Setelah kedua anak itu selesai bercerita, Alya kurang lebih mengerti apa yang terjadi pada hari itu.Dia tanpa daya menghela napas, lalu mencubit hidung Maya."Kenapa kamu sebodoh ini? Hanya karena orang itu memperlakukanmu dengan baik, kamu ingin dia menjadi papamu? Bukankah sebelumnya Mama sudah mengajarimu, kamu nggak boleh semudah itu memercayai orang asing?""Hmm." Maya menutupi hidungnya dan berkata sambil cemberut, "Tapi Mama, Maya rasa Paman RezekiMalam bukan orang jahat. Maya sangat menyukainya."Mendengar hal ini, Alya tertegun."Kamu suka dia?""Ya." Maya mengangguk. "Paman RezekiMalam terasa seperti seorang papa. Mama, apa Paman RezekiMalam boleh menjadi papa Maya dan Kakak? Kakak juga menyukai Paman."Alya pun melihat ke arah Satya.Ketika bertemu dengan tatapannya, mata kecil Satya menjadi gugup dan menghindarinya."Satya?""Ng ... nggak, Mama. Satya ng ... nggak menyukai Paman RezekiMalam."Alya sendirilah yang menyaksikan kedua anak ini tumbuh, sehingga dia tahu jelas b
Keesokan harinya.Alya mengantarkan kedua anaknya ke sekolah seperti biasa, berpura-pura seperti tidak ada yang terjadi kemarin.Setelah mengantar Satya dan Maya, dia pun kembali ke perusahaan.Begitu sampai di perusahaan, dia menerima pesan dari Lisa."Alya, kemarin malam apa kamu sungguh nggak apa-apa?"Meskipun kemarin mereka telah memastikan keselamatan masing-masing, Lisa memutuskan untuk bertanya lagi setelah mengingat ekspresi Alya kemarin."Nggak apa-apa, kamu nggak usah khawatir.""Benarkah? Tapi kamu kelihatannya ...."Alya menghela napas. "Aku sungguh nggak apa-apa, aku hanya memiliki beberapa urusan yang harus ditangani. Setelah aku membereskannya, aku akan memberitahumu semuanya.""Oke, kalau begitu setelah kamu menanganinya, kamu harus langsung memberitahuku, bukan langsung memberi tahu Citra."Kalimat terakhirnya membuat Alya tertawa."Aku mengerti, aku akan langsung memberi tahu kalian berdua. Bagaimana kalau nanti kita teleponan bertiga?""Oke."Lisa pun menutup telepo
"Bu Alya, kenapa kamu datang jam segini?"Alya tersenyum padanya dan dengan lembut berkata, "Ya, kebetulan hari ini aku senggang, jadi aku ingin ke sini untuk melihat anak-anak. Apa saat ini aku boleh masuk?"Petugas keamanan itu mengangguk sambil membukakan gerbang. "Tentu saja boleh, silakan masuk."Alya balas mengangguk, lalu sambil berjalan masuk dia bertanya, "Apa hari ini ada orang tua lain yang datang?""Sepertinya nggak ada?"Mendengar ini, jantung Alya pun berdegap dengan kencang. "Nggak ada?"Mungkinkah dia salah? Atau mungkinkah pria itu tahu kalau dirinya akan datang?Petugas keamanan itu menggaruk kepala, tampak mengingat sesuatu, lalu tiba-tiba berkata, "Nggak, nggak, aku tadi lupa. Ada satu orang tua yang juga datang, kudengar dia datang untuk mengantarkan makanan anaknya. Belakangan ini dia sering datang."Sering datang? Mengantar makanan?Mendengar ini, Alya pun yakin.Orang yang mengantar makanan ini adalah orang yang sedang dicarinya sekarang."Oh ya, Bu Alya, aku li
Dia sudah bersusah payah membesarkan kedua anak ini selama bertahun-tahun, lalu pria ini datang merebut mereka begitu saja?Alya mengepalkan kedua tangannya di samping, lalu perlahan berjalan ke sana.Karena Rizki masih tenggelam dalam kegembiraan dan melihat kedua anak itu makan, dia sama sekali tidak menyadari bahwa ada seseorang yang mendekat.Hingga akhirnya ...."Mama?"Maya tadinya masih menggigiti ceker ayam, tetapi tiba-tiba dia melihat seseorang di belakang Rizki. Dia mendongak untuk melihat, ternyata itu adalah Alya. Gadis kecil itu seketika berseru dengan terkejut dan gembira.Sementara itu senyum Rizki yang masih duduk seketika menghilang setelah mendengar nama Alya.Satya yang dari tadi makan dengan diam, saat ini juga berhenti makan. Dia mendongak untuk melihat ke belakangnya, matanya jelas-jelas tampak menghindar.Dengan kata lain ....Rizki merapatkan bibirnya. Dia baru saja hendak berdiri ketika dia mendengar Alya memanggilnya, "Pak RezekiMalam?"Mendengar ini, gerakan
Pasti begitu.Sementara itu, Maya yang mungkin adalah seorang pembuat masalah profesional, setelah mendengar perkataan Alya tiba-tiba berkata, "Tapi Mama, saat siaran langsung, kita sudah menerima banyak uang dari Paman RezekiMalam. Selain itu, kalau di masa depan Paman mau menjadi papanya Maya, Paman nggak akan jadi orang asing lagi."Alya tak tahu harus berkata apa.Rizki yang tadinya mengerutkan kening, merasa terhibur dengan kata-kata Maya. Sebuah lengkung terbentuk di bibirnya, dia pun mengacungkan jempolnya pada Maya."Perkataan Maya benar."Namun, begitu mendengar ini, alis Alya langsung berkerut dan berkedut. Tidak banyak yang bisa dia lakukan di depan anak-anak, terdapat beberapa konflik yang dia tidak ingin anak-anaknya tahu.Sejak awal ini adalah urusan pribadinya, dia tidak perlu melibatkan anak-anak.Memikirkan hal ini, Alya hanya bisa berkata pada Rizki, "Pak RezekiMalam, bagaimana kalau kita berbicara di tempat lain?"Rizki mengangkat alisnya. "Oke.""Maya, Satya." Setel
"Penampilan dan wajah?"Pernyataan ini membuat Alya mencibir, "Memangnya ada apa dengan penampilan mereka? Bagaimana mungkin mereka anak-anakmu? Bukankah kamu terlalu percaya diri?"Rizki tidak keberatan dengan amarah Alya saat ini, lagi pula Alya telah membesarkan anak-anak itu seorang diri selama 5 tahun. Bagaimanapun juga, Alya berhak untuk marah padanya.Jadi, nada bicara Rizki pun tetap tenang dan lembut."Aku terlalu percaya diri? Oke, kalau begitu beri tahu aku, kalau aku bukan ayah mereka, maka siapa ayah mereka?""Itu bukan urusanmu.""Apa ini bukan urusanku? Atau, kamu hanya nggak ingin mengatakannya? Atau mungkin kamu nggak mau mengakuinya di depanku bahwa anak-anak itu adalah milikku?"Alya sangat marah. "Anak-anak itu sama sekali bukan milikmu.""Baiklah, kalau kamu nggak mau mengakuinya juga nggak apa-apa. Kita bisa melakukan tes paternal."Setelah mengetahui bahwa kedua anak ini adalah milik Alya, Rizki hampir seketika yakin bahwa kedua anak ini adalah darah dagingnya se
"Jangan berkhayal." Alya menggigit bibirnya, dia tampak cukup gelisah. "Nggak ada yang boleh menyentuh anak-anakku, termasuk kamu."Setelah itu, Alya berbalik dan pergi, meninggalkan Rizki berdiri di situ seorang diri.Petugas keamanan tadi melihat Alya kembali, tetapi dia tidak berani menyapa karena Alya terlihat sangat marah.Barusan, dia melihat Alya mengobrol dengan pria itu dari kejauhan. Meskipun dia tidak bisa mendengar percakapannya, dilihat dari tingkah laku mereka berdua, sepertinya mereka sedang bertengkar.Petugas keamanan itu bertanya-tanya apakah dia hanya salah lihat. Namun, setelah melihat Alya yang langsung masuk tanpa mengatakan apa pun, dia pun tidak lagi ragu.Tak lama kemudian, pria itu juga datang.Dibandingkan amarah wanita sebelumnya, aura dingin pria ini seolah-olah menyelimuti sekelilingnya. Ketika Rizki lewat, sang penjaga keamanan pun merinding. Seketika dia merasa bahwa hari ini dia berpakaian kurang tebal.Alya tadinya sangat marah, tetapi begitu memasuki
Alya tidak menyangka Rizki akan setidak tahu malu ini. Pria ini benar-benar mengatakan bahwa dia jatuh cinta pada pandangan pertama di depan anak-anak. Sebagai CEO Perusahaan Saputra, apa dia tidak punya malu?Alya mengambil napas dalam-dalam. Meskipun sekarang mereka di depan anak-anak, dia benar-benar tidak ingin menjawabnya."Mama, apa itu jatuh cinta pada pandangan pertama?"Namun, Maya mulai penasaran lagi.Alya tidak tahu bagaimana harus menjawabnya."Maya, jatuh cinta pada pandangan pertama berarti Paman RezekiMalam sangat menyukai mamamu."Setelah Rizki mengatakan itu, Alya langsung menoleh dan menatapnya dengan tidak percaya.Rizki bertemu dengan tatapannya, bibirnya sedikit tersenyum.Begitu melihat mata hitamnya, Alya seketika mengerti bahwa Rizki sudah memahami dirinya.Rizki melihat bahwa Alya tidak ingin marah ataupun kehilangan kendali di depan anak-anak, sehingga Rizki sengaja melakukan ini.Bahkan, Rizki tidak keberatan bila Alya tahu.Karena meskipun Alya tahu, Alya j