimana kamu bisa sampai seperti ini?""Aku nggak sengaja terkena air panas. Ini nggak parah.""Itu bukan versi yang aku dengar. Aku dengar kamu membuat dirimu seperti ini demi seseorang," tanya Jessy sambil tersenyum.Bella merasa bersalah hingga tatapannya mengelak. "Siapa yang memberitahumu hal itu?""Yani, sahabatmu yang berprofesi sebagai polisi. Aku kebetulan bertemu dengannya dalam perjalanan ke sini. Dia yang memberitahuku.""Jangan dengarkan omong

  • Kehidupan Edo yang Menakjubkan   Bab 1180

    Bella memiliki semua yang dia butuhkan. Dia adalah putri dari Keluarga Lugos. Ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal di Kota Jimba.Dia tidak kekurangan pelamar di sekelilingnya, termasuk segala pemuda berprestasi dan pengawal yang gesit ....Secara logika, dia seharusnya tidak mempunyai perasaan yang aneh-aneh padaku. Namun, entah kenapa dia mempunyai perasaan yang berbeda padaku.Suasana hati Bella kacau balau. Tiba-tiba, dia menjadi tersinggung lagi. "Edo, turunkan aku."Saat itu, aku memeluknya dengan baik. Tiba-tiba, dia bersikap seperti ini, sehingga aku merasa bingung lagi."Kenapa? Apa aku menyakitimu?""Nggak!" Bella kembali ke menunjukkan ekspresi cuek yang biasa. Dia bahkan menargetkanku. "Aku nggak membutuhkan perhatianmu lagi, pergilah.""Kenapa?""Nggak apa-apa. Pergilah.""Apa kamu merasa kamu bertingkah sedikit aneh dua hari terakhir ini?" Aku tidak pergi. Aku hanya ingin mencari tahu apa yang terjadi padanya.Bella tidak menjawabku.Aku menghitung tindakannya dengan

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status