Alya baru saja ingin mengatakan bahwa Hasan tidak perlu menganggap perkataan Irfan bagaikan titah raja, tetapi Hasan sudah mengangkat papannya lagi."Seratus miliar."Bagi keluarga-keluarga kaya, 100 miliar bukanlah jumlah yang besar. Namun Hana tetap tidak menyangka bahwa ada seseorang yang terus berusaha menyaingi tawarannya untuk gelang ini.Apalagi, malam ini dia bersama dengan Rizki. Setidaknya demi kehormatannya, orang-orang di sini akan menghindar untuk bersaing dengannya.Namun, ternyata ....Apakah dia benar-benar telah diremehkan?Dengan pemikiran itu, Hana pun menggigit bibirnya. "Seratus sepuluh miliar."Hasan segera mengejarnya."Seratus dua puluh miliar."Alya tak tahu harus berkata apa.Dia sudah melakukan kesalahan. Seharusnya dia tidak meunjukkan bahwa dirinya menyukai barang ini.Suara bisik-bisik pun terdengar di tempat acara.Mungkin orang-orang tidak menyangka bahwa sebuah gelang juga dapat menarik penawaran seperti ini.Dengan harga tawar yang sudah mencapai 120 m
Hana membolak-balikkan katalog lelang di tangannya, lalu dengan hati-hati mendekat untuk mengingatkan Rizki, "Rizki, benda yang diinginkan ibumu akan segera dikeluarkan.""Hm," jawab Rizki dengan dingin.Tatapannya masih terpaku pada ponselnya.Hana merapatkan bibirnya. Sejak duduk tadi hingga sekarang, Rizki hanya terus melihat ponselnya. Karena fokusnya yang terlalu kuat, Rizki sama sekali tidak tertarik dengan barang-barang yang dilelang sebelum barang terakhir dikeluarkan.Namun meskipun dia tidak tertarik, sebelumnya Rizki bukanlah seseorang yang suka bermain dengan ponsel.Selain itu, sebenarnya apa yang sedang Rizki lihat? Apa yang begitu menarik?Memikirkan hal ini, tatapan Hana pun bergeser ke layar ponsel Rizki.Setelah melihat sekilas, Hana agak tercengang.Dua anak kecil?Rizki sedang melihat dua anak kecil?Apa dia sudah salah lihat?Namun, sebelum Hana sempat melihat untuk yang kedua kalinya, layar ponsel Rizki sudah menjadi hitam.Segera, dia pun dihadapi dengan tatapan
Pada akhirnya, barang tersebut didapat oleh seorang individu misterius dengan harga yang tinggi.Semua orang terus menebak siapa orang misterius itu, mereka tidak menyangka bahwa orang itu berasal dari Keluarga Darmawan.Alya teringat sesuatu dan bertanya pada Hasan yang berada di sampingnya, "Keluarga Darmawan ini ...."Dengan ekspresi mengerti, Hasan bahkan tidak menunggu Alya menyelesaikan pertanyaannya dan segera menjawab, "Nona Alya, mereka dari Perusahaan Darmawan yang sebelumnya terus berusaha untuk merekrutmu."Ternyata memang Keluarga Darmawan ini.Melihat suasana acara ini, bibir Alya melengkung menjadi sebuah senyuman."Sepertinya pewaris baru ini cukup kompeten.""Ya." Hasan mengangguk. "Dia memang kompeten, juga cukup berani. Dia bahkan bisa mendapatkan barang yang paling diantisipasi di lelang ini."Tawar-menawar pun telah dimulai.Hasan menghela napasnya. "Dilihat dari situasi hari ini, aku penasaran dengan harga berapa barang itu akan terjual."Karena barang tersebut ad
Hujan semakin deras, setengah lorong pun basah terciprat hujan.Alya mengencangkan syal di tubuhnya.Dia tidak menyangka cuaca di Negara Surya akan sedingin ini.Setelah berdiri beberapa saat, pikiran Alya menjadi agak tidak fokus. Dia teringat akan Pak Rizki yang disebutkan malam ini ....Memang, seperti biasa, mendengar nama tersebut tidak lagi memunculkan emosi apa pun di hatinya.Namun, dia tahu, bahwa Rizki yang didengarnya malam ini bukanlah Rizki yang dia temui di pekerjaannya dulu.Tempat ini adalah Negara Surya, Kota Juwana. Seseorang dengan nama itu yang dapat dengan santai menawarkan 1,2 triliun dan diundang ke acara lelang ini ... hanya ada satu orang.Ternyata ....Sudah 5 tahun berlalu sejak mereka terakhir bertemu.Alya menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik dan berjalan ke arah lain."Nona Alya."Beberapa langkah kemudian, sebuah sosok yang tinggi dan tampan menghalangi jalannya.Alya agak kaget dan melihat ke arah orang tersebut.Pria itu mengenakan jas biru dengan d
Sang asisten menggaruk kepalanya. Kenapa malah jadi dia yang disalahkan? Apalagi, dia 'kan hanya bercanda?Setelah Felix pergi, barulah Alya tersadar dan melepas jas yang tadi dipakaikan ke tubuhnya. Namun, ketika dia mengejar Felix, dia tidak dapat melihatnya lagi.Alya pun hanya bisa kembali dan menyerahkan jas Felix pada seorang staf di pintu masuk."Halo, bisakah nanti kamu membantuku mengembalikan jas ini pada Pak Felix?"Saat Alya dan Felix mengobrol barusan, para staf di pintu masuk telah berada di sini dan masih membicarakan mereka.Menurut rumor, Felix adalah seorang penggoda dan suka bermain-main. Akan tetapi, mereka tidak menyangka Felix akan seterang-terangan ini. Pria itu melihat seorang wanita cantik di tempat acara dan langsung memberikan jasnya.Sebagai staf, mereka tidak berani mengambil jas Alya. Lagi pula Felix sendiri yang memberikannya pada Alya, mengisyaratkan ketertarikannya pada wanita ini."Maaf, Nona. Kalau jas ini dari Pak Felix, maka sebaiknya Nona sendiri y
Kemudian di sampingnya, terdapat sebuah sosok yang cantik dan ramping. Sosok itu mengenakan gaun berwarna merah muda pucat yang panjangnya menyentuh lantai. Meskipun ujung gaunnya yang basah terkena hujan tampak agak berantakan, citranya yang lembut masih sulit untuk disembunyikan.Wanita itu bersandar di sisi sang pria dan dengan lembut memegang tangannya.Di tengah kerumunan yang kacau, kedua orang itu terlihat seperti pasangan yang serasi.Dia tidak pernah menyangka mereka tidak akan bertemu lagi, tetapi dia juga tidak menyangka bahwa reuni mereka akan seperti ini.Bertahun-tahun telah berlalu, kedua orang itu pasti sudah lama bersama, 'kan?Apakah anak mereka seumuran dengan Satya dan Maya?Ketika Alya tengah tenggelam dalam pikirannya, pria tersebut tampak menyadari sesuatu. Tatapannya tiba-tiba beralih ke arah Alya.Alya terkesiap dan buru-buru membalikkan badan.Barusan ... dia tidak kelihatan oleh pria itu, 'kan?Pada saat ini, tubuh Alya bagaikan membeku. Dia terdiam di tempat
Teringat sesuatu, Alya melirik jam dan bertanya pada Lisa, "Di mana pangeranmu itu?"Akan lebih baik kalau Alya tidak bertanya, karena begitu Alya membicarakannya, ekspresi Lisa seketika hancur."Sekarang sudah jam segini, aku nggak tahu apakah dia akan datang atau nggak."Melihat temannya yang jelas menjadi lesu, Alya tersenyum dan menepuk-nepuk bahu Lisa. "Jangan sedih, anggap saja kamu sedang mencoba peruntunganmu. Kalau dia nggak datang, aku akan menemanimu duduk di sini sebentar. Suasana di sini sangat bagus, nggak ada salahnya duduk di sini untuk 1-2 jam."Lisa segera tersenyum dan mengaitkan lengannya pada Alya dengan mesra."Alya, kamu sangat baik padaku. Sebagai sahabat kita harus bersama selamanya."Setelah itu, mereka berdua pun tinggal di dalam bar.Selama berada di sana, 3-4 orang pria datang untuk duduk di samping Alya dengan minuman mereka. Mereka ingin minum dan berteman dengan Alya, tetapi semuanya Alya tolak.Setelah ditolak olehnya, pria-pria itu pergi dengan sopan.
Ketika melihat jam tangan itu, alarm pun berbunyi di dalam kepala Alya.Dia hampir menggerakkan kakinya dan ingin pergi.Akan tetapi, dia masih terlambat selangkah.Pria yang duduk di seberang Lisa, tiba-tiba melihat ke arahnya dengan tak acuh.Tatapan mereka berdua pun bertemu di udara.Ketika tatapan mereka bertemu, dua kereta bagaikan tergelincir dan bertabrakan, mengakibatkan percikan api yang tak terhingga dan mengguncang bumi.Pria yang memegang gelas anggur itu tadinya tampak bermartabat, tetapi dalam sekejap dia membeku dengan ekspresi kosong.Sementara itu, Lisa yang duduk di seberangnya masih tidak tahu dengan apa yang terjadi. Karena ingin menanyakan kontaknya, Lisa sangat malu-malu.Jarak mereka terlalu dekat, sehingga Lisa tidak berani untuk mengangkat kepalanya dan melihat Rizki. Dia hanya bisa diam-diam meliriknya."Anu ... aku sudah lama berbicara denganmu, bisakah kita bertukar kontak? Jangan salah paham, meskipun aku tertarik padamu, setelah aku menambah kontakmu, aku