Beranda / Urban / PERJAKA MENIKAHI JANDA / Belajar Dewasa Dan Menjadi Ayah

Share

Belajar Dewasa Dan Menjadi Ayah

Penulis: Erwin Fathar
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-07 18:55:43

Setelah aku dan Nisa tertawa-tawa di depan kasir, kami menuju ke tempat duduk, aku masih menggendong anaknya Nisa dengan satu tangan kiri, tangan kananku membawa makanan. Nisa juga demikian membawa makanan yang di pegang kedua tangannya.

"Sabar ya, Mas Farhan. Begitulah menjadi Ayah, belajar, haha," guyon Nisa.

"Siap bersabar, haha," jawabku sambil kerepotan menggendong dengan satu tangan.

Langkah aku percepat karena takut jatuh makanan yang aku bawa ini. 

"Nah, kita duduk di sini saja," segera aku meletakkan makanan itu mencari meja dan tempat duduk terdekat.

Setelah tanganku menaruh makanannya, aku duduk dan memangku anaknya.

"Sini De, Omnya mau makan dulu, kamu Ibu suapin sini, Nak," Nisa mengulurkan kedua tangannya mau mengambil alih anaknya dari pangkuanku.

"Sama Om saja," celetuk anaknya dengan polos.

"Hahaaa ... Asik. Ciee, sabar ya Om, emang gitu, kalau gak kuat lambaikan tangan ya, Om. Itu kameranya ada di depan kamu, hahaha." Nisa meledek dan tertawa dengan girangnya.

"Aku harus kuat, ini bukan uji nyali tapi ini uji hati, huhuuu," aku sambut candanya.

"Apa begitu ya, Lelaki lebih muda, lebih santai. Gak terlalu serius gitu," ucap Nisa.

"Ya, gak gitu juga, Nis. Ayo De, Om suapin," aku mencoba menyuapi anaknya.

"Om ... Nasinya jangan kebanyakan juga," tegur Nisa.

"Maaf Nis, tuhkan kebanyakan ya, nasinya," aku terlalu banyak mengambil nasinya hingga mulut anaknya kepenuhan dan berantakan.

"Namanya baru belajar, Nis, maaf ya."

"Iya Om Farhan, tenang saja, bertahap."

Nisa mengajariku dan anaknya masih di atas pangkuanku.

"Om cape, ga?" Ledek Nisa lagi.

"Ga, Nis, Om kuat kok."

"Masak sih ... Om, bagus deh kalau kuat, mah, jadi aku bisa santai sesekali ini, yuhuu," celetuk Nisa. (Menyebut masak, candaan perkatannya)

"Seneng, seneng ... Oh iya, Nis rumah kamu jauh gak dari sini," aku bertanya.

"Deket kok, Mas, naik angkot 10 menit," ujarnya.

"Loh, tadi kamu naik angkot?" Tanyaku.

"Iya Mas, emang kenapa, kalau naik onlie gak enak ah, takut ditaksir pengemudinya, heee," jawaban Nisa becanda.

"Hahaha ... Bisa aja kamu, eh iya, tapi bener juga, kamu kan cantik, awas jatuh, Nis. Pegangan! Takutnya dipuji jatuh, hee," aku meladeni lagi candaannya.

"Huaah ... Gubrak dong! Masak sih Mas, aku cantik, di lihat dari mananya, ets! Tapi kamu gak boleh lihat aku, harus nunduk," gegasnya bercanda lagi.

"Gimana nilainya, Nis, kalau gak boleh lihat, dari tadi juga Mas dah lihatkan," aku memandanginya memang tidak pernah lama.

"Maksud aku, Mas jangan lama-lama lihatin akunya, gak boleh ya, Mas," sahut Nisa.

"Iya deh, pokoknya kamu udah cantik semoga baik."

Keseruan kami berlanjut dan diiringi gelak tawa, kelucuan hadir, ada saja ulah Nisa atau aku yang membuat kita berdua tertawa terus. Aku yang tadinya mau coba bersikap dewasa malah Nisanya yang jadi seperti Gadi remaja.

Curi-curi pandang juga sering terjadi antara kami, saling bertanya tentang keluarga dan selalu diselipi canda dan guyonannya.

"Hai ... Nisa? Apa kabar," tegur temannya Nisa yang melihatnya, berdiri tepat di depanku.

Nisa yang sedang minum terkejut dan hampir menumpahkan minuman yang ada di mulutnya.

"Eh, Resti, aku baik. Kamu gimana kabarnya? Dah lama ya, kita gak ketemu," tanya lagi Nisa dan mereka cupika cupiki (cium pipi kanan dan cium pipi kiri)

"Baik Nis, kangen juga ih, ini anak kamu ya dan ini siapa, pasti sepupu loh itu, ya, yang dulu!" Ucap Resti temannya dan menebak mengira aku ini sepupunya Nisa.

Nisa nenutup mulutnya menahan tawa, aku mau ikut tertawa aku tahan, pura-pura tidak mendengar dan sok sibuk dengan anaknya Nisa. 

Aku melihat Nisa membisikkan ke telinga temannya itu dan mereka berdua tersenyum.

"Ya sudah, lanjutin deh, aku mau pesan makanan, aku tinggal dulu ya, Permisi ya, Mas," Resti temannya meninggalkan kami sambil tersenyum-senyum.

Nisa duduk lagi dan meraih gelas minumnya, meneguk lagi sembari memutar-mutar sedotan layaknya anak remaja yang sedang grogi di depan kekasihnya.

Lalu melihatku lagi dan tertawa.

"Nis, jadi udah berapa kosong ini, aku menjadi sasaran salah tebak, haha," mulai lagi kami tertawa.

"Itulah Mas, resikonya. Nah! Masih mau lanjut atau mau mengundurkan diri, nanti aku tanda tangani kalau mau mengundurkan diri," ungkapnya.

"Maju terus dong, Nis, masa gitu aja mundur, cupu banget dong," jawabku.

"Boleh juga, sini De, Omnya cape," rayu lagi Nisa mencoba mengambil anaknya dari pangkuanku.

Anaknya menggelengkan kepalanya lagi.

Aku dan Nisa saling menatap dan ....

"Hahaha ... Selamat ya, Om Farhan." 

Nisa duduk lagi dan pandangannya mengarah ke temannya.

"Kamu mau menghampiri teman kamu? Nis, Dede Mas yang jagain," tanyaku.

"Duh kamu ini Mas, pengertian banget sih! Beneran nih? Boleh gitu, Mas," ujarnya.

"Beneran, boleh," jawabku.

"Gak lah Mas, ga enak dong, apa kata dia nanti, terus habis ini kita mau kemana?" 

Nisa bertanya dan aku yang tidak tahu, kemudian melihat jam di tanganku.

"Terserah mau ke mana, Nis, masih banyak waktu kok," jawabku.

"Cesss ...."

Tumpahan air mengenai bajuku.

"Yah Dede,  baju Om basah tuh sedikit," Nisa spontan tidak sadar mengambil tissue dan mengelap baju kemejaku secara perlahan-lahan.

Mengusapnya terus dengan tissue. Aku diam dan memandanginya secara dekat, Nisa tidak sadar kalau mataku tertuju pada wajahnya dengan dekat sekali.

"Eh, duh. Maaf Mas, Nisa lupa."

Terkejut kaget dan langsung melepaskan tanggannya yang tadi memegang kemejaku.

"Hahaa, kok di lepas Nis, belum bersih tuh, hee," candaku memintanya lagi supaya Nisa mau membersihkan lagi.

"Au ah, Masnya keenakan, hee."

"Ini baru satu anak loh, Mas, coba kalau ke tiganya kumpul, apa masih lanjut, Mas," Nisa mengulang kembali.

"Lanjut dong."

Meja kami sedikit berantakan, aku dan Nisa coba sambil merapikan.

"De, Om mau ke toilet dulu ya, sebentar aja," aku berdiri sambil menggendong dan memindahkannya pada Nisa.

"Sini, De, Omnya mau pipis dulu."

Tidak sengaja aku bersentuhan dengan Nisa, senyumannya Nisa terlontar dan tepat mengenai jantung hatiku. 

"Bentar, ya."

Berjalan menuju toilet dengan senyum paling lebar selama hidupku, beberapa meter aku berjalan dan menoleh ke belakang melihat Nisa. Ternyata Nisa juga sedang memandangiku.

Keciduk dah! 

Bersambung.

Aihh! Kita saling senyum lagi.

Bab terkait

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Membahas Perbedaan Umur

    "Mas, aku mau ngomong serius ini," ucap Nisa mendekatiku."Kenapa Nis," aku menggeser posisi anaknya menyamping."Aku takut Mas, jika umurku nanti berkurang dan aku bertambah tua, kamunya bertambah dewasa, apa yang terjadi nanti, apa bila tidak lagi bisa melayanimu," ungkap Nisa dengan perlahan.Sontak aku terdiam dengan perkataannya, berpikir sejenak membayangkan perbedaan umur aku dengannya. Saat ini Nisa berumur 36 tahun, andai menikah di tahun ini. 14 tahun kemudian umurnya jika panjang menjadi 50 tahun dan aku menjadi 38 tahun. Omongannya menggores angan-anganku."Mas, kok diam saja. Nah! Kamu membayangkannya ya, saat nanti aku tua dan kamu baru dewasa matang," Nisa mencolekku yang diam."Eh, gak Nis. Bukan gitu! Aku gak masalah kok, menjalani alur saja," aku menjawab seperti itu."Bohong Masnya, ih! Jujur saja Mas, pentingnya kamu memikirkan ke depannya, bagaimana nanti

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Orang Tua tidak Mengizinkan Aku Menikah Dengan Janda Anak 3

    "Eh, Nis. Kenapa lagunya sesuai dengan apa yang ada di hatiku, ya. Bisa aja nih yang memutarnya," aku bernyanyi mengikuti."Semoga Mas tidak berubah walau nanti umurku sampai 50 tahun lagi, heee," ungkap Nisa."Salat dulu yuk, Nis.""Ya sudah Mas salat dulu, aku menunggu di sini, aku sedang tidak salat.""Sebentar ya, Nis."Aku meninggalkan Nisa sebentar dan anaknya yang masih tidur di sofa. Mencari mushola di dalam Mal.Setelah selesai beribadah aku kembali lagi."Sudah ya, Mas," sembari Nisa tersenyum."Sudah Nis, terus kita mau kemana, lagi," aku membalas senyum dan duduk lagi di dekatnya.Nisa merapikan lagi rambutku, aku pasrah dan diam saja seperti anak yang mau pergi ke sekolah. Satu sisi merasakan seperti itu dan di sisi lain merasa disayang. Lalu merapikan kemejaku juga. Habis ini sepertinya aku bakal cium tangannya nih, heee. Be

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-07
  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Tidak Dapat Warisan Jika Memaksakan Nikah Dengan Janda

    "Nak, Bapak mau ngomong, bisa telepon Bapak, sekarang!"Masuk pesan dari Bapakku dan aku membaca pesan itu."Sepertinya Bapak marah nih, duh gimana ya?"Gumamku sambil berpikir kira-kira apa yang akan Bapak katakan, ya. Aku telepon saja deh.Tut ... Tut ..."Assalammualaikum, Pak," Bapak menjawab panggilan teleponku."Waalaikum salam Nak, kata Ibu calon kamu Janda, kenapa cari janda Nak! Yang masih Gadis banyak, pokoknya Bapak tidak setuju!" Ucap Bapak dengan nada marah."Yah Bapak, dia baik Pak dan juga masih terlihat muda," rayuku."Kamu ini Nak! Secantik apapun tetap saja namanya umur tidak akan bisa dibohongi, kalau dia bisa melahirkan lagi, kalau gak? Gimana! Memangnya kamu tidak mau punya keturunan dari Istrimu, andai juga dia bisa melahirkan, apa nanti umurnya yang sudah tua bisa mengurus anak-anaknya, sudah pasti akan kerepotan, sebaliknya jadi kamu yang kesulitan mengatur waktu

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-08
  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Orang Tuaku Berencana Menjodohkanku Dengan Seorang Gadis

    "Nah, ini kopinya Bro, minum dulu, loe mau curhat apa, Bro."Temanku membawakan dua gelas kopi untuk aku dan untuknya."Gue mau curhat masalah nikah, Bro, cuma gue jatuh hati dengan janda anak tiga, sedangkan keluarga gue gak setuju, kalau gue tetep nikah kata Bapak gue gak bakalan dapet warisan.""Wah! Loe dah, kenapa nyarinya janda, ya jelas aja berat keluarga loe menerimanya, eh! Jandanya pasti umurnya lebih tua jauh dari umut loe, ya?""Iya, waduh! Kok loe tahu sih, Bro.""Ya, kalau umurnya sepantaran loe sih, pasti setuju aja orang tua loe, repot Bro.""Yah Bro, gue udah bener-bener jatuh cinta Bro.""Parah loe dah, kayak apa sih wajahnya sampai loe jatuh cinta begitu, ada fotonya? Gue lihat coba!""Ada ... Bentar."Aku mengambil ponselku di atas meja dan mencari fotonya yang pernah aku ambil dari sosial medianya secara

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-10
  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Semakin Cinta

    Pagi ini aku bangun dengan lebih bersemangat lagi, setelah semalam video call Nisa dengan penuh mesranya, ahay.Hingga pagi ini masih sulit dilupakan wajahnya, dasternya dan apa lagi ya, apakah aku semakin cinta? Sepertinya, iya. Masalahnya andai aku melihat wajahnya merasa bahagia dan mendapatkan pesan darinya sudah sangat senang.Cling ....Pesan masuk dan aku melihat pesan itu dari Nisa, segera aku membacanya."Assalammualaikum, pagi Mas, jangan lupa sarapan, ya."Membacanya dengan tersenyum dan aku membalasnya dengan cepat."Walaikum salam Nis, iya nanti makannya, ini mau mandi dulu."Aku membalasnya."Auuu ... Kelihatan nanti Mas, heee, ya dah sana mandi," canda Nisa."Awas jangan ngintip Nis, hee, ya sudah nanti sambung lagi Nis.""Iya Mas, enggak ngintip, ya sudah nanti kabarin kalau sudah sarapan ya, Mas.""Iya Nis."Aku menyudahi dulu senyum-senyumnya, bisa saja Nisa meledekku, a

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • PERJAKA MENIKAHI JANDA    Mengajak Nikah

    Aku harus mencari orang untuk sementara menggantikan karyawanku yang akan mudik hari senin nanti, Oh iya! Coba aku tanyakan saudaranya Nisa, mungkin saja ada yang mengganggur. Telepon atau ngomongnya kapan, ya? Hemm ... Sekarang aja kali, deh.Rencana akan bertemu Nisa lagi esok hari. Mungkin akan berbeda lagi dikarenakan anak-anaknya ikut semua. Wah! Harus siap dan bersikap dewasa lagi nih."Nak, kenapa kamu tidak telepon Bapak!" Pesan masuk dari bapakku.Aduh Bapakku tiap hari menanyakan itu terus, jadinya aku malas menelponnya. Aku harus bilang apa, lagian sudah gak mungkin juga aku mau dengan gadis itu lagi.Semoga saja Bapak sadar dengan caraku seperti ini, supaya tidak menjodohkanku terus."Bunda, lagi apa?"Aku mengirim pesan dengan penuh cinta.Pesan dibalasnya dengan cepat."Lagi sama anak-anak nih, Ayah," balas Nisa."Besok jadi ketemuannya, Bun.""Ya, terserah Ayah, Bunda ikut saja."

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Nafsu

    Setelah menutup kios aku mengambil ponselku. Masuk pada aplikasi hijau dan mengklik histori chat paling atas, siapa lagi kalau bukan seseorang yang saat ini dekat denganku yaitu Nisa. Kemudian aku mengirimkan pesan hendak menanyakan kelanjutannya besok."Bunda kok belum ada kabar? Jadi bagaimana," pesan aku tambahkan emot harapan.Tidak lama kemudian masuk pesan balasan."Maaf ya Ayah, tadi Bunda sibuk mempersiapkannya , dah gitu mau tahu enggak Yah, anakku yang Gadis ngambek ingin ikut juga, ini Bunda dari tadi membujuknya agar engggak usah ikut dan di rumah saja. Terus gimana Yah? Boleh enggak, soalnya kekeh mau ikut juga."Hemmm ... Ya sudah ajak saja Bun, tapi enggak apa-apa gitu tidurnya nanti, soalnya Ayah sewa kontrakannya kecil."Yah enggak masalah Ayah, yang penting bisa tidur, besok mau jemput jam berapa Yah atau Bunda naik mobil online saja.""Nah, bener tuh Bun, ide bagus naik online saja, jadi Ayah ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Nisa Cemburu Dengan Anaknya

    Pagi ini langit nampak cerah, secerah hatiku yang sedang menantikan kedatangan Nisa bersama ketiga anaknya. Bagaikan bunga yang tumbuh mekar di taman, sedap dipandang dan indah dimata. Semua terlihat mempesona, menenangkan hidup dan mendamaikan hatiku.Aku telah memberikan alamat lokasi yang akan di tuju. Ya, kontrakan rumah nantinya Nisa dan anak-anaknya tempati, mereka jadi lebih dekat dari kios dan tempat tinggalku.Ting ....Bunyi pesan masuk dan segera aku membukanya."Ayah, sebentar lagi Bunda berangkat, ya."Pesan itu dari Nisa, wanita yang sedang aku tunggu dan nantikan. Segera aku membalasnya."Ya sudah Bun, hati-hati ya, jangan sampai ada yang tertinggal, kabarin ya Bun, kalau sudah mau sampai.""Iya, Ayah."****"Kalian nanti kalau di sana jangan minta ini itu ya, sama calon Ayah kamu."Tanya Nisa kepada anak-anaknya saat hendak menunggu mobil online yang telah dipesan."Iya B

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20

Bab terbaru

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   MENDATANGI RUMAH ORANG TUA MEMINTA IZIN MENIKAH

    Aku dan Nisa telah sampai pada sebuah rumah yang terlihat lumayan cukup luas, dengan warna cat kuning terkesan jelas bentuknya. Pekarangan halaman dengan berbagai macam pepohonan menambah mendamaikan hati. Ya, aku tengah berdiri di depan rumah Bapakku. Di wilayah ini Bapakku merupakan orang terpandang karena memiliki sawah yang luas serta perkebunan, memperkerjakan para petani yang berasal dari lingkungan daerah ini juga.Aku menoleh memandangi Nisa yang sedikit takjub melihat rumah Bapakku, jantung ini semakin berdegub kencang. Sempat aku hentikan langkahku untuk menghela nafas, mencoba menenangkan diri sebelum masuk ke rumah.Nisa merapikan dirinya dan mengusap serta membersihkan wajahnya."Yah, aku kok deg-degan, ya," lirih Nisa melepaskan genggaman tanganku."Sama Bun, Ayah juga nih, heee," cetusku mengelus dada."Dih Ayah, kok Ayah ikutan sih, masa sama orang tua sendiri Ayah takut, hayoo ... Karena aku seorang janda, ya," Nisa melontarkan kata-kata yang membuatku kaget."Eh, gak

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Kenikmatan Sesat

    Aku membayar dan memberikan kartu identitasku, lalu kami di arahkan menuju ke kamar. Aku lihat Nisa hanya diam saja, masih aneh! Gumamku dalam hati. Kenapa ia tidak seperti biasa yang ada rasa takut jika terjadi suatu hal karena berdua dalam satu kamar, seringnya Nisa yang selalu mengingatkan supaya menjauhi agar menjaga sampai menikah. Tapi, ini kok malah ia yang mengajak, senyumnya serasa menghilang.Krek ...."Silahkan masuk Pak, mau ada pesanan lain, teh panas atau kopi mungkin?" tanya staff penginapan."Boleh deh Pak, teh manis panas dan kopi panas, ya," jawabku dan memesannya."Baik Pak, sebentar, ya," staff itu meninggalkan kamar kami.Aku merapatkan pintu kamar menunggu pesanan minumanku diantar."Ya udah, kamu tiduran dulu, Bun, Yah dah pesan teh manis," ucapku pada Nisa.Perlahan Nisa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, aku menunggu duduk di bangku, sembari mengecharge ponselku."Tok ... Tok, permisi," suara dari lu

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Rumah Nisa Horor

    Aku memberanikan diri mengajak Nisa menemui kedua orang tuaku di kampung. Berhubung karyawanku sudah kembali. Jadi, kios sudah ada yang menjaganya.Rencananya besok aku dan Nisa berangkat. Sementara anak-anak di titipkan kepada saudaranya.Segera aku mempersiapkan semuanya."Semoga saja, Bapak dan Ibu menyetujuinya," gumamku sembari mengemas beberapa pakaian untuk aku bawa."Bunda, kamu udah siap-siap belum," tanyaku pada Nisa."Udah Yah, jam berapa kita berangkat Yah, menitipkan anak-anak dulu ya, Yah," cetus Nisa."Sore ini kali ya, Bun, jadi Ayah bermalam dulu di rumah kamu, besok pagi baru kita berangkat, gimana?" Pintaku."Ya udah Yah, Bunda bergegas kalau gitu," Nisa mengiakan.Aku memberi penjelasan pada karyawanku dan mempercayai semuanya untuk beberapa hari saja dan menekankan agar menjaga kesehatan, jangan paksakan jika sudah letih atau kondisi warung ramai, tidak harus tutup malam."Ayo Bun, kita berangkat," cel

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Pelet Dan Sihir Dari Mantan Suami

    Pov : Yudi"Lihat aja! Gue, enggak akan tinggal diam, pokoknya berbagai cara pasti gue lakukan untuk mendapatkan Nisa kembali atau gue, buat Nisa tidak tidur nyenyak."Yudi berucap dalam hati, langkahnya dengan penuh kebencian karena kekecewaan seusai ke luar dari kontrakan Nisa. Hatinya telah tertutup kabut hitam, bisikkan jahat telah merasukinya."Ayo Pak, kita pulang," pintanya pada Supir yang telah menunggu cukup lama."Oke, Pak," Pak Supir tidak banyak berkata, melihat raut wajah Yudi yang terlihat berubah penuh dengan amarah.Pak Supir masuk ke dalam mobil, menyalakan mobil. Yudi duduk di bangku depan. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya, membuka menu kontak dan menskrolnya mencari sebuah nama kontak teman lamanya. Yudi membutuhkan bantuan perihal infornasi masalah pelet dan sihir. Berapapun biayanya akan ia bayar, asalkan mampu dan berhasil, apa yang menjadi keinginannya terwujud.Yudi telah menemukan kontak temannya lalu mengirim pesan

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Ribut Dengan Mantan Suaminya(2)

    Hari yang paling tidak mengenakkan adalah disaat mantan Suaminya bertemu anaknya dan bersama itu juga aku melihatnya serta duduk bersama. Apa lagi dengan cara bodoh yang ia lakukan menguntil diam-diam, rasa cemburu ditambah terbakar lagi karena kini, ia mengetahui rumah kontrakan yang di tempati Nisa dan anak-anaknya.Aku emosi dan segera menghampirinya."Ayuk Bun, kita ke kontrakan, maunya apa sih mantan Suami kamu itu, enggak punya etika banget," ucapku."Ya udah yuk, Yah. Tapi jangan ribut ya Yah, ingat tetangga berdempetan, kalau kita diusir gimana? Wilayah ini juga kan tempat Ayah cari rejeki," tutur Nisa."Iya, ya. Bener juga kamu Bun," gumamku dalam hati sambil memikirkan perkataan Nisa, ada benarnya juga, ya. Bisa jelek di mata pelangganku nantinya."Oke, Bun, Ayah enggak akan marah-marah, kok," sahutku.Aku dan Nisa berjalan keluar kios, langkahku terasa malas dan berat. Panas mentari semakin menampakkan sinarnya, seiring bara di hatiku

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Ribut Dengan Mantan Suaminya(1)

    Aku telah sampai dan berhenti tepat di gang rumah kontrakan Nisa. Kemudian aku membayar tarif taksi online, aku turun terlebih dahulu untuk menggendong anaknya Nisa, membuka pintu belakang mobil dan meraih anaknya yang tengah tertidur. Disusul kedua anaknya turun melalui pintu belakang mobil sebelah kanan.Terlihat wajah yang masih mengantuk diantara anak-anaknya, kami berjalan masuk melalui gang bersama-sama."Yah, tumben rame sih, Ibu-ibu," bisik Nisa."Udah biarin saja, permisi saja Bun, lirihku perlahan."Permisi, Bu ...," Aku dan Nisa berucap."Wah, habis jalan-jalan nih, Mas Farhan dan Mba Nisa," celetuk salah satu Ibu-Ibu."Iya Bu, persiapan nikah," aku menjawabnya dengan sengaja dan Nisa tersenyum mengangguk."Oh ya udah kalau gitu, cepat-cepat deh, Mas," Ibu itu menjawab.Jawabannya mengandung makna yang tidak mengenakkan."Insya Allah, Bu," ujarku sambil melangkah melanjutkan berjalan.****Kembali ke Yudi.

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Mantan Suami Nisa Membuntuti Laju Mobil

    Pov : YudiSetelah kejadian itu, Rina masih terlihat murung bersedih dan Yudi terus menenangkannya agar Rina percaya dan tidak memperkarakan masalah itu. Akhirnya Yudi berhasil dengan segala bujuk rayunya, malam itu tepatnya pukul 11 malam Rina minta diantar pulang ke rumahnya dan Yudi mengiakannya.Kebetulan sekali Rina ingin pulang, dalam hati Yudi berkata, karena besok mau menemui Nisa dan anak-anaknya."Janji ya, Mas, enggak akan ninggalin aku," ucap Rina sebelum meninggalkan kamar hotel."Iya De, Mas sangat ingin menjadi Suami kamu, percaya deh, kamu tinggal bilang maunya kapan," jawab Yudi sembari membelai rambut Rina."Iya Mas, tunggu waktu yang tepat, sampai orang tuaku datang dan pulang ke rumah," sahut Rina."Iya De, Mas tunggu."Mereka telah siap dan Yudi telah memesan taksi online. Jemputan datang, Yudi dan Rina meninggalkan kamar hotel.Mobil menunggu di parkiran, melangkah turun menghampiri mobil, sikap Rina semakin man

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Yudi Merenggut Rina Dalam Pelukannya

    Pov : YudiUsai makan siang dengan Rina wanita yang ia kenal di sebuah Mall dan merupakan karyawati toko. Yudi merasa tertarik dan ingin berusaha membuat Rina mau datang ke kamar hotelnya. Upaya awalnya mengajak makan sudah, memperlihatkan uang yang banyak juga sudah. Kini, tinggal merayu Rina, keinginan Yudi terhadap Rina untuk dapat memiliknya."Rin, ini Mas Yudi, kamu pulang jam berapa?" Yudi mengirim pesan pada Rina, sesudahnya sampai di kamar hotel.Merasakan ponselnya bergetar di balik kantong celana belakangnya, Rina mengambilnya dan membuka handphonenya. Setelah melihat pesan itu dari Yudi, Rina tersenyum, segera membalasnya."Pulang sore Mas, kenapa?" Balas Rina."Mas, mau jemput, hee," balasnya lagi."Jemput? Mas mau ke sini? Tanya Rina."Iya De, yang tadi Mas bilang, mau kenalan sama orang tua kamukan, gimana?"pinta Yudi pada pesan."Secepat itu Mas? Jangan sekarang Mas," balas Rani menolaknya."Ya, Mas mau nunjukin kes

  • PERJAKA MENIKAHI JANDA   Mantan Suami Nisa Membeli Hadiah Malah Menggaet Wanita

    Pov : Yudi "Memang hanya Nisa, ya, yang mengerti, aku sangat menyesal sekali telah menyia-nyiakannya, demi nafsu melihat wanita lain. Wanita yang aku nikahi ternyata matre, egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri saja. Maunya uang banyak selalu ada, aku cape dan akhirnya aku bercerai lagi." Ungkap Yudi mantan Suami Nisa di kamar hotel menenangkan diri. "Tapi, apakah Nisa mau menerimaku kembali, ya, sedangkan ia mau menikah, aku harus cari cara agar bisa mendapatkannya lagi. Jangan sampai hartanya jatuh pada tangan Lelaki itu, tapi bagaimana? Pasti Nisa masih dengan berjuta kemarahan dan kebencian. Oh, iya! Anak-anak, aku harus bisa mendapatkan hati anak-anak lagi. Aha! Belikan mainan-mainan dulu deh, si Kaka akan aku belikan baju-baju yang ia sukai, oke! Berangkat." Yudi masih berbicara dalam hati, mencari cara untuk mendapatkan hati Nisa lagi melalui anak-anak. "Tapi, andai Nisa jadi menikah dengan Lelaki itu, aku akan terus mengganggu r

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status