Dia sudah bersusah payah membesarkan kedua anak ini selama bertahun-tahun, lalu pria ini datang merebut mereka begitu saja?Alya mengepalkan kedua tangannya di samping, lalu perlahan berjalan ke sana.Karena Rizki masih tenggelam dalam kegembiraan dan melihat kedua anak itu makan, dia sama sekali tidak menyadari bahwa ada seseorang yang mendekat.Hingga akhirnya ...."Mama?"Maya tadinya masih menggigiti ceker ayam, tetapi tiba-tiba dia melihat seseorang di belakang Rizki. Dia mendongak untuk melihat, ternyata itu adalah Alya. Gadis kecil itu seketika berseru dengan terkejut dan gembira.Sementara itu senyum Rizki yang masih duduk seketika menghilang setelah mendengar nama Alya.Satya yang dari tadi makan dengan diam, saat ini juga berhenti makan. Dia mendongak untuk melihat ke belakangnya, matanya jelas-jelas tampak menghindar.Dengan kata lain ....Rizki merapatkan bibirnya. Dia baru saja hendak berdiri ketika dia mendengar Alya memanggilnya, "Pak RezekiMalam?"Mendengar ini, gerakan
Pasti begitu.Sementara itu, Maya yang mungkin adalah seorang pembuat masalah profesional, setelah mendengar perkataan Alya tiba-tiba berkata, "Tapi Mama, saat siaran langsung, kita sudah menerima banyak uang dari Paman RezekiMalam. Selain itu, kalau di masa depan Paman mau menjadi papanya Maya, Paman nggak akan jadi orang asing lagi."Alya tak tahu harus berkata apa.Rizki yang tadinya mengerutkan kening, merasa terhibur dengan kata-kata Maya. Sebuah lengkung terbentuk di bibirnya, dia pun mengacungkan jempolnya pada Maya."Perkataan Maya benar."Namun, begitu mendengar ini, alis Alya langsung berkerut dan berkedut. Tidak banyak yang bisa dia lakukan di depan anak-anak, terdapat beberapa konflik yang dia tidak ingin anak-anaknya tahu.Sejak awal ini adalah urusan pribadinya, dia tidak perlu melibatkan anak-anak.Memikirkan hal ini, Alya hanya bisa berkata pada Rizki, "Pak RezekiMalam, bagaimana kalau kita berbicara di tempat lain?"Rizki mengangkat alisnya. "Oke.""Maya, Satya." Setel
"Penampilan dan wajah?"Pernyataan ini membuat Alya mencibir, "Memangnya ada apa dengan penampilan mereka? Bagaimana mungkin mereka anak-anakmu? Bukankah kamu terlalu percaya diri?"Rizki tidak keberatan dengan amarah Alya saat ini, lagi pula Alya telah membesarkan anak-anak itu seorang diri selama 5 tahun. Bagaimanapun juga, Alya berhak untuk marah padanya.Jadi, nada bicara Rizki pun tetap tenang dan lembut."Aku terlalu percaya diri? Oke, kalau begitu beri tahu aku, kalau aku bukan ayah mereka, maka siapa ayah mereka?""Itu bukan urusanmu.""Apa ini bukan urusanku? Atau, kamu hanya nggak ingin mengatakannya? Atau mungkin kamu nggak mau mengakuinya di depanku bahwa anak-anak itu adalah milikku?"Alya sangat marah. "Anak-anak itu sama sekali bukan milikmu.""Baiklah, kalau kamu nggak mau mengakuinya juga nggak apa-apa. Kita bisa melakukan tes paternal."Setelah mengetahui bahwa kedua anak ini adalah milik Alya, Rizki hampir seketika yakin bahwa kedua anak ini adalah darah dagingnya se
"Jangan berkhayal." Alya menggigit bibirnya, dia tampak cukup gelisah. "Nggak ada yang boleh menyentuh anak-anakku, termasuk kamu."Setelah itu, Alya berbalik dan pergi, meninggalkan Rizki berdiri di situ seorang diri.Petugas keamanan tadi melihat Alya kembali, tetapi dia tidak berani menyapa karena Alya terlihat sangat marah.Barusan, dia melihat Alya mengobrol dengan pria itu dari kejauhan. Meskipun dia tidak bisa mendengar percakapannya, dilihat dari tingkah laku mereka berdua, sepertinya mereka sedang bertengkar.Petugas keamanan itu bertanya-tanya apakah dia hanya salah lihat. Namun, setelah melihat Alya yang langsung masuk tanpa mengatakan apa pun, dia pun tidak lagi ragu.Tak lama kemudian, pria itu juga datang.Dibandingkan amarah wanita sebelumnya, aura dingin pria ini seolah-olah menyelimuti sekelilingnya. Ketika Rizki lewat, sang penjaga keamanan pun merinding. Seketika dia merasa bahwa hari ini dia berpakaian kurang tebal.Alya tadinya sangat marah, tetapi begitu memasuki
Alya tidak menyangka Rizki akan setidak tahu malu ini. Pria ini benar-benar mengatakan bahwa dia jatuh cinta pada pandangan pertama di depan anak-anak. Sebagai CEO Perusahaan Saputra, apa dia tidak punya malu?Alya mengambil napas dalam-dalam. Meskipun sekarang mereka di depan anak-anak, dia benar-benar tidak ingin menjawabnya."Mama, apa itu jatuh cinta pada pandangan pertama?"Namun, Maya mulai penasaran lagi.Alya tidak tahu bagaimana harus menjawabnya."Maya, jatuh cinta pada pandangan pertama berarti Paman RezekiMalam sangat menyukai mamamu."Setelah Rizki mengatakan itu, Alya langsung menoleh dan menatapnya dengan tidak percaya.Rizki bertemu dengan tatapannya, bibirnya sedikit tersenyum.Begitu melihat mata hitamnya, Alya seketika mengerti bahwa Rizki sudah memahami dirinya.Rizki melihat bahwa Alya tidak ingin marah ataupun kehilangan kendali di depan anak-anak, sehingga Rizki sengaja melakukan ini.Bahkan, Rizki tidak keberatan bila Alya tahu.Karena meskipun Alya tahu, Alya j
"Alya, aku hanya ingin menebus kesalahanku.""Selama 5 tahun kami bertiga hidup dengan baik, kami nggak butuh tebusan apa pun. Yang kami butuhkan hanya kehidupan yang damai. Kalau kamu benar-benar ingin menebus kesalahanmu, maka tolong pergilah dari pandangan kami dan jangan pernah muncul lagi. Itulah tebusan terbaik yang bisa kamu berikan."Setelah Alya mengatakan itu, Rizki hanya terdiam. Dia menatap Alya tanpa bersuara, tatapannya masih tampak suram dan bibirnya dirapatkan sampai lurus.Meskipun dia terlihat tenang, sikapnya sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah.Alya tentu saja mengetahuinya. Dengan semua yang telah dilakukan Rizki, Rizki pasti tidak akan menyerah semudah itu.Dia juga tidak menyangka beberapa kata darinya bisa membuat pria ini menyerah.Setelah beberapa saat, Rizki pun mulai membersihkan makanan di atas meja.Melihat tindakannya ini, Alya teringat dengan anak-anaknya yang mengatakan Paman RezekiMalam bahkan mau memakan sisa roti burger mereka.Bagaima
Ketika dia sampai di Perusahaan Saputra, jam kerja sudah berakhir, sehingga kebanyakan orang sudah pergi.Tidak banyak orang yang tersisa di perusahaan, tetapi beberapa petugas keamanan masih belum pergi. Mereka bergantian untuk berjaga.Alya langsung berjalan masuk dan menemukan meja resepsionis. Kebetulan, resepsionisnya sama dengan yang melayaninya waktu itu dan saat ini orang itu masih belum pergi.Melihatnya, resepsionis itu pun tampak agak terkejut.Namun, sebelum dia sempat berbicara, Alya sudah bertanya, "Halo, aku ingin menemui Pak Cahya."Resepsionis itu untuk sesaat bingung, lalu menjawab, "Tapi Bu, Pak Cahya sudah pulang.""Dia sudah pulang? Kalau Pak Rizki? Apa dia juga sudah pergi?"Resepsionis itu mengingat-ingat. "Siang ini Pak Rizki nggak kembali ke perusahaan. Sementara itu, Pak Cahya pergi 10 menit yang lalu."Rizki siang ini tidak kembali ke perusahaan?Apa yang hendak dia lakukan?Karena tidak bisa menemukannya, Alya hanya bisa mengeluarkan ponselnya dan menelepon
Alya hanya bisa menahan emosinya dan menunggu.Sekitar 20 menit kemudian, Cahya pun tiba. Setelah memindai wajahnya, petugas keamanan pun membolehkan mereka masuk."Nona Alya, bagaimana kalau aku mengantarmu ke sana?"Karena dia sudah datang, sekalian saja Cahya membantu Alya dan langsung membawanya ke sana.Setelah mengatakan itu, dia melihat Alya mengangguk padanya."Oke, kalau begitu tolong bawa aku ke sana."Dari sikapnya saat ini, sepertinya Cahya tidak tahu bahwa Rizki membawa kedua anaknya pergi. Bahkan Cahya mau membantunya. Jadi, Alya pun memperlakukannya dengan sopan.Dengan Cahya yang memimpin jalan, tak lama kemudian mereka pun tiba di rumah Rizki."Nona Alya, kita sudah sampai."Melihat rumah besar di depannya, Alya hendak memencet tombol bel ketika Cahya tiba-tiba berkata, "Nona Alya, aku akan memberitahumu kata sandinya. Kamu bisa langsung masuk."Mendengar ini, Alya tertegun dan berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Oke."Setelah memberi tahu kata sandinya, Cahya langsung