Bagaimana bisa jadi seperti ini?Alya melahirkan anak kembar? Anak laki-laki dan perempuan sekaligus?Meskipun dia punya anak kembar, 5 tahun sudah berlalu. Dia tidak mungkin membesarkan dua anak seorang diri, 'kan?Lagi pula, membesarkan dua anak seorang diri sangatlah mustahil untuk dibayangkan, itu terlalu melelahkan.Mungkin dia sudah lama menikah lagi.Setelah berspekulasi seperti itu, Hana pun menjadi lebih tenang dan mencoba untuk tidak panik.Ketika Maya muncul dan bertanya padanya, Rizki segera menarik tangannya kembali dan mundur dua langkah.Andi menyadari hal ini. Rizki tampaknya sudah mundur dan tidak ingin mempermasalahkan masalah ini lagi dengan Faisal. Sebenarnya tanpa disadari, Rizki memasukkan Alya dan anak-anaknya ke dalam perlindungannya.Ketika Satya keluar, Satya melirik semua orang, lalu berdiri bersama Maya di belakang Alya.Alya berencana untuk membawa mereka pergi dari tempat keributan ini.Namun, di sisi lain, Faisal yang belum sepenuhnya menenangkan diri lag
Rizki merapatkan bibirnya, masih tidak menjawab."Rizki, katakanlah sesuatu. Bahkan penjahat yang dihukum harus tahu kejahatan apa yang telah dilakukannya sebelum mati, 'kan?""Bisakah seenggaknya kamu memberitahuku alasannya? Mengingat aku pernah menyelamatkanmu."Ketika utang budi itu disebutkan, pria yang berdiri di depan jendela itu pun bereaksi. Dia menoleh dan menatap Hana dalam-dalam."Waktu itu, aku ingin menyimpan posisi terbaik untukmu karena aku berutang budi. Tapi setelah aku tumbuh dewasa, aku menyadari kalau aku benar-benar menyimpan posisi itu untukmu, itu nggak akan adil untuk kita berdua.""Nggak adil?" Hana memandangnya dengan bingung. "Kenapa itu nggak adil untukku?"Rizki menatapnya dengan wajah datar.Dia hampir tidak perlu mengatakan apa pun, karena ekspresinya sudah menjawab semuanya.Namun, Hana tidak berani memercayainya ....Mungkin karena dapat merasakan ketidakrelaan Hana, Rizki dengan tak acuh berkata, "Apa pernikahan tanpa cinta dapat membuatmu bahagia? Ha
Ibunya benar. Setelah dia mengatakan itu, Rizki memang menurunkan kewaspadaannya.Karena dia telah menyelamatkan nyawanya, apa pun yang terjadi, dia akan selalu memiliki tempat di hati Rizki.Pada saat itu, Alya sudah pergi jauh. Hana punya waktu 5 tahun. Asalkan dia bisa mengambil kesempatan, dia bisa sepenuhnya kembali ke sisi Rizki.Hanya saja ....Hanya saja, Hana tidak menyangka bahwa Rizki bisa mempertahankan pola pikirnya selama 5 tahun dan tetap memperlakukan dirinya sebatas teman saja.Begitu dia mencoba untuk melewati batas pertemanan itu, Rizki akan dengan tegas menghentikannya.Jadi setiap kali itu terjadi, Hana hanya bisa mundur."Hana?"Suara Faisal membangunkan Hana dari lamunannya.Begitu tersadar kembali, Hana melihat Faisal berdiri di depannya, memegang pundaknya dengan gelisah dan bertanya, "Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang kamu bicarakan dengan Rizki?"Mendengar ini, Hana merapatkan bibirnya. Dia menyingkirkan tangan Faisal dan tidak mengatakan apa-apa.Apa lag
Namun, siapa sangka, ketika melewati Faisal, pria itu entah kenapa gila lagi. Faisal tiba-tiba mencengkeram lengan Alya dan dengan marah berkata, "Nggak punya hubungan? Dari luar, itu terdengar sangat bagus dan mulia. Tapi kalau sungguh nggak ada hubungan, kenapa kamu bisa muncul membawa dua anak ini di sini?"Selama hidupnya, Alya paling benci difitnah.Saat ini, kata-kata yang diucapkan Faisal merupakan fitnah baginya.Raut wajahnya dalam sekejap berubah menjadi dingin, Alya mencibir, "Faisal, apa di matamu Rizki selalu ditakdirkan untuk bersama dengan Hana?"Rizki yang tadinya hendak menghampiri, seketika berhenti setelah mendengar pertanyaan ini. Dia menyipitkan matanya dan mengamati Alya.Apa yang Alya maksud dengan pertanyaan ini?"Tentu saja!" Faisal berkata melalui celah-celah giginya, "Di mataku, Hana itu seribu kali, bahkan sepuluh ribu kali lebih baik darimu. Tentu saja hanya dia yang pantas bersama Rizki.""Jadi di matamu mereka adalah pasangan, tapi kamu masih memiliki per
Barusan ....Dia sepertinya melihat kepala Alya berdarah?Dia juga ingin menendang anak kecil?Sebenarnya ... apa yang terjadi dengannya?Di tengah kebingungannya, Andi datang ke hadapannya. Tatapan temannya tampak sangat dingin."Faisal, apa barusan kamu sudah gila? Apa kamu tahu apa yang kamu lakukan?""Aku ...."Faisal ingin mengatakan bahwa dirinya tidak gila, tetapi pemandangan kepala Alya yang berdarah menghentikannya untuk mengatakan hal itu.Karena akhirnya dia sadar bahwa tingkah lakunya tidak pantas, tetapi ....Faisal hanya bisa melihat ke arah Hana, berharap dewinya akan memihaknya. Lagi pula, jika bukan karena Hana, dia tidak akan bertingkah seperti ini.Saat ini, jantung Hana berdegap kencang. Dia diam-diam berharap sesuatu akan terjadi pada Alya. Namun, setelah mendengar perkataan Andi, dia menahan pikiran jahatnya itu dan menatap Faisal dengan ekspresi kecewa."Ya, Faisal. Bicara ya bicara saja, kamu seharusnya nggak menggunakan kekerasan."Sampai di sini, Hana terdiam
Hana menggigit bibirnya dan dengan ragu berkata, "Tapi karena sudah jadi seperti ini, aku merasa bertanggung jawab juga. Aku harus pergi bersamamu dan mengecek keadaan Alya.""Benar, semua ini adalah tanggung jawab kita. Saat ini Rizki mungkin sangat marah, jadi kusarankan kamu untuk jangan ikut."Setelah itu, Andi menatap Hana dalam-dalam.Tatapan ini entah kenapa membuat Hana merasa takut, seolah-olah pria ini dapat melihat menembus topengnya dan mengetahui isi hatinya.Dalam sekejap, dia pun tidak berani berbicara lagi."Kalau begitu ... oke. Tapi kalau terjadi sesuatu, kamu harus meneleponku. Meskipun kami sudah 5 tahun nggak bertemu, aku masih sangat mengkhawatirkan Alya."Andi hanya menjawab dengan, "Hmm." Kemudian dia mengambil ponselnya dan pergi.Setelah dia pergi, di sana hanya tersisa Hana dan Faisal.Setelah memastikan Andi sudah berjalan jauh dan tidak akan kembali lagi, Hana yang dari tadi berdiri diam segera berbalik dan menghampiri Faisal. Dia membungkuk untuk membantu
Situasinya sudah seburuk ini dan Satya pun tidak punya alasan untuk menolak. Anak itu hanya bisa menganggukkan kepalanya sekuat tenaga."Bisa.""Oke, kalau begitu kamu dan Maya bantu Paman sebentar. Paman sekarang akan membawa kalian ke rumah sakit.""Ya."Melihatnya setuju, Rizki pun mengalihkan pandangannya pada wajah Alya yang sudah tidak sadarkan diri. Warna darah pada kening Alya sangat kontras dengan kulit putihnya, darah itu tampak sangat merah dan mengejutkan.Rizki dengan hati-hati membaringkannya, memperbaiki posisinya, lalu meminta kedua anak itu untuk menjaganya di kedua sisi. Dia takut Alya akan jatuh dari kursi selagi dia menyetir.Setelah melakukan semua ini, Rizki turun dari mobil.Brak!Setelah pintu mobil ditutup, Satya mengelap air matanya. Kemudian dia melindungi kepala Alya dengan tangan kecilnya dan berkata, "Mama tenang saja, Mama akan baik-baik saja."Maya juga menangis tersedu-sedu, matanya yang tadi menggemaskan dan bersemangat sekarang penuh dengan air mata y
Ditambah, ada dua anak kecil yang menangis dengan mata memerah.Menyadari keparahan situasi ini, polisi itu pun berkata, "Silakan ikuti kami."Kemudian sang polisi pun membuka jalan untuk Rizki, mereka memimpin jalan dan menghubungi rumah sakit terdekat.Dengan bantuan polisi, akhirnya mereka sampai di rumah sakit lebih cepat.Begitu turun dari mobil, RIzki menggendong Alya dan bergegas masuk ke rumah sakit. Kedua anak itu berlari di belakangnya.Setelah sedikit kericuhan, Alya akhirnya masuk ke ruang gawat darurat....Anggota keluarga tidak diperbolehkan masuk ke ruang gawat darurat, jadi Rizki hanya bisa membawa kedua anak itu menunggu di luar.Saat ini, tidak ada orang lain di sekitar ruang gawat darurat, koridor itu sepi. Rizki pun menarik Satya dan Maya untuk duduk di sampingnya."Ini akan memakan waktu, jadi kita akan menunggu di sini."Satya yang sangat sensitif dan pendiam, sama sekali tidak menolak Rizki. Akan tetapi, dia juga tidak duduk di samping pria itu dan memilih kursi