Tatapan matanya sangat dalam, tubuhnya perlahan makin maju, seakan-akan hendak mencium bibir merah yang telah menghantui mimpinya selama 5 tahun terakhir, yang membuatnya nyaris gila karena rindu.Namun ketika dia hampir menyentuhnya, sebuah tawa yang menghina keluar dari bibir itu.Gerakannya pun seketika terhenti."Jadi?"Alya memandang Rizki yang berjarak sangat dekat dengannya, jarinya yang indah menunjuk dada Rizki, nada bicaranya terdengar sangat santai."Jadi karena kamu menyesal, aku harus mengiyakanmu? Rizki, kamu pikir kamu siapa? Hak apa yang kamu punya untuk seenaknya memanggilku dan mengusirku? Hak apa?""Nggak ada," Rizki hanya bisa menyernyit dan mengaku."Oh, kalau bagitu kamu pasti sangat pelupa. Kamu bahkan lupa kalau yang mengajukan cerai adalah kamu."Membicarakan hal ini, Rizki menggertakkan giginya. "Oke, anggaplah ini salahku, tapi bagaimana denganmu? Saat itu kamu sama sekali nggak peduli apakah aku mau mengajukan cerai atau nggak, 'kan? Aku mengajukan cerai ada
Bibir mereka sangat dekat, sampai-sampai Alya hanya perlu bergerak sedikit untuk menyentuh bibir pria itu.Jarak ini terlalu berbahaya.Alya hanya bisa mengulurkan tangannya untuk menghalangi. Ketika melakukan itu, dia sedikit mengangkat kepalanya dan hendak menjauh dari Rizki.Namun ternyata begitu dia bergerak, Rizki langsung mencium bibirnya."Hmph."Saat bibir mereka bersentuhan, Rizki merasa seperti ada arus listrik yang mengalir di tubuhnya dan membuatnya mati rasa.Sensasi yang lembut ini membuatnya refleks mengeratkan pelukannya pada pinggang Alya, napasnya menjadi makin berat tiap kali dia memperdalam ciumannya.Alya menekankan tangannya pada dada Rizki dan berusaha mendorong pria itu."Le ... lepaskan aku."Rizki yang akhirnya bisa mencium bibir yang dirindukannya ini, tentu saja tidak akan melepaskannya semudah itu. Jangankan melepaskan, saat ini dia hanya ingin melahapnya.Hingga akhirnya, Alya menggigit bibirnya dengan sekuat tenaga.Rizki pun meringis kesakitan dan menari
Mendengar ini, Alya terdiam.Angga melirik bibir Alya yang agak memerah dan terkekeh. "Lagi pula kalaupun aku datang, aku nggak bisa membantu apa-apa. Kelihatannya kalian berdua mengobrol dengan lancar?"Begitu selesai bicara, Angga menerima tatapan yang dingin dan tak acuh dari Alya."Pak Angga, kalau kamu nggak ada urusan lagi, pergi dan kembalilah bekerja.""Ck ck ck, sepertinya sekarang kamu benar-benar nggak mengapresiasiku. Oke oke, aku pergi dulu."Setelah Angga pergi, Alya menggosok-gosok keningnya. Kemudian dia bersandar, berbaring dan berhenti memikirkan apa pun....Ketika Alya hendak menjemput anak-anaknya, dia kebetulan mendapat telepon dari Lisa yang mengajaknya untuk makan malam bersama.Malam ini Alya tidak memiliki rencana apa pun, jadi Alya menyetujuinya."Aku hampir sampai di sekolah. Aku akan menjemput mereka dulu lalu pergi ke mal, nanti kamu temui saja kami di sana," ujar Lisa."Oke."Malam itu, mal sangat ramai. Ketika Alya menemukan Lisa dan anak-anaknya, Lisa s
Namun, Lisa tidak menyadari apa pun dan dengan gembira memesan makanan."Satya dan Maya masih kecil, jadi sebaiknya jangan makan pedas. Tapi aku ingin makan pedas. Bagaimana kalau kita pesan kuahnya setengah-setengah?"Lisa terus berbicara. Ketika menyadari tidak ada yang meresponsnya, dia pun mengangkat kepalanya dan menemukan Alya yang sedang memandang layar ponselnya dengan tatapan kosong. Alya tampak sedang memikirkan sesuatu."Alya?" Lisa melambaikan tangannya di depan Alya dan Alya pun tersadar dari lamunannya."Kamu sedang memikirkan apa? Kita di sini untuk makan, tapi kamu sepertinya nggak fokus. Kamu masih memikirkan pekerjaan, ya?"Mendengar ini, Alya memandang Lisa. Dia menggigit bibirnya dan tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia ragu."Maaf, kamu ....""Untuk apa minta maaf." Lisa mengacak-acak rambut temannya. "Nggak ada yang perlu minta maaf di antara kita. Aku hanya khawatir kamu bekerja terlalu keras. Saat makan, jangan pikirkan pekerjaan. Bersenang-senanglah."Be
Kota Suryaloka.Di sebuah rumah sakit umum."Selamat, kamu hamil! Bayimu juga sehat."Alya Kartika mencengkeram erat laporan di tangannya, dia tampak tercengang.Hamil? Alya kaget dan juga senang, dia tak dapat memercayainya."Mulai sekarang, datanglah untuk pemeriksaan rutin. Di mana ayahnya? Panggil dia masuk, aku ingin berbicara sebentar dengannya."Perkataan sang dokter membawa Alya kembali ke kenyataan. Dia hanya bisa tersenyum dengan canggung. "Hari ini suamiku nggak datang.""Benar-benar, deh. Mau sesibuk apa pun dia, seharusnya dia menemani istri dan anaknya."Ketika keluar dari rumah sakit, hujan rintik-rintik mulai turun. Alya dengan lembut menyentuh perutnya.Di dalam perutnya, sebuah kehidupan kecil telah muncul.Anak dari Rizki Saputra dan dirinya ....Ponsel Alya bergetar. Dia pun mengeluarkannya dan melihat bahwa suaminya, Rizki, telah mengirim sebuah pesan."Sudah hujan. Antarkan payung ke alamat ini."Alya membaca alamatnya, Kelab XX.Tempat apa itu? Bukankah Rizki bil
Di tengah kerumunan yang menggoda mereka, Rizki melirik ke bawah dan membalas pesan Alya."Aku nggak butuh payungnya, kamu pulang saja."Ketika menerima pesan itu, Alya merasa bingung dan membalas: "Apa terjadi sesuatu?"Dia menundukkan kepalanya dan menunggu sejenak, tetapi Rizki tidak membalas pesannya.Mungkin saat ini suaminya benar-benar sibuk.Alya pun memutuskan untuk pulang."Tunggu."Seseorang memanggilnya dari belakang. Alya menoleh dan melihat dua wanita berpenampilan penuh gaya datang menghampirinya.Wanita yang tinggi menatapnya dengan curiga, lalu bertanya dengan angkuh, "Apa kamu Alya?"Dari wajahnya, jelas wanita itu tidak menyukainya. Alya pun tidak bersopan santun dan menjawab dengan datar, "Kamu siapa?""Nggak penting aku siapa, yang penting Hana sudah kembali. Jadi, tahu dirilah dan menjauh dari Rizki."Seketika pupil mata Alya mengecil.Sudah berapa lama dia tidak mendengar nama itu? Cukup lama .... Bahkan dia hampir lupa keberadaan orang itu.Wanita itu menyadari
Rizki hanya membawanya ke kamar mandi lalu pergi.Alya terus menundukkan kepalanya di depan Rizki. Setelah Rizki pergi, barulah dia mengangkat kepalanya dan mengelap air mata di wajahnya dengan tangan.Beberapa saat kemudian.Alya mengunci pintu kamar mandi, lalu mengeluarkan laporan kehamilan yang diberikan rumah sakit dari sakunya.Laporan tersebut sudah basah terkena hujan, tulisan di atasnya pun sudah menjadi kabur.Awalnya dia berencana mengejutkan suaminya dengan ini, tetapi sekarang tampaknya itu tidak perlu.Sebagai wanita yang telah menjadi pasangan Rizki selama 2 tahun, mana mungkin dia tidak tahu kalau Rizki adalah seseorang yang selalu memegang ponselnya.Namun, Rizki sendiri tidak mungkin sengaja mengiriminya pesan yang menyuruhnya datang hanya untuk menyuruhnya pulang kembali. Rizki tidak sekanak-kanakan itu.Pasti ada seseorang yang mengambil ponsel Rizki. Orang itu menggunakannya untuk mengirim pesan tersebut dan menjadikan Alya bahan lelucon.Saat dia menunggu di lanta
Banyak pria yang mengejar Alya sebelum kejatuhan Keluarga Kartika, tetapi tidak ada yang membuatnya tertarik. Lama-kelamaan, orang-orang menyebut dirinya munafik dan sombong.Ketika keluarganya jatuh, sekelompok pria memiliki niat jahat dan diam-diam mulai menawarnya.Di saat-saatnya yang paling putus asa dan memalukan, Rizki kembali.Rizki menangani semua orang yang mengejek dan menawarnya dengan kejam, membuat mereka membayar perbuatan mereka dengan menyakitkan. Pria itu melunasi utang Keluarga Kartika, lalu berkata padanya, "Bertunanganlah denganku."Alya memandangnya dengan terkejut.Melihat ekspresi terkejutnya, Rizki mengelus wajahnya dengan lembut."Kenapa kaget? Kamu takut aku akan memanfaatkanmu? Tenang saja, ini hanya pertunangan palsu. Nenekku sakit dan dia sangat menyukaimu. Kalau kamu pura-pura bertunangan denganku, Nenek akan senang. Aku akan membantumu membangkitkan kembali Keluarga Kartika."Oh, ternyata ini pertunangan palsu.Ternyata ini hanya untuk membuat Nenek sena