Selama dia bersedia untuk menunggu, ditambah dengan keunggulannya sebagai penyelamat Rizki, pada akhirnya pria itu pasti akan tersentuh olehnya.Selama bertahun-tahun ini, bahkan orang tua Rizki telah tersentuh olehnya. Awalnya, mereka tidak mau dan enggan untuk menerimanya. Mereka hanya memperlakukannya sebagaimana mereka memperlakukan penyelamat mereka, sama sekali tidak ada keakraban. Hana tidak bisa mendapatkan apa pun dari mereka.Seiring berjalannya waktu, dia tidak berhasil membuat hati Rizki tergerak. Akan tetapi, dia berhasil menggerakkan hati orang tua Rizki.Contohnya adalah lelang ini. Barang yang diincar oleh Sinta kebetulan ada di antaranya, sehingga Sinta mendapatkan dua undangan untuk Hana dan Rizki.Hana tahu bahwa ibunya Rizki sedang menciptakan kesempatan untuk dirinya dan Rizki.Memikirkan hal tersebut, Hana berjalan ke pintu kamar tidur dan mengetuknya, tetapi dia tidak berani untuk masuk. Dia hanya berdiri di pintu dan berkata, "Rizki, apa kamu akan pergi ke lelan
Hana tidak menyangka bahwa Rizki bisa berpikir untuk menyuruhnya pergi.Bibirnya pun memucat, lalu dia refleks menggeleng."Nggak, aku nggak mau kembali. Aku sudah bersusah payah untuk mendapatkan kesempatan menemanimu ke sini. Rizki ... aku sudah lama sekali nggak pergi keluar denganmu, jangan suruh aku pergi, ya?"Air mata seketika menggenang di matanya, dia menatap Rizki dengan ekspresi sedih.Rizki tidak berekspresi melihatnya."Aku tahu bahwa fakta aku telah menyelamatkanmu selalu membuatmu merasa tertekan, tapi sekarang, bisakah kamu coba untuk melupakanku sebagai penyelamatmu? Aku hanya seorang wanita biasa yang ingin mengejarmu, oke?"Saat dia mengucapkan hal ini, dia menggunakan kepandaian berbicaranya.Dari luar, dia terlihat meminta Rizki untuk tidak memperlakukannya sebagai seorang penyelamat. Namun, sebenarnya dia secara halus mengingatkan bahwa dirinya adalah penyelamat Rizki.Dia tidak berniat untuk memainkan kartu emosional ini.Hanya saja sekarang, dia tidak punya apa-
"Apa kita bawa payung?" tanya Alya yang duduk di kursi belakang bersama kedua anaknya.Mendengar pertanyaannya, Hasan menggeleng."Nggak, aku nggak mengira kalau hari ini akan hujan."Alya melihat ke sekeliling mereka, lalu dia membuat keputusan."Di depan sana sepertinya ada minimarket 24 jam. Pak Sopir, bisakah nanti kita ke pinggir sebentar?"Awalnya hujan ini hanya gerimis, tetapi kemudian, hujannya berubah menjadi deras.Karena visibilitas yang rendah di perjalanan, ketika mereka sampai di tempat acara, mereka sudah telat.Orang di tempat acara sangat sedikit.Hasan mengeluarkan surat undangan mereka, sikap orang-orang di pintu masuk pun seketika menjadi penuh hormat."Silakan ikuti kami."Kali ini, Alya sebenarnya mewakili Irfan berpartisipasi dalam lelang amal. Tentu saja status Irfan adalah VIP.Oleh karena itu, staf pun hendak mengantar Alya dan Hasan ke area VIP.Namun, karena mereka datang terlambat dan lelangnya sudah dimulai, bila mereka masuk sekarang, artinya mereka akan
Alya tidak membalas perkataannya lagi.Setelah 10 menit, Hasan dengan canggung menggosok hidungnya.Mungkin barusan dia sudah terlalu santai saat mengobrol, sehingga kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya.Mengingat apa yang dikatakan dirinya tadi membuat Hasan sangat menyesal.Untungnya beberapa menit kemudian, Alya berinisiatif untuk memecah keheningan dan kecanggungan ini."Pak Hasan, untuk barang lelang yang selanjutnya, tolong bantu aku menawarnya.""Barang yang selanjutnya?" Hasan segera membuka katalog dan melihatnya, menemukan bahwa barang selanjutnya adalah sebuah gelang dengan kualitas sempurna."Nona Alya suka ini?"Hasan agak agresif ketika bertanya, jelas dia tidak melakukan persiapan apa pun.Lagi pula, sebelumnya dia tidak pernah mendengar bahwa Alya menyukai perhiasan.Namun, untungnya, Irfan sudah menginstruksikan dari awal bahwa bila Alya menyukai sesuatu dalam lelang, maka Hasan harus membantunya menawar. Berapa pun harganya, Irfan akan membayarnya.Alya ters
Alya baru saja ingin mengatakan bahwa Hasan tidak perlu menganggap perkataan Irfan bagaikan titah raja, tetapi Hasan sudah mengangkat papannya lagi."Seratus miliar."Bagi keluarga-keluarga kaya, 100 miliar bukanlah jumlah yang besar. Namun Hana tetap tidak menyangka bahwa ada seseorang yang terus berusaha menyaingi tawarannya untuk gelang ini.Apalagi, malam ini dia bersama dengan Rizki. Setidaknya demi kehormatannya, orang-orang di sini akan menghindar untuk bersaing dengannya.Namun, ternyata ....Apakah dia benar-benar telah diremehkan?Dengan pemikiran itu, Hana pun menggigit bibirnya. "Seratus sepuluh miliar."Hasan segera mengejarnya."Seratus dua puluh miliar."Alya tak tahu harus berkata apa.Dia sudah melakukan kesalahan. Seharusnya dia tidak meunjukkan bahwa dirinya menyukai barang ini.Suara bisik-bisik pun terdengar di tempat acara.Mungkin orang-orang tidak menyangka bahwa sebuah gelang juga dapat menarik penawaran seperti ini.Dengan harga tawar yang sudah mencapai 120 m
Hana membolak-balikkan katalog lelang di tangannya, lalu dengan hati-hati mendekat untuk mengingatkan Rizki, "Rizki, benda yang diinginkan ibumu akan segera dikeluarkan.""Hm," jawab Rizki dengan dingin.Tatapannya masih terpaku pada ponselnya.Hana merapatkan bibirnya. Sejak duduk tadi hingga sekarang, Rizki hanya terus melihat ponselnya. Karena fokusnya yang terlalu kuat, Rizki sama sekali tidak tertarik dengan barang-barang yang dilelang sebelum barang terakhir dikeluarkan.Namun meskipun dia tidak tertarik, sebelumnya Rizki bukanlah seseorang yang suka bermain dengan ponsel.Selain itu, sebenarnya apa yang sedang Rizki lihat? Apa yang begitu menarik?Memikirkan hal ini, tatapan Hana pun bergeser ke layar ponsel Rizki.Setelah melihat sekilas, Hana agak tercengang.Dua anak kecil?Rizki sedang melihat dua anak kecil?Apa dia sudah salah lihat?Namun, sebelum Hana sempat melihat untuk yang kedua kalinya, layar ponsel Rizki sudah menjadi hitam.Segera, dia pun dihadapi dengan tatapan
Pada akhirnya, barang tersebut didapat oleh seorang individu misterius dengan harga yang tinggi.Semua orang terus menebak siapa orang misterius itu, mereka tidak menyangka bahwa orang itu berasal dari Keluarga Darmawan.Alya teringat sesuatu dan bertanya pada Hasan yang berada di sampingnya, "Keluarga Darmawan ini ...."Dengan ekspresi mengerti, Hasan bahkan tidak menunggu Alya menyelesaikan pertanyaannya dan segera menjawab, "Nona Alya, mereka dari Perusahaan Darmawan yang sebelumnya terus berusaha untuk merekrutmu."Ternyata memang Keluarga Darmawan ini.Melihat suasana acara ini, bibir Alya melengkung menjadi sebuah senyuman."Sepertinya pewaris baru ini cukup kompeten.""Ya." Hasan mengangguk. "Dia memang kompeten, juga cukup berani. Dia bahkan bisa mendapatkan barang yang paling diantisipasi di lelang ini."Tawar-menawar pun telah dimulai.Hasan menghela napasnya. "Dilihat dari situasi hari ini, aku penasaran dengan harga berapa barang itu akan terjual."Karena barang tersebut ad
Hujan semakin deras, setengah lorong pun basah terciprat hujan.Alya mengencangkan syal di tubuhnya.Dia tidak menyangka cuaca di Negara Surya akan sedingin ini.Setelah berdiri beberapa saat, pikiran Alya menjadi agak tidak fokus. Dia teringat akan Pak Rizki yang disebutkan malam ini ....Memang, seperti biasa, mendengar nama tersebut tidak lagi memunculkan emosi apa pun di hatinya.Namun, dia tahu, bahwa Rizki yang didengarnya malam ini bukanlah Rizki yang dia temui di pekerjaannya dulu.Tempat ini adalah Negara Surya, Kota Juwana. Seseorang dengan nama itu yang dapat dengan santai menawarkan 1,2 triliun dan diundang ke acara lelang ini ... hanya ada satu orang.Ternyata ....Sudah 5 tahun berlalu sejak mereka terakhir bertemu.Alya menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan berjalan ke arah lain."Nona Alya."Beberapa langkah kemudian, sebuah sosok yang tinggi dan tampan menghalangi jalannya.Alya agak kaget dan melihat ke arah orang tersebut.Pria itu mengenakan jas biru dengan d