Aku dibilang bocil atau bocah cilik saat berkenalan dengan seorang janda mempunyai anak tiga. Kecantikannya membuat aku jatuh hati, walaupun perbedaan usia yang relatif jauh, saat ini umurku 24 tahun dan dia telah 36 tahun. Berusaha membuktikan kepadanya bahwa aku bisa bersikap dewasa dan dipilih di antara banyaknya yang ingin memperistrinya. Walaupun orang tuaku tidak mengizinkan aku berpacaran dengan seorang janda beranak tiga. Namun hati ini tetap cinta dan yakin akan pilihanku. Bagaimana kisahnya nanti?
Lihat lebih banyakAku dan Nisa telah sampai pada sebuah rumah yang terlihat lumayan cukup luas, dengan warna cat kuning terkesan jelas bentuknya. Pekarangan halaman dengan berbagai macam pepohonan menambah mendamaikan hati. Ya, aku tengah berdiri di depan rumah Bapakku. Di wilayah ini Bapakku merupakan orang terpandang karena memiliki sawah yang luas serta perkebunan, memperkerjakan para petani yang berasal dari lingkungan daerah ini juga.Aku menoleh memandangi Nisa yang sedikit takjub melihat rumah Bapakku, jantung ini semakin berdegub kencang. Sempat aku hentikan langkahku untuk menghela nafas, mencoba menenangkan diri sebelum masuk ke rumah.Nisa merapikan dirinya dan mengusap serta membersihkan wajahnya."Yah, aku kok deg-degan, ya," lirih Nisa melepaskan genggaman tanganku."Sama Bun, Ayah juga nih, heee," cetusku mengelus dada."Dih Ayah, kok Ayah ikutan sih, masa sama orang tua sendiri Ayah takut, hayoo ... Karena aku seorang janda, ya," Nisa melontarkan kata-kata yang membuatku kaget."Eh, gak
Aku membayar dan memberikan kartu identitasku, lalu kami di arahkan menuju ke kamar. Aku lihat Nisa hanya diam saja, masih aneh! Gumamku dalam hati. Kenapa ia tidak seperti biasa yang ada rasa takut jika terjadi suatu hal karena berdua dalam satu kamar, seringnya Nisa yang selalu mengingatkan supaya menjauhi agar menjaga sampai menikah. Tapi, ini kok malah ia yang mengajak, senyumnya serasa menghilang.Krek ...."Silahkan masuk Pak, mau ada pesanan lain, teh panas atau kopi mungkin?" tanya staff penginapan."Boleh deh Pak, teh manis panas dan kopi panas, ya," jawabku dan memesannya."Baik Pak, sebentar, ya," staff itu meninggalkan kamar kami.Aku merapatkan pintu kamar menunggu pesanan minumanku diantar."Ya udah, kamu tiduran dulu, Bun, Yah dah pesan teh manis," ucapku pada Nisa.Perlahan Nisa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, aku menunggu duduk di bangku, sembari mengecharge ponselku."Tok ... Tok, permisi," suara dari lu
Aku memberanikan diri mengajak Nisa menemui kedua orang tuaku di kampung. Berhubung karyawanku sudah kembali. Jadi, kios sudah ada yang menjaganya.Rencananya besok aku dan Nisa berangkat. Sementara anak-anak di titipkan kepada saudaranya.Segera aku mempersiapkan semuanya."Semoga saja, Bapak dan Ibu menyetujuinya," gumamku sembari mengemas beberapa pakaian untuk aku bawa."Bunda, kamu udah siap-siap belum," tanyaku pada Nisa."Udah Yah, jam berapa kita berangkat Yah, menitipkan anak-anak dulu ya, Yah," cetus Nisa."Sore ini kali ya, Bun, jadi Ayah bermalam dulu di rumah kamu, besok pagi baru kita berangkat, gimana?" Pintaku."Ya udah Yah, Bunda bergegas kalau gitu," Nisa mengiakan.Aku memberi penjelasan pada karyawanku dan mempercayai semuanya untuk beberapa hari saja dan menekankan agar menjaga kesehatan, jangan paksakan jika sudah letih atau kondisi warung ramai, tidak harus tutup malam."Ayo Bun, kita berangkat," cel
Pov : Yudi"Lihat aja! Gue, enggak akan tinggal diam, pokoknya berbagai cara pasti gue lakukan untuk mendapatkan Nisa kembali atau gue, buat Nisa tidak tidur nyenyak."Yudi berucap dalam hati, langkahnya dengan penuh kebencian karena kekecewaan seusai ke luar dari kontrakan Nisa. Hatinya telah tertutup kabut hitam, bisikkan jahat telah merasukinya."Ayo Pak, kita pulang," pintanya pada Supir yang telah menunggu cukup lama."Oke, Pak," Pak Supir tidak banyak berkata, melihat raut wajah Yudi yang terlihat berubah penuh dengan amarah.Pak Supir masuk ke dalam mobil, menyalakan mobil. Yudi duduk di bangku depan. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, membuka menu kontak dan menskrolnya mencari sebuah nama kontak teman lamanya. Yudi membutuhkan bantuan perihal infornasi masalah pelet dan sihir. Berapapun biayanya akan ia bayar, asalkan mampu dan berhasil, apa yang menjadi keinginannya terwujud.Yudi telah menemukan kontak temannya lalu mengirim pesan
Hari yang paling tidak mengenakkan adalah disaat mantan Suaminya bertemu anaknya dan bersama itu juga aku melihatnya serta duduk bersama. Apa lagi dengan cara bodoh yang ia lakukan menguntil diam-diam, rasa cemburu ditambah terbakar lagi karena kini, ia mengetahui rumah kontrakan yang di tempati Nisa dan anak-anaknya.Aku emosi dan segera menghampirinya."Ayuk Bun, kita ke kontrakan, maunya apa sih mantan Suami kamu itu, enggak punya etika banget," ucapku."Ya udah yuk, Yah. Tapi jangan ribut ya Yah, ingat tetangga berdempetan, kalau kita diusir gimana? Wilayah ini juga kan tempat Ayah cari rejeki," tutur Nisa."Iya, ya. Bener juga kamu Bun," gumamku dalam hati sambil memikirkan perkataan Nisa, ada benarnya juga, ya. Bisa jelek di mata pelangganku nantinya."Oke, Bun, Ayah enggak akan marah-marah, kok," sahutku.Aku dan Nisa berjalan keluar kios, langkahku terasa malas dan berat. Panas mentari semakin menampakkan sinarnya, seiring bara di hatiku
Aku telah sampai dan berhenti tepat di gang rumah kontrakan Nisa. Kemudian aku membayar tarif taksi online, aku turun terlebih dahulu untuk menggendong anaknya Nisa, membuka pintu belakang mobil dan meraih anaknya yang tengah tertidur. Disusul kedua anaknya turun melalui pintu belakang mobil sebelah kanan.Terlihat wajah yang masih mengantuk diantara anak-anaknya, kami berjalan masuk melalui gang bersama-sama."Yah, tumben rame sih, Ibu-ibu," bisik Nisa."Udah biarin saja, permisi saja Bun, lirihku perlahan."Permisi, Bu ...," Aku dan Nisa berucap."Wah, habis jalan-jalan nih, Mas Farhan dan Mba Nisa," celetuk salah satu Ibu-Ibu."Iya Bu, persiapan nikah," aku menjawabnya dengan sengaja dan Nisa tersenyum mengangguk."Oh ya udah kalau gitu, cepat-cepat deh, Mas," Ibu itu menjawab.Jawabannya mengandung makna yang tidak mengenakkan."Insya Allah, Bu," ujarku sambil melangkah melanjutkan berjalan.****Kembali ke Yudi.
Pov : YudiSetelah kejadian itu, Rina masih terlihat murung bersedih dan Yudi terus menenangkannya agar Rina percaya dan tidak memperkarakan masalah itu. Akhirnya Yudi berhasil dengan segala bujuk rayunya, malam itu tepatnya pukul 11 malam Rina minta diantar pulang ke rumahnya dan Yudi mengiakannya.Kebetulan sekali Rina ingin pulang, dalam hati Yudi berkata, karena besok mau menemui Nisa dan anak-anaknya."Janji ya, Mas, enggak akan ninggalin aku," ucap Rina sebelum meninggalkan kamar hotel."Iya De, Mas sangat ingin menjadi Suami kamu, percaya deh, kamu tinggal bilang maunya kapan," jawab Yudi sembari membelai rambut Rina."Iya Mas, tunggu waktu yang tepat, sampai orang tuaku datang dan pulang ke rumah," sahut Rina."Iya De, Mas tunggu."Mereka telah siap dan Yudi telah memesan taksi online. Jemputan datang, Yudi dan Rina meninggalkan kamar hotel.Mobil menunggu di parkiran, melangkah turun menghampiri mobil, sikap Rina semakin man
Pov : YudiUsai makan siang dengan Rina wanita yang ia kenal di sebuah Mall dan merupakan karyawati toko. Yudi merasa tertarik dan ingin berusaha membuat Rina mau datang ke kamar hotelnya. Upaya awalnya mengajak makan sudah, memperlihatkan uang yang banyak juga sudah. Kini, tinggal merayu Rina, keinginan Yudi terhadap Rina untuk dapat memiliknya."Rin, ini Mas Yudi, kamu pulang jam berapa?" Yudi mengirim pesan pada Rina, sesudahnya sampai di kamar hotel.Merasakan ponselnya bergetar di balik kantong celana belakangnya, Rina mengambilnya dan membuka handphonenya. Setelah melihat pesan itu dari Yudi, Rina tersenyum, segera membalasnya."Pulang sore Mas, kenapa?" Balas Rina."Mas, mau jemput, hee," balasnya lagi."Jemput? Mas mau ke sini? Tanya Rina."Iya De, yang tadi Mas bilang, mau kenalan sama orang tua kamukan, gimana?"pinta Yudi pada pesan."Secepat itu Mas? Jangan sekarang Mas," balas Rani menolaknya."Ya, Mas mau nunjukin kes
Pov : Yudi "Memang hanya Nisa, ya, yang mengerti, aku sangat menyesal sekali telah menyia-nyiakannya, demi nafsu melihat wanita lain. Wanita yang aku nikahi ternyata matre, egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri saja. Maunya uang banyak selalu ada, aku cape dan akhirnya aku bercerai lagi." Ungkap Yudi mantan Suami Nisa di kamar hotel menenangkan diri. "Tapi, apakah Nisa mau menerimaku kembali, ya, sedangkan ia mau menikah, aku harus cari cara agar bisa mendapatkannya lagi. Jangan sampai hartanya jatuh pada tangan Lelaki itu, tapi bagaimana? Pasti Nisa masih dengan berjuta kemarahan dan kebencian. Oh, iya! Anak-anak, aku harus bisa mendapatkan hati anak-anak lagi. Aha! Belikan mainan-mainan dulu deh, si Kaka akan aku belikan baju-baju yang ia sukai, oke! Berangkat." Yudi masih berbicara dalam hati, mencari cara untuk mendapatkan hati Nisa lagi melalui anak-anak. "Tapi, andai Nisa jadi menikah dengan Lelaki itu, aku akan terus mengganggu r
Assalammualaikum, hai ... Status kamu janda, ya."Aku bertanya pada seorang wanita cantik, melihat profilnya tertulis -menjanda/menduda- aku benar-benar mengaguminya. Menunggu balasan darinya lama sekali."Coba deh, aku komentari di berandanya."Aku klik foto profilnya dan terlihat berandanya, scrol lagi ke bawah dan melihat-lihat isi berandanya, aku membaca status yang disertai gambar fotonya, aku ikut bergabung dengan banyaknya Lelaki yang berkomentar juga di situ."Aku sudah inbox, apa boleh mengenal kamu dengan serius," tanyaku di kolom komentar.Komentarku dibalasnya."Bocil mau ngapain inbox?" Balasnya dikomentar."Aku serius mau berkenalan," jawabku."Aduh bocil ngeri juga ini, udah pulang, cuci kaki, tidur san...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen