Sambil berbicara, Lisa tersenyum dan mengeluarkan ponselnya.Alya tersenyum sabar dan mendekat."Oke, perlihatkan padaku dan ayo kita lihat apakah pria ini pantas untuk Lisa kita tersayang."Lisa pun membuka album fotonya. Dia cukup lama mencari foto tersebut, tetapi dia tidak menemukannya."Aneh, waktu itu aku jelas-jelas mengambil fotonya. Meskipun fotonya diambil dari jauh dan nggak begitu jelas, suasananya sangat luar biasa. Alya, aku berani bilang kalau dari aura yang dia pancarkan, dia pasti bukan orang biasa."Alya sudah menunggu cukup lama, tetapi Lisa masih belum menemukan fotonya."Aaa! Di mana fotoku? Foto pria idaman yang sudah susah payah kudapatkan itu, kenapa nggak ada?"Melihatnya panik, Alya segera menggenggam tangan Lisa. "Sudahlah, kalau kamu nggak bisa menemukannya maka lupakan saja. Saat kamu berhasil mendapatkan orang itu, kamu bisa memfotonya kapan saja, 'kan?"Mata Lisa seketika dipenuhi dengan kesedihan."Aku nggak tahu kapan aku bisa mendapatkannya. Fotoku itu
Mendengar perkataan Lisa, Satya mengangkat kepala kecilnya."Bibi Lisa?"Lisa yang tadinya masih mengganggu Alya untuk pergi keluar, dalam sekejap tertangkap oleh wajah Satya yang menggemaskan ketika anak itu mendongak. Lisa pun tak dapat menahan dirinya dan berubah menjadi seorang bibi yang aneh."Hehehe, sini Bibi Lisa cium."Alya tak bisa berkata-kata.Pada sore hari, ketika Alya sedang memasak, Lisa datang setelah mengganti baju. Dia berencana untuk membantu Alya di dapur.Saat melewati ruang tengah, dia pun melirik ke dalam.Dengan tidak sengaja, dia melihat Satya yang sedang duduk di depan meja kecil. Langkahnya pun seketika terhenti.Malam hampir tiba dan langit di luar jendela sudah mendekati senja. Cahaya sore menyinari wajah samping Satya yang indah dan tampan.Satya yang kecil duduk di sana dan sedang memeriksa tugas sekolahnya dengan serius. Di wajahnya yang masih tampak kekanak-kanakan, juga ada kedewasaan dan ketidakacuhan yang tidak cocok dengan usianya.Lisa berdiri di
"Sudah mati."Secara tiba-tiba dan tak terduga, kedua kata itu menghantam Lisa.Lisa bahkan belum menyelesaikan pertanyaannya.Dia tercengang di tempat dan menatap Alya dengan sangat kaget."Hah?"Alya mengangkat kepalanya, dia menatap temannya dengan tak acuh dan dengan tenang berkata, "Kenapa?""Ma ... mati?"Lisa sama sekali tidak menduga jawaban ini. Setelah mengulang perkataannya, dia seketika merasa malu dan bersalah.Setelah mendengar bahwa seseorang telah meninggal dunia, bagaimana bisa dia masih mengulangi perkataan Alya dan menyentuh luka lamanya?Astaga.Dalam sekejap Lisa pun menyalahkan dirinya, menyesali dirinya yang tidak bertanya mengenai Irfan saja.Dia tadinya ingin bertanya kenapa Alya selalu menutupi masa lalunya. Sementara itu ketika bertanya pada Citra, Citra selalu tampak ragu untuk menjawabnya. Akhirnya Citra hanya bisa menghela napas panjang dan berkata padanya, "Hal ini adalah hal yang menyedihkan bagi Alya, sebaiknya kamu jangan bertanya."Sekarang Lisa akhir
Di dalam kamar hotel.Tirai yang menghalangi cahaya itu pun ditarik terbuka dan seketika ruangan menjadi terang.Cahaya yang menyilaukan menyinari wajah tampan seorang pria yang sedang terbaring di tempat tidur.Orang yang tadinya terbaring diam seperti mayat itu akhirnya sedikit bereaksi, mengerutkan kening dan membuka matanya."Sudah bangun?"Sebuah suara pria yang jernih terdengar dari sofa.Rizki yang baru saja terbangun hanya membutuhkan beberapa detik untuk mengenali pemilik suara tersebut, itu adalah suaranya Andi.Cahaya yang menyilaukan membuat Rizki memejamkan matanya lagi dengan tidak nyaman. Dia masih berbaring di tempat tidur dan tidak bergerak.Akan tetapi Andi tahu bahwa dia sudah bangun. Melihat bahwa temannya ini tidak mau berbicara dengannya, dia pun melanjutkan sendiri, "Mau sampai kapan kamu seperti ini?"Orang yang terbaring di tempat tidur itu masih mengabaikannya.Tampaknya Andi sudah menebak bahwa Rizki tidak akan menjawabnya. Bahkan tanpa menunggu jawaban, sete
Meskipun dia telah berkata seperti itu, Rizki tidak lagi sama seperti dulu. Dulu, setelah mengetahui bahwa dia merasa sedih, Rizki akan menjelaskan padanya dengan suara yang lembut. Namun, sekarang Rizki hanya berdiri di tempat dengan tak acuh dan menatapnya dengan sangat tenang.Hingga akhirnya, tatapan tersebut membuat sekujur tubuh Hana terasa tidak nyaman.Hana terpaksa mengganti topik pembicaraan."Aku bercanda, bagaimana mungkin kamu nggak ingin mengangkat teleponku? Omong-omong, di mana Andi? Kemarin malam saat aku menelepon, dia bilang kamu terlalu banyak minum. Kamu nggak apa-apa, 'kan? Apa kepalamu sakit?"Walaupun Hana telah berbicara panjang lebar, Rizki hanya menjawabnya dengan singkat, "Nggak apa-apa."Kemudian dia berbalik dan masuk ke kamarnya untuk memakai baju.Hana berdiri diam di tempat sambil memandang punggung tenang pria itu, hatinya terasa sangat gelisah.Sejak 5 tahun yang lalu, saat Rizki dan Alya telah sukses bercerai, Alya pun langsung pergi meninggalkan neg
Selama dia bersedia untuk menunggu, ditambah dengan keunggulannya sebagai penyelamat Rizki, pada akhirnya pria itu pasti akan tersentuh olehnya.Selama bertahun-tahun ini, bahkan orang tua Rizki telah tersentuh olehnya. Awalnya, mereka tidak mau dan enggan untuk menerimanya. Mereka hanya memperlakukannya sebagaimana mereka memperlakukan penyelamat mereka, sama sekali tidak ada keakraban. Hana tidak bisa mendapatkan apa pun dari mereka.Seiring berjalannya waktu, dia tidak berhasil membuat hati Rizki tergerak. Akan tetapi, dia berhasil menggerakkan hati orang tua Rizki.Contohnya adalah lelang ini. Barang yang diincar oleh Sinta kebetulan ada di antaranya, sehingga Sinta mendapatkan dua undangan untuk Hana dan Rizki.Hana tahu bahwa ibunya Rizki sedang menciptakan kesempatan untuk dirinya dan Rizki.Memikirkan hal tersebut, Hana berjalan ke pintu kamar tidur dan mengetuknya, tetapi dia tidak berani untuk masuk. Dia hanya berdiri di pintu dan berkata, "Rizki, apa kamu akan pergi ke lelan
Hana tidak menyangka bahwa Rizki bisa berpikir untuk menyuruhnya pergi.Bibirnya pun memucat, lalu dia refleks menggeleng."Nggak, aku nggak mau kembali. Aku sudah bersusah payah untuk mendapatkan kesempatan menemanimu ke sini. Rizki ... aku sudah lama sekali nggak pergi keluar denganmu, jangan suruh aku pergi, ya?"Air mata seketika menggenang di matanya, dia menatap Rizki dengan ekspresi sedih.Rizki tidak berekspresi melihatnya."Aku tahu bahwa fakta aku telah menyelamatkanmu selalu membuatmu merasa tertekan, tapi sekarang, bisakah kamu coba untuk melupakanku sebagai penyelamatmu? Aku hanya seorang wanita biasa yang ingin mengejarmu, oke?"Saat dia mengucapkan hal ini, dia menggunakan kepandaian berbicaranya.Dari luar, dia terlihat meminta Rizki untuk tidak memperlakukannya sebagai seorang penyelamat. Namun, sebenarnya dia secara halus mengingatkan bahwa dirinya adalah penyelamat Rizki.Dia tidak berniat untuk memainkan kartu emosional ini.Hanya saja sekarang, dia tidak punya apa-
"Apa kita bawa payung?" tanya Alya yang duduk di kursi belakang bersama kedua anaknya.Mendengar pertanyaannya, Hasan menggeleng."Nggak, aku nggak mengira kalau hari ini akan hujan."Alya melihat ke sekeliling mereka, lalu dia membuat keputusan."Di depan sana sepertinya ada minimarket 24 jam. Pak Sopir, bisakah nanti kita ke pinggir sebentar?"Awalnya hujan ini hanya gerimis, tetapi kemudian, hujannya berubah menjadi deras.Karena visibilitas yang rendah di perjalanan, ketika mereka sampai di tempat acara, mereka sudah telat.Orang di tempat acara sangat sedikit.Hasan mengeluarkan surat undangan mereka, sikap orang-orang di pintu masuk pun seketika menjadi penuh hormat."Silakan ikuti kami."Kali ini, Alya sebenarnya mewakili Irfan berpartisipasi dalam lelang amal. Tentu saja status Irfan adalah VIP.Oleh karena itu, staf pun hendak mengantar Alya dan Hasan ke area VIP.Namun, karena mereka datang terlambat dan lelangnya sudah dimulai, bila mereka masuk sekarang, artinya mereka akan