Share

Bab 553

Ketika marah, rasionalitas seseorang sering kali tertutupi atau bahkan tergantikan oleh emosi.

Saat menyangkut wanita yang dicintainya, Rizki juga bukan pengecualian.

Namun, begitu mendengar ucapan Cahya, dia pun tersadarkan.

Amarahnya dalam sekejap menghilang.

Dia menurunkan pandangannya, menyembunyikan kegelapan yang ada di matanya.

Benar, hak apa yang dia miliki untuk marah pada Alya?

Seperti yang asistennya katakan, 5 tahun sudah berlalu. Seharusnya dia bersyukur Alya belum menikah lagi, sehingga dia masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya seperti ini. Identitas yang digunakannya tidaklah penting selama pria yang Alya temui bukan pria lain.

Memikirkan hal ini, Rizki melirik Cahya.

"Boleh juga, tak kusangka kamu cukup berguna."

"Ya, 'kan?" Melihat Rizki memujinya, Cahya pun segera meminta imbalan dengan berkata, "Kalau begitu Pak Rizki, bisakah kamu memberiku kenaikan gaji tahun ini?"

Mendengar ini, Rizki mendengus.

"Nanti kita bicarakan lagi."

"Apa kamu sudah membereskan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status